Aku duduk di tepi pantai,
pada pagi yang dingin
Aku bertanya pada laut yang membentang luas:
Bisakah cinta dan kebencian bertumbuh di dalam satu hati?
Sebab, aku mendengar dari ruang-ruang sakral suara menggelegar mewartakan cinta sang ilahi sambil mendendangkan sumpah serapah, merendahkan sesama yang berbeda  iman dan keyakinan, suku dan ras
Bukankah mimbar-mimbar suci di rumah ibadah untuk mengabarkan cinta, kasih sayang, kebaikan dan pengampunan?
Bagaimana mewartakan cinta sang ilahi serentak pula menabur kebencian pada sesama yang berbeda?
Relung jiwa penuh tanya terhentak tatkala mendengar tepuk tangan meriah menyetujui dan menyambut sumpah serapah itu
Aku bertanya bukan lagi pada alam semesta,Â
tapi pada diriku sendiri,
pada kemanusiaanku:
Mengapa mimbar menjadi tempat sumpah serapah dan menabur kebencian hanya karena berbeda iman, keyakinan, suku dan ras?
Bagaimana mewartakan iman kepada yang ilahi, sang pencipta sambil merendahkan sesama yang berbeda?
Bukankah semua makhluk berasal dari sang Pencipta yang satu dan sama?
Mengapa harus ada kebencian terlontar dari ruang-ruang sakral?
Aku tertunduk lesuh dan bergumul:
Bagaimana aku dapat menyetujui dan menerima kebencian yang terlontar dari ruang-ruang sakral itu atas nama sang ilahi?
Bukankah ruang sakral itu menyimpan harta tak ternilai: cinta, kebaikan, kasih sayang dan pengampunan?
Aku akan menjadi seperti siapa?
Aku menolak segala warta kebencian dan segala tutur kata dan tindakan yang merendahkan martabat pribadi manusia dan alam semesta
Sebab, kemanusiaanku, hidupku bersama sesama manusia dan alam semesta melampaui kategori apa pun dan tak dapat dihancurkan bahkan atas nama sang ilahi sekalipun!
Di sini, di tanah, di muka bumi ini
Aku lahir berbeda
Aku hidup dalam perbedaan-perbedaan itu
Aku menjadi unik karena aku berbeda yang lain
Aku berbeda dan aku bahagia
Tak seorang pun dapat menghancurkan diriku dan keberbedaanku
Aku akan tetap memeluk erat perbedaan sebagai anugerah sang Pencipta
Aku berharap penyesat di mimbar-mimbar di ruang sakral tak lagi mengingkari keberagaman segenap makhluk ciptaan Tuhan.
Nabire, 27 Agustus 2021; 08.50 WIT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H