Aku mengarungi samudra
tak pakai kapal
sebuah perahu kecil membawa aku dan anak-anakku melintasi samudra luas
pergi menuju dermaga impian
Perahuku terdahulu terempas badai
sang nakhoda terempas ke dasar samudra pada malam gulita,
jejaknya pun lenyap seketika,
tak pernah muncul ke permukaan sampai fajar merekah
aku dan anak-anakku berjuang menyelamatkan diri pada amukan badai dan gelombang di tengah samudra luas
Kini, aku sendiri menjadi juru mudi perahuku,
mendayung melintasi samudra menuju dermaga impian
membawa dua buah hatiku menggapai cita-cita
menjadi pria dan wanita tangguh dalam menghadapi badai hidup
Tatapan kosong pada senja berganti harapan akan masa depan yang cerah tatkala fajar merekah
Badai datang mengempas tak menggoyahkan tubuh menjaga
keseimbangan hidup,
Ketika malam menjemput tak pernah surut semangat mendayung
Dingin subuh tak pernah memudarkan perjuangan untuk sampai di pelabuhan bahagia
Aku percaya kami akan tiba di dermaga impian
Hidup sederhana dalam balutan kepolosan cinta dan kasih sayang
Tak akan hilang terempas ke dasar laut lagi
Bertiga akan menggapai impian bersama pribadi-pribadi yang menopang gubuk hidupku agar tak terempas oleh angin senja
Pada setiap fajar merekah, aku menengah ke langit memandang sang mentari,
Berharap cahayanya selalu menerangi hatiku, agar aku tidak tersesat pada gemerlap dunia
Berharap menerangi pula pribadi berhati mulia datang memelukku dengan erat bukan sekedar dalam mimpi, tapi di dalam kenyataan hidupku
Datang menakhodai perahu dalam pelayaran menuju dermaga impian, hidup bahagia dan damai sejahtera bersama anak-anaku.
[Saya menuliskannya, untuk sahabat baikku. Tetap semangat mengarungi samudra luas.Â
Tetap percaya dan optimis bahwa ada hari esok yang lebih baik!]
Nabire, 23 Agustus 2021; 09.08 WIT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H