Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Felix Karubaba Mendidik Anak-anak Asmat dengan Kasih

18 Mei 2019   22:34 Diperbarui: 20 Mei 2019   02:27 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk mendidik anak-anak Asmat harus ada pendekatan dan bimbingan khusus. Saya menerapkan pendekatan kasih. Saya harus bersedia melepaskan ego dan harga diri saya serta bersedia mendengarkan dan melayani mereka. Kalau mereka tidak masuk sekolah, saya cari ke rumah. Di sana, saya cerita dengan orang tua mereka. Kalau ada yang sakit, kami bawa ke rumah sakit," tutur Felix Karubaba, Kepala SD YPPGI Agats, Jumat, (5-3-2019).                           

Cuaca di kota Agats cerah. Anak-anak Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-Gereja Injili (YPPGI) Agats mengenakan pakaian seragam olah raga. 

Mereka bermain bola di lapangan yang berada di halaman sekolah. Sebagian lainnya, sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas.  Pada saat istirahat, para siswa berlarian ke kantin sekolah. Mereka membeli kue dan minuman yang tersedia di kantin. Sebagian lainnya, pergi ke Perpustakaan untuk membaca buku.  

Kini, kondisi SD YPPGI Agats tertata rapi. Halaman sekolah bersih. Gedung sekolah dicat warna biru. Beberapa pohon tumbuh di sekitar gedung sekolah. Suasana sekolah tampak sejuk.

Di sebelah Barat, tepatnya di area parkir terdapat gedung Perpustakaan. Sebelumnya, Perpustakaan hanya menjadi ruang menyimpan barang ronsokan. Buku-buku berserakan di lemari. Tetapi, saat ini Perpustakaan menjadi ruang yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka datang ke Perpustakaan dan mencari buku kesukaannya serta duduk membaca dengan tenang. Mereka dapat membaca ratusan judul buku yang tertata rapi di rak-rak Perpustakaan.

WC siswa dan guru tertata rapi di sebelah Utara. Kondisi WC bersih. Tidak ada bau menyengat. Anak-anak dapat menggunakan WC tanpa antri karena terdapat 5 unit. Di depan pintu masuk sudah terpampang tulisan, WC Putri dan WC Putra.

Perbaikan Tata Kelola Sekolah

Guru Felix menerima buku kegiatan LANDASAN Papua dari Septer Manufandu. Dokpri.
Guru Felix menerima buku kegiatan LANDASAN Papua dari Septer Manufandu. Dokpri.
"Sejak 23 Maret 2015, saya dilantik menjadi Kepala SD YPPGI Agats oleh Bupati Yuvensius Biakai. Kemudian, pada 14 November 2017, saya dilantik kembali oleh Bupati Elisa Kambu. Saya dan para guru berusaha pelan-pelan membenahi sekolah ini supaya menjadi lebih baik sehingga anak-anak bisa belajar dengan baik," tutur Felix Karubaba, putra serui kelahiran Merauke 1965 ini.

Felix menuturkan pada awal dirinya menjadi kepala sekolah, ia mengajak para guru untuk melakukan rapat dan membahas program kerja sekolah. 

"Sebagai pimpinan, saya selalu mengedepankan musyawarah. Kami bicara tentang kemajuan siswa. Kami juga bicara tentang pengembangan sekolah," tutur pria yang menyelesaikan pendidikan gurunya di SPG Yos Sudarso Merauke, tahun 1987 ini.

Sejak dirinya menjadi kepala sekolah SD YPPGI Agats sampai dengan saat ini, terjadi penambahan tiga ruang kelas, WC siswa, kantin dan taman kelas. 

"Kami dapat tiga ruang kelas dan WC dari Dinas Pendidikan. Lima kamar WC kami bangun menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Selain itu, kampung Bis Agats juga membangun satu unit WC siswa," tuturnya.

Di samping membenahi sarana infrastruktur SD YPPGI Agats, Felix juga berupaya memotivasi guru supaya mendidik anak-anak dengan kasih. "Kalau guru bikin kekeliruan, saya panggil dan bicara baik-baik. Pernah saya marah guru. Tetapi, kemudian saya sadar. Saya berdoa mohon ampun dan kami ke guru itu punya rumah dan saya minta maaf. Saya mau supaya semua guru mendidik anak-anak dengan kasih," kisahnya.

Meskipun secara fisik SD YPPGI Agats mulai berbenah, tetapi dokumen-dokumen terkait akreditasi sekolah masih minim. "Padahal, SD YPPGI Agats sudah masuk daftar sekolah yang akan diakreditasi tahun 2017, tetapi dokumen terkait akreditasi belum tersedia," tutur Felix.

Di tengah kegalauan hatinya menyongsong akreditasi, Felix bersyukur LANDASAN Papua masuk ke Asmat. "Waktu LANDASAN melaksanakan pelatihan SPM dan MBS pada bulan Mei 2017, saya senang sekali. Karena melalui pelatihan dan pendampingan yang diberikan LANDASAN, kami dapat mempersiapkan dokumen-dokumen terkait akreditasi. Hasilnya, kami dapat akreditasi B, sebelumnya akreditasi C," tutur Felix dengan raut wajah bangga.

Felix dan para guru tetap berjuang supaya SD YPPGI Agats harus terakreditasi A. "Kami akan terus melakukan perbaikan, baik sarana fisik maupun dokumen-dokumen sekolah supaya bisa terakreditasi A," harapnya.

"Mereka datang pakai sandal saja, kami terima. Kami mendampingi mereka untuk bisa baca, tulis, berhitung."

Terkait kurikulum, ia menjelaskan bahwa saat ini, SD YPPGI Agats telah menerapkan kurikulum tahun 2013. "Saat ini, kelas 1, 2, 3 dan 5 sudah terapkan K-13. Pada tahun ajaran 2019/2020, seluruh kelas, dari kelas 1 sampai kelas 6 akan menerapkan K-13," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa penerapan K-13 di SD YPPGI Agats akan mengalami tantangan karena para siswa harus pro-aktif mengerjakan tugas-tugas. Kondisi ini, akan berpengaruh pada waktu anak di rumah. Tetapi, perlu perhatian serius dari orang tua terhadap tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan oleh anak-anak.

"K-13 menuntut keaktifan siswa mengerjakan tugas-tugas sesuai tema pelajaran. Pada saat diterapkan nanti pasti ada tantangan seperti alokasi waktu anak untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Maka, orang tua harus memperhatikan waktu belajar anak-anak," ungkapnya. 

Felix memiliki motivasi kuat memperbaiki SD YPPGI Agats. Ia mau supaya sekolah yang terletak di pusat kota Agats ini memberikan layanan pendidikan dasar berkualitas bagi para murid. Karena itu, ia selalu berupaya membenahi SD YPPGI Agats, baik dari sisi sarana prasarana maupun dokumen sekolah.

"Saya termotivasi melakukan perbaikan dan pembenahan SD YPPGI Agats ini supaya anak-anak bisa mendapatkan pendidikan dasar berkualitas. Sarana fisik kita lengkapi. Dokumen-dokumen sekolah kita siapkan. Demikian halnya, para guru kita dorong supaya mengajar dengan baik," tutur Guru Felix.

Mendidik Anak-anak Asmat dengan Kasih

Guru Felix dan penulis di ruang kerjanya. Dokpri.
Guru Felix dan penulis di ruang kerjanya. Dokpri.
SD YPPGI Agats memiliki 456 siwa terbagi dalam 15 rombongan belajar. Kelas 1A-D (4 rombongan belajar). Kelas 2A-C (3 rombongan belajar). Kelas 3A-B. Kelas 4A-B. Kelas 5A-B dan kelas 6A-B. Mengingat jumlah ruang kelas sampai saat ini masih tiga belas ruang sehingga sebagian siswa masuk pada siang hari.

Sebagian besar siswa SD YPPGI Agats adalah orang non-Papua.  "Di sekolah ini, banyak anak-anak pegawai. Mereka orang pendatang. Sedangkan anak-anak Papua, terutama yang dari Asmat sedikit. Meskipun anak-anak Asmat sedikit, kami memberikan perhatian serius kepada mereka," tutur Felix.

Ia menjelaskan dirinya bersama para guru memberikan perhatian khusus kepada anak-anak Asmat. "Untuk anak-anak Asmat, kami kasih perhatian khusus. 

Mereka datang pakai sandal saja, kami terima. Kami mendampingi mereka untuk bisa baca, tulis, berhitung. Kalau mereka tidak masuk sekolah, kami cari ke rumah," tutur guru yang mulai mengabdi di Asmat sejak tahun 2005 ini.

 Felix juga mengisahkan sewaktu dirinya masih menjadi guru kelas, ia selalu mencari anak-anak Asmat yang tidak masuk sekolah. Ia pergi ke rumah-rumah siswanya. Di sana, ia berjumpa dengan para orang tua siswa dan memberikan motivasi agar orang tua mendorong anak-anak supaya rajin ke sekolah.

"Kita harus memberikan pemahaman kepada para orang tua supaya mereka bisa memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Karena, biasanya mereka bawa anak-anak ke kampung. Alasannya, keluarga meninggal. Saat mau pulang, mereka alasan ombak dan lain-lain. Akibatnya, anak-anak tidak bisa sekolah dengan baik," tutur guru yang pernah bertugas di SD Inpres Magabak, kabupaten Mappi ini.

 Selain memperhatikan kehadiran siswa di sekolah, Felix juga menekankan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Ia melarang keras anak-anak supaya tidak makan pinang dan isap rokok.

"Saya sudah tegaskan bahwa anak-anak tidak boleh makan pinang dan isap rokok. Tetapi, sekali lagi, semua kembali ke keluarga. Anak-anak di sekolah hanya sampai jam 12.00, selebihnya mereka tinggal dengan orang tua di rumah. Karena itu, orang tua harus memperhatikan anak-anak supaya tidak makan pinang dan merokok," tutur Felix.

 Berjuang Melawan Arus

Anak-anak SD YPPGI Agats sedang membaca di Perpustakaan. Dokpri.
Anak-anak SD YPPGI Agats sedang membaca di Perpustakaan. Dokpri.
Berbagai pembenahan yang dilakukan guru Felix telah mengubah wajah SD YPPGI Agats menjadi lebih cerah. Kini, anak-anak dapat mengakses pendidikan dasar lebih berkualitas ketimbang sebelumnya. Meskipun demikian, Felix harus menghadapi dan melewati tantangan dalam membenahi SD YPPGI Agats di masa depan.

"Saya harus loyal kepada Dinas Pendidikan karena saya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditempatkan di sekolah Yayasan. Tetapi, saya juga harus mengikuti amanat dari Yayasan. Saya tidak bisa membenahi sekolah ini, tanpa berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Yayasan," tutur Felix.

Ia menuturkan acapkali, Dinas Pendidikan menempatkan guru ke sekolah tanpa terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak sekolah dan Yayasan. Padahal, kalau ada komunikasi dan koordinasi dengan pihak sekolah, kondisinya akan lebih baik, sebab guru yang ditempatkan sesuai kebutuhan sekolah.

"Selama ini, Dinas Pendidikan langsung kasih guru. Tidak ada komunikasi dan koordinasi dengan kami di sekolah. Saya berharap ke depan harus ada koordinasi supaya kami dari sekolah bisa jelaskan kebutuhan guru sehingga Dinas Pendidikan memberikan guru sesuai kebutuhan kami di sekolah ini," tuturnya.

Terkait perbaikan pendidikan dasar di kabupaten Asmat, Felix mengibaratkan perjalanan pendidikan di Asmat, termasuk di SD YPPGI Agats harus bisa melawan arus. Selama ini, pendidikan dasar di Asmat berjalan apa adanya. Ke depan, harus ada perbaikan-perbaikan supaya anak-anak Asmat bisa mendapatkan pendidikan berkualitas.

"Kita hidup di daerah yang banyak sungai. Seringkali, kita seperti air sungai, mengikuti arus naik dan arus turun. Kita berada di tempat saja. Karena itu, kita harus lawan arus. Kita harus melakukan perbaikan di setiap sekolah," harapnya. 

Ia menjelaskan menjadi guru di Asmat memiliki tantangan tersendiri. Orang tua belum melihat pendidikan anak-anak sebagai aset masa depan keluarga. Orang tua masih membawa anak-anak ke kampung atau dusun. 

Selain itu, anak-anak yang orang tuanya pegawai hanya menitipkan anak-anaknya saja. Kalau ada rapat mereka tidak hadir. Mereka mengirim perwakilan orang tua.

"Orang tua masih bawa anak ke kampung atau dusun. Mereka tidak melihat pendidikan anak-anak itu sebagai aset masa depan. Sedangkan anak-anak yang orang tuanya pegawai, biasa sibuk dengan urusan kantor sehingga tidak terlibat banyak dalam pengembangan sekolah," tutur guru yang selalu menerapkan kasih dalam mendidik anak-anak ini.

Selain tantangan dari luar, Felix juga harus menghadapi karakter setiap gurunya. "Saya harus berupaya memahami karakter dua puluh tiga orang guru di sekolah ini. Saya harus memastikan mereka mengajar dengan baik sehingga anak-anak bisa menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru."

Ia selalu menekankan pentingnya memberikan perhatian dan sentuhan khusus kepada anak-anak Asmat. Sebab, mereka biasa ketinggalan pelajaran akibat mengikuti orang tua ke kampung.

 "Anak-anak Asmat harus mendapat perhatian khusus. Biar mereka kelas kecil (kelas 1-3), jarang masuk sekolah, tetapi pada saat mereka masuk, kita kasih semangat. Kita kasih motivasi dan dukungan. Pada saat kelas besar (kelas 4-6), biasa mereka sudah rajin masuk sekolah," tuturnya.

Meskipun membenahi SD YPPGI Agats bagaikan melawan arus sungai Asuwets yang deras, Felix tidak gentar. Dirinya bersama para guru telah menabuh tifa perbaikan di SD YPPGI Agats. perbaikan demi perbaikan telah, sedang dan akan selalu dilakukan demi masa depan anak-anak Asmat.

Felix tidak berjalan sendirian bersama para guru. Ia berharap orang tua, Dinas Pendidikan dan Yayasan terlibat penuh dalam seluruh perbaikan tata kelola di SD YPPGI Agats. 

Ia juga berharap LANDASAN Papua tetap mendampingi SD YPPGI Agats supaya perbaikan tata kelola sekolah, terutama dokumen-dokumen sekolah lebih lengkap sehingga bisa terakreditasi A. [Agats, 6 April 2019; 07.50 WIT_Pit Supardi]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun