Ia menuturkan acapkali, Dinas Pendidikan menempatkan guru ke sekolah tanpa terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak sekolah dan Yayasan. Padahal, kalau ada komunikasi dan koordinasi dengan pihak sekolah, kondisinya akan lebih baik, sebab guru yang ditempatkan sesuai kebutuhan sekolah.
"Selama ini, Dinas Pendidikan langsung kasih guru. Tidak ada komunikasi dan koordinasi dengan kami di sekolah. Saya berharap ke depan harus ada koordinasi supaya kami dari sekolah bisa jelaskan kebutuhan guru sehingga Dinas Pendidikan memberikan guru sesuai kebutuhan kami di sekolah ini," tuturnya.
Terkait perbaikan pendidikan dasar di kabupaten Asmat, Felix mengibaratkan perjalanan pendidikan di Asmat, termasuk di SD YPPGI Agats harus bisa melawan arus. Selama ini, pendidikan dasar di Asmat berjalan apa adanya. Ke depan, harus ada perbaikan-perbaikan supaya anak-anak Asmat bisa mendapatkan pendidikan berkualitas.
"Kita hidup di daerah yang banyak sungai. Seringkali, kita seperti air sungai, mengikuti arus naik dan arus turun. Kita berada di tempat saja. Karena itu, kita harus lawan arus. Kita harus melakukan perbaikan di setiap sekolah," harapnya.Â
Ia menjelaskan menjadi guru di Asmat memiliki tantangan tersendiri. Orang tua belum melihat pendidikan anak-anak sebagai aset masa depan keluarga. Orang tua masih membawa anak-anak ke kampung atau dusun.Â
Selain itu, anak-anak yang orang tuanya pegawai hanya menitipkan anak-anaknya saja. Kalau ada rapat mereka tidak hadir. Mereka mengirim perwakilan orang tua.
"Orang tua masih bawa anak ke kampung atau dusun. Mereka tidak melihat pendidikan anak-anak itu sebagai aset masa depan. Sedangkan anak-anak yang orang tuanya pegawai, biasa sibuk dengan urusan kantor sehingga tidak terlibat banyak dalam pengembangan sekolah," tutur guru yang selalu menerapkan kasih dalam mendidik anak-anak ini.
Selain tantangan dari luar, Felix juga harus menghadapi karakter setiap gurunya. "Saya harus berupaya memahami karakter dua puluh tiga orang guru di sekolah ini. Saya harus memastikan mereka mengajar dengan baik sehingga anak-anak bisa menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru."
Ia selalu menekankan pentingnya memberikan perhatian dan sentuhan khusus kepada anak-anak Asmat. Sebab, mereka biasa ketinggalan pelajaran akibat mengikuti orang tua ke kampung.
 "Anak-anak Asmat harus mendapat perhatian khusus. Biar mereka kelas kecil (kelas 1-3), jarang masuk sekolah, tetapi pada saat mereka masuk, kita kasih semangat. Kita kasih motivasi dan dukungan. Pada saat kelas besar (kelas 4-6), biasa mereka sudah rajin masuk sekolah," tuturnya.
Meskipun membenahi SD YPPGI Agats bagaikan melawan arus sungai Asuwets yang deras, Felix tidak gentar. Dirinya bersama para guru telah menabuh tifa perbaikan di SD YPPGI Agats. perbaikan demi perbaikan telah, sedang dan akan selalu dilakukan demi masa depan anak-anak Asmat.