Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Maria Goreti Menghidupkan SD Yepem yang Sudah Mati

18 Mei 2019   15:41 Diperbarui: 23 Mei 2019   08:48 2817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi SD YPPK St. Antonius Yepem, 6 September 2017. Dokpri.

"Kita seperti burung yang bertengger di dahan-dahan. Dahan-dahan kita itu, di depan kelas, karena kita tidak punya ruang guru. Jadi, saya minta orangtua berpartisipasi mengumpulkan dana solidaritas setiap anak lima ribu rupiah sebagaimana kesepakatan kita bersama Komite Sekolah. Kita berharap dana yang terkumpul itu, kita bisa gunakan untuk membangun ruang guru dan Perpustakaan," tutur Maria Goreti Yonathan pada saat rapat bersama orang tua murid sekaligus pembagian raport, 15 Desember 2018 di SD YPPK St. Antonius Padua Yepem.

Cuaca di kota Agats cerah. Matahari memancarkan sinarnya menerangi tanah lumpur Asmat. Langit biru menambah semarak indahnya Asmat yang dibalut jutaan pohon mangrove yang tumbuh berjejer di atas tanah lumpur Asmat.

Pukul 08.30 WIT, tim LANDASAN, Septer Manufandu, Pit Supardi, Viktor Duapadang dan Pastor Paroki St. Martinus de Pores Ayam, Pastor Vesto Maing, Pr berangkat ke Yepem. Tim menggunakan fiber long boat 40 PK. Primus Aikom, kader kampung Yepem menjadi driver.

Laut Arafura sedang bergelora. Ombak menghantam fiber long boat. "Siap-siap, kita agak ke laut, karena kalau di pinggir ombak hantam kita," tutur Primus sambil mengarakah long boat ke laut. Setelah berjibaku dengan ombak, pukul 09.10 WIT tim tiba di kampung Yepem dengan selamat.

Di gedung baru SD YPPK St. Antonius Padua Yepem, tampak orang tua murid duduk berjejer di teras sekolah. Para orangtua sedang mendengarkan arahan Kepala Sekolah, Maria Goreti Yonathan.

Terdengar seruan tegas yang terlontar dari mulut Ibu Maria sapaanya. "Bapa, Mama dorang semua. Anak-anak kelas satu punya Raport kami belum tulis. Alasannya, kita suka ganti anak-anak punya nama. Jadi, saya harap, jangan ganti-ganti nama. Kalau Yohanes harus tetap Yohanes. Jangan ganti Yohanes dengan Petrus atau dengan nama yang lain."

Sekolah yang Mati
Suasana sukacita saat pembagian Raport semester ganjil, 15 Desember 2018 di SD YPPK St. Antonius Yepem bisa terjadi setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan. Sebab, sebelumnya, SD YPPK St. Antonius Padua Yepem sudah mati.

Aktivitas belajar-mengajar tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para guru tidak aktif mengajar. Sekolah rusak parah dan dipenuhi rumput dan pohon yang tinggi. Anak-anak usia sekolah di kampung Yepem benar-benar terlantar.

Kondisi SD YPPK St. Antonius Yepem, 6 September 2017. Dokpri.
Kondisi SD YPPK St. Antonius Yepem, 6 September 2017. Dokpri.

Hari itu, 6 September 2017, saya dan pendamping desa Distrik Agats, Herlin Singgir mengunjungi kampung Yepem. Saya pergi ke SD YPPK St. Antonius Padua Yepem. Saat itu tidak ada proses belajar mengajar. Tidak ada guru sehingga anak-anak tidak bersekolah. Selain itu, kondisi gedung sekolah rusak berat. Sedangkan gedung baru berada di sekitar 200 meter dari gedung lama. Kondisinya tertutup semak belukar.

"Pa Pit, kita tidak bisa ke gedung sekolah baru. Tidak ada jalan ke sana," tutur Robi, guru honor SD YPPK St. Antonius Yepem. "Saya tidak akan tinggalkan kampung ini, kalau kalian tidak mau antar saya ke sana." Karena merasa terdesak, guru Robi dan salah satu warga menemani saya pergi ke gedung sekolah baru yang terlantar itu.

Kami ke sana melintasi lumpur dan belukar. "Pa Pit, ko pegang kayu ini untuk tahan. Jangan sampai jatuh nanti. Hati-hati. Kita jalan di atas lumpur dan hutan ini," tutur guru Robi. Kami tiba di gedung sekolah yang terdiri atas tiga ruang kelas itu. Di dalam kelas tampak meja dan bangku tersusun rapi. Ada papan tulis. Tetapi, rumput sudah menjalar memenuhi ketiga ruangan kelas itu.

Kondisi gedung sekolah yang terlantar, 6 September 2017. Dokpri.
Kondisi gedung sekolah yang terlantar, 6 September 2017. Dokpri.
Setelah berdiri sejenak di gedung sekolah baru itu, kami berempat kembali ke sekolah lama. Jalan masuk ke sekolah sudah rusak. Gedung sekolah reot. Ruang kelas dihiasi tai anjing. Pemandangan sekolah dasar Katolik yang sangat memprihatinkan.

Dari sekolah, kami pergi ke Jew. Di dalam Jew, dilaksanakan pembentukan tim penyusunan RPJM Kampung Yepem. Saya menggunakan kesempatan tersebut untuk mendorong agar pemerintahan kampung pro-aktif untuk menghidupkan kembali SD YPPK St. Antonius Yepem.

"Masa depan kampung Yepem ada di anak-anak. Kalau anak-anak Yepem tidak sekolah, kampung ini mau jadi apa? Karena itu, saya harap kepala kampung, Bamuskam dan semua tua adat untuk perhatikan sekolah Yepem yang sudah rusak itu."

Di Agats, saya menyampaikan kepada Ketua YPPK Keuskupan Agats, Pastor Beni terkait kondisi SD YPPK St. Antonius Yepem yang sangat memprihatin itu. Saya juga berbicara dengan Kepala UTPD Pendidikan Distrik Agats, Damaskus Karubun. Demikian halnya, saya sampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan, Donatus Tamot.

"SD YPPK St. Antonius Yepem perlu kepala sekolah baru. Tidak ada cara lain untuk menghidupkan sekolah itu, selain mengganti kepala sekolah. Karena itu, saya minta Bapa kasih kepala sekolah baru untuk SD Yepem. Kasian anak-anak di sana terlantar karena sekolah sudah mati."

Kepala Dinas Pendidikan, Donatus Tamot berjanji bahwa dirinya akan menempatkan kepala sekolah baru di Yepem. "Saya sudah bicara dengan Ketua Yayasan, Pastor Beni tentang kepala sekolah SD Yepem. Saya tunggu nama dari Pastor Beni," tutur Don Tamot.

Hari yang dinanti-nanti itu pun tiba. Pada 14 November 2017, pemerintah daerah Kabupaten Asmat melaksanakan pelantikan kepala sekolah. SD YPPK St. Antonius Yepem mendapatkan kepala sekolah baru, yaitu Maria Goreti Yonathan.

Di tangan Mari Goreti Yonathan, SD YPPK St. Antonius Yepem yang sebelumnya mati, kini hidup kembali. Bagaimana kiat Ibu Maria dalam menghidupkan sekolah tersebut? Apa saja harapan dan tantangan yang dihadapi Ibu Maria?

Menabuh Tifa Perubahan
Pada saat diminta menjadi kepala sekolah Ibu Maria Goreti Yonathan sebenarnya menolak. Ia telah betah mengajar di SD Darussalam Agats. Ia tidak mau pindah lagi ke tempat lain. Tetapi, karena diminta oleh Kepala Dinas Pendidikan, Donatus Tamot dan Pastor Beni, sehingga Ibu Maria bersedia menjadi kepala sekolah di Yepem.

Guru Mari Goreti sedang memberikan pengarahan kepada orang tua siswa pada saat pembagian Raport, 15 Desember 2018. Dokpri.
Guru Mari Goreti sedang memberikan pengarahan kepada orang tua siswa pada saat pembagian Raport, 15 Desember 2018. Dokpri.
"Sebenarnya saya tidak mau jadi kepala sekolah di Yepem. Saya sudah mengajar bagus di SD Darussalam, tetapi Pa Kepala Dinas minta saya harus ke sana sehingga saya terima," tutur perempuan peranakan Cina Marind, yang lahir dan besar di Kelapa Lima, Merauke ini.

Setelah pelantikan Ibu Maria tidak langsung pergi ke Yepem. Ia masih tinggal di Agats. Pada 8 Januari 2018, Ibu Maria pergi ke Yepem. Ia melihat gedung sekolah yang sudah rusak parah. Anak-anak tidak sekolah.

"Pertama kali saya datang ke Yepem, saya lihat sekolah Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik, tetapi mati. Jalan masuk ke sekolah rusak parah. Tidak ada fasilitas apa pun. Saya mulai benahi," tuturnya saat peringatan hari ulang tahun SD YPPK St. Antonius Padua, pada 1 September 2018 silam.

Berbekalkan semangat mendidik anak-anak Asmat, ia mulai mengumpulkan orang tua siswa. Ia membentuk Komite Sekolah. "Saya kumpulkan orang tua siswa. Kami bentuk Komite Sekolah. Jadi, saya tidak kerja sendirian. Saya bersama Komite Sekolah mulai hidupkan kembali sekolah ini," kisah Ibu Maria.

Ibu Maria dibantu oleh Komite Sekolah, Bapak... dan kader kampung Yepem, Primus Aikom mulai membenahi jalan masuk ke sekolah. Primus mengkoordinir para pemuda menebang kayu di hutan. Kayu-kayu bulat itu menjadi penopang jembatan menuju ke sekolah. Di atas tiang-tiang kayu bulat itu, diletakkan papan. Kini, anak-anak bisa dengan mudah masuk ke sekolah, tanpa harus khawatir jatuh.

Halaman sekolah pun mulai dibersihkan. Anak-anak sekolah membabat rumput di sekitar sekolah. Rumput yang sebelumnya tinggi, kini tidak tampak lagi. Demikian halnya, ruang kelas yang sebelumnya berantakan mulai tertata rapi.

Gedung sekolah memang sudah rusak dimakan usia. Papan dinding sekolah sudah terlepas. Ibu Maria berusaha semampunya memperbaiki gedung yang mulai reot itu. "Saya harus pinjam uang untuk beli paku, papan dan cat untuk perbaiki gedung sekolah yang rusak ini supaya anak-anak bisa belajar dengan tenang," tutur Ibu Maria bersemangat.

Sebelumnya, pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hanya dilakukan oleh kepala sekolah. Dana BOS tidak digunakan sebagaimana mestinya. Kini, Ibu Maria mengelola dana BOS bersama para guru. Dana tersebut digunakan untuk memperbaiki gedung sekolah dan juga untuk makan siswa/i.

Sejak menjabat kepala sekolah, Ibu Maria mendorong Komite Sekolah membersihkan gedung sekolah baru yang bertahun-tahun terlantar. Sejak bulan Maret 2018, gedung yang terlantar itu diberkati oleh Pastor Beni, Pr. Kini, gedung tersebut digunakan oleh siswa kelas 3-6 SD.

"Gedung baru itu, digunakan oleh anak-anak yang sudah besar. Mereka yang sekarang sudah kelas 3-6 pakai gedung yang baru," tutur Ibu Maria.

Meskipun awalnya belum ada jalan jembatan penghubung antara gedung sekolah lama dan baru, tetapi Ibu Maria mengakalinya dengan meletakkan beberapa papan menuju gedung sekolah baru sehingga anak-anak bisa melewatinya saat pergi ke kelas. Pada bulan November 2018, Ibu Maria membangun jembatan menuju sekolah baru menggunakan dana BOS.

Pada 15 Desember 2018, jalan jembatan penghubung gedung sekolah lama dan gedung sekolah baru itu diberkati oleh Pastor Beni, Pr. Kini, anak-anak bisa melewati jalan jembatan yang bagus ke gedung sekolah baru.

Membentuk Karakter 
Kerja keras Ibu Maria membenahi SD YPPK St. Antonius Yepem mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat. Pada tahun 2018, sekolah ini mendapatkan bantuan program gizi anak sekolah (Progras) dari Kementerian Pendidikan.

"Kita di kabupaten Asmat mendapat kuato 10 SD pengelola dana Progras. Salah satu sekolah yang kami tunjuk adalah SD YPPK St. Antonius Yepem," tutur Kepala Dinas Pendidikan, Donatus Tamot.

Kepala SD YPPK Yepem, Maria Goreti, para guru dan Tim KOMPAK LANDASAN Papua, 26 Agustus 2018. Dokpri.
Kepala SD YPPK Yepem, Maria Goreti, para guru dan Tim KOMPAK LANDASAN Papua, 26 Agustus 2018. Dokpri.

Sejak menjadi Kepala Sekolah, Ibu Maria menerapkan pendidikan karakter pada anak-anak. "Waktu saya baru tiba di kampung Yepem ini, saya dengar anak-anak baku maki. Sekarang, saya sudah tegaskan kepada anak-anak supaya di sekolah dan di rumah tidak boleh maki-maki lagi," tutur Ibu Maria.

Ia juga membiasakan anak-anak untuk pergi ke gereja setiap hari Minggu. Sedangkan di sekolah, ia melatih anak-anak berdoa dan bernyanyi lagu-lagu rohani.

Pada perayaan ulang tahun SD YPPK St. Antonius Yepem, 1 September 2018, Ibu Maria mengundang Pastor Paroki Ewer, Pastor Yahya untuk memimpin perayaan Misa syukur di Yepem. Hadir dalam perayaan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan, Donatus Tamot, tim LANDASAN Papua, saya dan Erold Msen serta Pendamping Desa, Herlin Singgir dan Yahya Kafiar.

Di tangan Ibu Maria, sekolah yang dulunya mati, kini hidup kembali. Sebelumnya hanya puluhan siswa yang aktif belajar. Kini, sudah 189 siswa yang aktif belajar setiap hari. Orang tua mulai mengantar anak-anak ke sekolah karena mereka percaya bahwa Ibu Maria bisa mendidik anak-anak mereka.

Harapan dan Tantangan
SD YPPK St. Antonius Yepem sudah bangun dari tidur panjang. Anak-anak sudah bisa mendapatkan pelajaran. Guru-guru aktif mengajar. Tetapi, ada beberapa guru yang masih enggan tinggal di Yepem dan mengajar.

Selain itu, ada pula guru honor yang memiliki keterbatasan dalam mengajar sehingga menyulitkan siswa/i dalam menangkap pelajaran. Ibu Maria berharap ada pelatihan untuk guru-guru yang belum mahir mengajar supaya mereka bisa menguasai metode pembelajaran yang tepat sehingga bisa mengajar anak-anak dengan baik.

Ke depan, Ibu Maria memiliki rencana untuk membangun kantor sekolah dan lapangan. "Kami punya sekolah tidak ada kantor guru. Kami dari rumah langsung ke ruang kelas. Kalau istirahat, kami berdiri di teras kelas saja. Saya harap, ke depan, kami bisa bangun satu ruang untuk kantor guru," tuturnya.

Dirinya juga berharap bisa membangun lapangan sekolah. "Lapangan sekolah sangat penting. Kasian sekali anak-anak bermain bola di lumpur. Kami juga tidak bisa upacara bendera karena mau berdiri di mana?" harapnya.

Bukan itu saja, meskipun sudah hidup, SD YPPK St. Antonius Padua Yepem masih kekurangan fasilitas belajar lainnya seperti Perpustakaan, kantin sekolah dan rumah.

"Saya malu sekali, karena saya harus tinggal di rumah Pastoran karena tidak ada rumah untuk guru. Saya sudah bicara ke Dinas Pendidikan dan Keuskupan, tapi sampai sekarang belum ada rumah guru, termasuk rumah untuk kepala sekolah," tambahnya.

Di balik harapan-harapan itu, Ibu Maria juga berhadapan dengan tantangan yang tidak ringan. Tidak semua orang tua menerima kebijakan pembelajaran yang diterapkan Ibu Maria di sekolah. Misalnya, orang tua protes terhadap penggunaan dana BOS. "Orang tua bilang, dulu kepala sekolah lama dana BOS itu bisa kasih anak-anak, kenapa sekarang tidak lagi?"

Padahal, dana BOS dipergunakan oleh Ibu Maria untuk memperbaiki sekolah, termasuk untuk makan siswa. Meskipun mengalami berbagai tantangan, ia tidak pernah surut membaktikan dirinya bagi anak-anak Asmat di kampung Yepem.

"Saya bertahan di tempat ini demi masa depan anak-anak. Saya mau anak-anak Asmat di kampung ini bisa belajar dengan baik. Mereka harus menjadi anak-anak yang bisa punya pendidikan tinggi kelak," tuturnya penuh optimis.

Maria Goreti Yonathan membaktikan dirinya untuk anak-anak Asmat di kampung Yepem. Ia telah membuktikan bahwa keterbatasan fasilitas belajar di sekolah tidak menghambat proses belajar-mengajar di sekolah. Ia juga menyadari bahwa dirinya tidak bisa bekerja sendirian dalam menghidupkan sekolah yang sudah mati di Yepem. Ia melibatkan orang tua siswa dan tua adat, tokoh Gereja dan pemuda dalam membenahi sekolah tersebut.

Semoga semangat Ibu Maria di kampung Yepem, Distrik Agats, Kabupaten Asmat menginspirasi para guru di pelosok nusantara dalam mendidik anak-anak generasi masa depan bangsa.

Ketika para guru menghadapi tantangan, baik sarana fisik maupun tenaga pengajar, ingatlah bahwa hal demikian dialami juga oleh Ibu Maria di Yepem. Tetapi, komitmen dan motivasi yang lahir dari hati untuk melayani anak-anak mampu menerjang badai dan gelombang yang datang silih berganti. 

Agats, Senin, 11 Maret 2019 Pukul 08.00 WIT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun