Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Narasai Pertanian Organik di Distrik Akat

26 Oktober 2018   14:17 Diperbarui: 27 Oktober 2018   11:57 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya melihat bahwa orang Asmat, khususnya di Ayam sangat antusias terhadap pertanian orgnik. Mereka membutuhkan pendampingan, terutama hal-hal teknis. Kita harus kasih teknik yang tepat, supaya mereka membuka kebun sayur dan mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga mereka bisa percaya. 

Unsur kepercayaan antara kita yang mendampingi dengan para petani sangat menentukan keberhasilan saat ini dan perkembangannya ke depan, " tutur Br. Elias Logo OFM saat ditemui di Biara St. Antonius Sentani, Sabtu, [19/10].

Dentum tifa dan nyayian khas Asmat menggema di dermaga kampung Cumnew. Ratusan orang, laki-laki, perempuan dan anak-anak mengenakan busana tradisional Asmat. Mereka bernyanyi dan menari-menari. Sukacita besar tampak di raut wajah mereka.

Tim DFAT dan BAPPENAS disambut secara adat. Kapur putih dihamburkan ke arah anggota tim yang turun di dermaga Cumnew. Pertanda manusia, leluhur dan semesta Asmat bersukacita menyambut kedatangan Tim DFAT dan BAPPENAS. Satu persatu digandeng dan dibawa ke kampung Cumnew.

Itulah suasana penyambutan Tim DFAT dan BAPPENAS yang akan melakukan panen raya sayur organik di Distrik Akat, khususnya di lima kampung yang berada di pusat Distrik Akat, yaitu Cumnew, Ayam, Bayiw Pinam, Waw Cesau dan Jowes pada Sabtu, [22/9].  

Di kebun-kebun sayur milik masyarakat, tampak sayur hijau dan segar. Ada kangkung dan sawi yang siap dipanen. Ratusan petak sayur lainnya sedang tumbuh. Ratusan warga masyarakat di kelima kampung dan Tim DFAT dan BAPPENAS melakukan panen raya sayur di petak yang sudah siap panen.

Di balik hijaunya sayur organik di Ayam, Distrik Akat, terdapat sang arsitek pertanian organik yang menanganinya dengat tepat. Dia adalah Br. Elias Logo OFM.  Lelaki asal Wamena, Papua ini adalah seorang biarawan Fransiskan. Ia merupakan ahli pertanian organik di Papua. 

Kerja Bersama Petani 

Dokumentasi Pribadi.
Dokumentasi Pribadi.
Bruder Eli, sapaannya. Ia tiba di Ayam, Distrik Akat pada Minggu, [19/8]. Selama mendampingi petani sayur organik di Ayam, ia tinggal bersama Pastor Paroki St. Martinus de Pores Ayam di Pastoran Ayam. 

Selama di Ayam, ia mendampingi para petani sayur organik di lima kampung di pusat Distrik Akat, yaitu kampung Waw Cesau, Ayam, Bayiw Pinam, Cumnew dan Jowes. Ia bekerja mulai pagi pukul 07.00-17.00 WIT. 

"Saya kerja bersama dengan kelompok tani mulai pagi hari. Siang hari saya pulang makan. Setelah makan, pukul 13.00, saya kembali ke kebun bersama para petani. Saya ajar mereka cara buat petak (bedeng), cara menanam dan merawat sayur," tutur Br. Eli.

Bruder Eli berkisah bahwa sebelum dirinya berangkat ke Ayam, beberapa saudaranya merasa pesimis terhadap usaha pertanian organik di Distrik Akat. "Ada beberapa saudara saya merasa pesimis karena mereka pikir saya pernah kerja di daerah Mapurujaya dan hasilnya kurang memuaskan. Mereka bilang saya akan bikin habis waktu dengan pergi ke Asmat dan melatih orang peramu. Pada awalnya, saya sendiri kurang yakin, tetapi saya bertekad pergi ke Asmat."

"Waktu saya tiba di Ayam, saya membaca semangat para petani. Saya menemukan semangat orang-orang Asmat di Ayam untuk bertani sangat baik. Selain itu, saya melihat mereka pahat kayu (mengukir). 

Kayu keras mereka bisa pahat tanpa sketsa. Kita juga bisa lihat bahwa mereka bisa menanam umpak kayu besi ke dalam tanah. Artinya, mereka memiliki kemampun bekerja yang mengagumkan. Kalau Kalau kayu keras saja mereka bisa pahat dan umpak kayu besi yang berat saja mereka bisa tanam ke dalam tanah, apa lagi tanah lembek, saya yakin mereka pasti bisa menjadi petani," tutur Bruder Eli.

Berbekalkan alat pengukur pH tanah, ia mengukur tingkat keasaman tanah. Hasilnya, pH tanah di Ayam, tetapi harus ada intervensi berupa pemberian kapur, abu dapur dan pembuatan parit untuk mengalirkan air sehingga pH tanah bisa turun dan bisa ditanami berbagai jenis sayur.

"Saya melihat bahwa untuk melatih petani sayur di Asmat harus mengetahui dan menguasai teknik mulai dari menabur benih sampai panen. Hanya dengan penguasaan teknik, kita bisa latih para petani. Ketika teknik yang kita berikan menghasilkan sayur yang bagus, maka mereka akan percaya dan  kerja sesuai dengan teknik yang kita berikan," ujar Bruder Eli.

Ia menjelaskan bahwa tanah di kampung Cumnew-juga kampung lainnya-pada saat pertama kali dibuka, hasilnya pasti kurang bagus karena terlalu basah dan pH tanah masih cukup tinggi. 

Tetapi, pada saat tanam kedua dan ketiga hasilnya pasti bagus, karena tanah mulai kering dan pHnya sudah turun. Sedangkan tanam keempat harus ada intervensi lagi, yaitu pupuk kompos karena unsur hara tanah sudah berkurang. Karena itu, instalasi pupuk kompos sangat dibutuhkan di Ayam.

Berdasarkan pengalamannya bersama petani sayur di Ayam selama satu bulan, Bruder Eli mengatakan bahwa mendampingi orang Asmat perlu dilakukan dari jarak dekat. "Saya melihat bahwa kita tidak bisa menyuruh mereka bekerja sendiri. 

Kita harus turun dan terlibat kerja dengan mereka. Kita tidak bisa berdiri saja dan perintah mereka kerja. Ketika kita terlibat, mereka mendapatkan semangat yang memacu mereka untuk bekerja lebih semangat," jelas Bruder Eli.

Bruder Eli menambahkan ketika kita terlibat bersama masyarakat, maka mereka merasa bahwa kita menjadi bagian dalam hidup mereka. "Kita membagi teknik yang benar tentang pertanian organik ke mereka pada saat di lahan pertanian, bukan teori di kelas. 

Ketika teknik yang kita bagikan menghasilkan sayur yang bagus, maka mereka akan ingat dan pakai seumur hidup. Tetapi, kalau kita punya tangan tidak kotor  dan perintah mereka, maka mereka tidak akan mendengarkan kita," tambah Bruder Eli.

20180908-071024-5bd2d1eb677ffb687526b8f2.jpg
20180908-071024-5bd2d1eb677ffb687526b8f2.jpg
Ia menjelaskan setiap orang yang mau datang ke Asmat untuk mendampingi petani, harus tinggal bersama dengan mereka di kampung-kampung. Selain itu, harus menguasai teknik, mulai dari pengolahan tanah, cara tanam, perawatan sampai panen. 

"Setiap jenis sayur memiliki cara tanamnya sendiri. Misalnya, kangkung, tomat, cabe, masing-masing memiliki teknik tanam dan perawatannya sendiri. Seorang pendamping harus mengusai teknik-teknik tersebut," tutur Bruder Eli.

"Saya ambil contoh. Kita tanam tomat. Pertama-tama, kita harus tancap kayu penahan. Kemudian, kita tanam tomat. Setelah usia tomat dua minggu, kita ikat dahan tomat ke kayu penahan. 

Cabang-cabang tomat harus dibersihkan supaya tersisa batang tunggal sehingga makanan (unsur hara) tidak terbuang ke cabang-cabang, tetapi terarah kepada buah tomat. Dengan demikian, bisa menghasilkan banyak buah," jelasnya.

Dentum tifa perbaikan gizi masyarakat melalui ketersediaan sayur organik di Distrik Akat telah ditabuh. Br. Elias Logo telah mendampingi para petani sayur di pusat Distrik Akat selama satu bulan (21 Agustus-19 September 2018). Harapannya ke depan, pertanian organik akan tetap berlanjut sehingga pengetahuan dan teknik pertanian yang diberikan oleh Br. Eli tidak lenyap ditelan waktu.

"Saya berharap ke depan, KOMPAK LANDASAN mendampingi para petani, terutama mengorganisir supaya mereka bisa mendapatkan bibit berkualitas di Agats. Misalnya, kita kasih contoh bibit unggul ke pedagang yang menjual bibit di Agats supaya para pedagang bisa menyediakan bibit tersebut sehingga para petani bisa mendapatkan bibit unggul," tutur Br. Eli.

Selain sayur-mayur, ia berharap pusat Distrik Akat bisa menjadi daerah penghasil buah-buahan. "Saya lihat ke depan, KOMPAK LANDASAN bekerja sama dengan pemeritah daerah dan pemerintahan kampung untuk mengembangkan buah-buahan seperti nenas, nangka, jeruk dan durian di Ayam," tambahnya.

Hentikan Pestisida 

img-3736-jpg-5bd2d1c243322f314b3b3564.jpg
img-3736-jpg-5bd2d1c243322f314b3b3564.jpg
Selama mendampingi para petani sayur di Ayam, Br. Eli menekankan pentingnya mengelola tanah tanpa menggunakan pestisida. Ia mengajak segenap masyarakat untuk tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida karena akan akan merusak keseimbangan ekosistem. Karena itu, harus menggunakan pupuk organik.

"Saya sudah sampaikan kepada semua masyarakat yang saya dampingi di pusat Distrik Akat bahwa tidak boleh menerima pupuk kimia dan pestisida. Semua harus menggunakan pupuk organik. Sebab, pupuk kimia dan pestisida merusak keseimbangan ekosistem. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, tetapi merusak ekosistem alam. Tanah dan air akan tercemar," jelasnya.

Untuk mengatasi kesenjangan ketersediaan pupuk organik, Br. Eli berharap KOMPAK LANDASAN bisa memfasilitasi pendirian instalasi pupuk organik di Ayam. "Sekali lagi, KOMPAK LANDASAN bisa mendorong pemerintahan kampung dan Dinas Pertanian untuk mendirikan instalasi pupuk kompos sehingga masyarakat bisa menggunakannya untuk pertanian organik," tandasnya.

***

"Saya merasa diterima di Ayam, Distrik Akat. Selama pelatihan, saya dekat dengan masyarakat. Mereka pun dekat dengan saya. Saya pikir di dalam pendampingan, unsur kepercayaan, saling percaya sangat menentukan proses perubahan."

Br. Eli berharap, siapa pun yang akan mendampingi orang Asmat, harus membangun sikap percaya kepada masyarakat. Selain itu, seorang pendamping harus menguasai teknik yang akan dibagikan kepada masyarakat. Sebab, masyarakat selalu menuntut bukti, bukan teori.

"Saat saya mau kembali ke Agats, Kamis, [19/9], Bapa Patris dan Bapa Paulus peluk saya dan menangis. Mereka sedih karena saya tinggalkan mereka. Tetapi, saya sudah kasih teknik pertanian organik. Mereka akan kembangkan ke depan," tutur Br. Elias Logo OFM mengakhiri kisahnya bersama masyarakat Asmat di Ayam, Distrik Akat.

***

Sekedar diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan pertanian organik di Distrik Akat diikuti oleh kelompok petani dari kampung Waw Cesau, Ayam, Bayiw Pinam, Cumnew dan Jowes. Setiap kampung membentuk satu kelompok terdiri atas lima orang. Selain itu, melibatkan SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam, SD YPPGI Ayam, SD Persiapan Negeri Cumnew dan SMP Negeri 1 Agats, Akat dan Puskesmas Ayam.

Selama pendampingan, setiap hari Br. Elias Logo OFM mendampingi kelompok-kelompok petani secara bergiliran. Br. Eli mengajarkan teknik membuat petak (bedeng), menabur benih, menanam tumpang sari dan merawat sayur yang telah tumbuh.

Hasilnya, sayur tumbuh dengan subur dan tertata rapi. Sayur yang ditanam adalah kangkung, sawi, tomat, terong. Pada Sabtu, [22/9], Tim DFAT dan BAPPENAS bersama Sekda Kabupaten Asmat, Bartolomeus Bokoropces dan Kepala OPD di lingkungan pemerintahan Setda Kabupaten Asmat melaksanakan panen raya sayur di Distrik Akat.

Dokumentasi Pribadi.
Dokumentasi Pribadi.
 Tim DFAT dan BAPPENAS yang hadir di Ayam dan mengikuti kegiatan panen raya sayur organik adalah Astrid Kartika, Unit Manager, Human Development, Kedutaan Besar Australia, Joanne Sharpe, Unit Manager, Social Protection, Kedutaan Besar Australia. BAPPENAS terdiri atas, Vivi Yulaswati, Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial, Alen Ermanita, Plt. Kasubdit Aparatur Pemerintah Daerah, Direktorat OTDA, Dharendra Wardhana, Staff Direktorat Perencanaan Kependudukan dan Perlindungan Sosial, Ted Weohau, Implementation Director-KOMPAK, Heracles Lang, Special Autonomy Implementation Improvement Lead, KOMPAK, Nia Firtica, Communications and Media Relations Lead, KOMPAK, Yusran Laitupa, Executive Director-- BaKTI, Don K. Marut, Team Leader LANDASAN, George Corputty, Implementing Manager-LANDASAN, Gisela Swaragita Andika, Journalist-Jakarta Post, Yeni Samakory, Program Coordinator Papua & Papua Barat-KOMPAK, Efendy Sibuea, Project Officer-KOMPAK, Piet Supardi, Kordinator Landasan Kabupaten Asmat-LANDASAN, Deasy Namsa, Finance Officer-LANDASAN dan Riri, Kordinator Distrik Akat.[Petrus Pit Supardi_LANDASAN Papua].[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun