Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Narasai Pertanian Organik di Distrik Akat

26 Oktober 2018   14:17 Diperbarui: 27 Oktober 2018   11:57 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

20180908-071024-5bd2d1eb677ffb687526b8f2.jpg
20180908-071024-5bd2d1eb677ffb687526b8f2.jpg
Ia menjelaskan setiap orang yang mau datang ke Asmat untuk mendampingi petani, harus tinggal bersama dengan mereka di kampung-kampung. Selain itu, harus menguasai teknik, mulai dari pengolahan tanah, cara tanam, perawatan sampai panen. 

"Setiap jenis sayur memiliki cara tanamnya sendiri. Misalnya, kangkung, tomat, cabe, masing-masing memiliki teknik tanam dan perawatannya sendiri. Seorang pendamping harus mengusai teknik-teknik tersebut," tutur Bruder Eli.

"Saya ambil contoh. Kita tanam tomat. Pertama-tama, kita harus tancap kayu penahan. Kemudian, kita tanam tomat. Setelah usia tomat dua minggu, kita ikat dahan tomat ke kayu penahan. 

Cabang-cabang tomat harus dibersihkan supaya tersisa batang tunggal sehingga makanan (unsur hara) tidak terbuang ke cabang-cabang, tetapi terarah kepada buah tomat. Dengan demikian, bisa menghasilkan banyak buah," jelasnya.

Dentum tifa perbaikan gizi masyarakat melalui ketersediaan sayur organik di Distrik Akat telah ditabuh. Br. Elias Logo telah mendampingi para petani sayur di pusat Distrik Akat selama satu bulan (21 Agustus-19 September 2018). Harapannya ke depan, pertanian organik akan tetap berlanjut sehingga pengetahuan dan teknik pertanian yang diberikan oleh Br. Eli tidak lenyap ditelan waktu.

"Saya berharap ke depan, KOMPAK LANDASAN mendampingi para petani, terutama mengorganisir supaya mereka bisa mendapatkan bibit berkualitas di Agats. Misalnya, kita kasih contoh bibit unggul ke pedagang yang menjual bibit di Agats supaya para pedagang bisa menyediakan bibit tersebut sehingga para petani bisa mendapatkan bibit unggul," tutur Br. Eli.

Selain sayur-mayur, ia berharap pusat Distrik Akat bisa menjadi daerah penghasil buah-buahan. "Saya lihat ke depan, KOMPAK LANDASAN bekerja sama dengan pemeritah daerah dan pemerintahan kampung untuk mengembangkan buah-buahan seperti nenas, nangka, jeruk dan durian di Ayam," tambahnya.

Hentikan Pestisida 

img-3736-jpg-5bd2d1c243322f314b3b3564.jpg
img-3736-jpg-5bd2d1c243322f314b3b3564.jpg
Selama mendampingi para petani sayur di Ayam, Br. Eli menekankan pentingnya mengelola tanah tanpa menggunakan pestisida. Ia mengajak segenap masyarakat untuk tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida karena akan akan merusak keseimbangan ekosistem. Karena itu, harus menggunakan pupuk organik.

"Saya sudah sampaikan kepada semua masyarakat yang saya dampingi di pusat Distrik Akat bahwa tidak boleh menerima pupuk kimia dan pestisida. Semua harus menggunakan pupuk organik. Sebab, pupuk kimia dan pestisida merusak keseimbangan ekosistem. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, tetapi merusak ekosistem alam. Tanah dan air akan tercemar," jelasnya.

Untuk mengatasi kesenjangan ketersediaan pupuk organik, Br. Eli berharap KOMPAK LANDASAN bisa memfasilitasi pendirian instalasi pupuk organik di Ayam. "Sekali lagi, KOMPAK LANDASAN bisa mendorong pemerintahan kampung dan Dinas Pertanian untuk mendirikan instalasi pupuk kompos sehingga masyarakat bisa menggunakannya untuk pertanian organik," tandasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun