Asmat terkenal ke seluruh penjuru dunia karena budaya mengukir. Setiap mata takjub memandang hasil karya ukir orang Asmat. Kemampuan mengukir orang Asmat diwariskan turun temurun dari para leluhur.
Di tengah kekayaan budaya mengukir yang dimiliki orang Asmat, kini orang Asmat sedang berhadapan dengan berbagai tawaran kemajuan. Perjumpaan orang Asmat dengan dunia luar yang dimulai sejak perjumpaan intensif dengan Pastor Zegward tahun 1953 telah membawa orang Asmat pada suatu cara hidup baru yaitu berbaur dengan orang dari luar Asmat serta budaya dan kebiasaannya.
Salah satu perjumpaan yang berdampak negatif yaitu hadirnya para wanita pekerja seks komersial di kota Agats. Asmat telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang melarang prostitusi dan minuman keras (miras) tetapi pada kenyataannya prostitusi masih berjalan di Agats. Peredaran miras masih tetap berlanjut sampai sekarang.
"Kita tidak bisa mendirikan tempat prostitusi di Agats karena ada Perda pelarangan prostitusi. Tetapi, kenyataan prostitusi di warung-warung masih ada. Karena itu, pihak keamanan harus berani menertibkan tempat-tempat prostitusi itu," tutur Kepala Dinas Sosial, Amir, [21/08] di ruang kerjanya.
Permasalahan prostitusi erat kaitannya dengan penyebaran HIV-AIDS. Apabila seseorang terpapar infeksi menular seksual (IMS), dengan mudah akan menularkan HIV ke orang lain. Kondisi ini memprihatinkan karena tidak ada pemeriksaan rutin terhadap para pekerja seks komersial di kota Agats. Siapa dapat memastikan bahwa para wanita penghibur di warung-warung itu tidak terpapar IMS dan HIV & AIDS?
Penyebaran HIV & AIDS di Asmat sedang berlangsung, tetapi gaung pencegahannya masih terbatas. "Ke depan, kita akan mengalami bom waktu HIV & AIDS di Asmat karena upaya pencegahan tidak maksimal," tutur aktivis HIV & AIDS Asmat, yang sudah puluhan tahun menetap di Sawa Erma, Pastor Vince Cole, MM [2/10].
Pastor Vince berharap semua stakeholder mau peduli dan bekerjasama untuk mencegah penyebaran HIV & AIDS di Asmat. Apabila tidak ada gerakan bersama, maka ke depan Asmat akan menuai badai kematian akibat HIV-AIDS.
"Kami berupaya memberikan informasi tentang bahaya HIV & AIDS kepada masyarakat melalui poster dan leaflet. Kami akan tempatkan poster di titik sentral di Agats supaya bisa dilihat oleh masyarakat. Selain itu, kami menggunakan setiap waktu perjumpaan dengan masyarakat untuk sosialisasi tentang HIV-AIDS," tutur Aji di kantor PSE Keuskupan Agats, [3/10].
Aji menuturkan bahwa ke depan pihaknya akan mendirikan satu bangunan khusus untuk merawat para penderita HIV & AIDS di Asmat. "Kami akan mendirikan satu rumah khusus untuk merawat para penderita HIV & AIDS. Konsepnya, rumah tersebut merupakan rumah pemberdayaan. Orang bisa belajar tentang ekonomi rumah tangga.Â
Para penderita yang telah mengonsumsi obat dan menjadi sehat bisa ikut serta dalam proses pemberdayaan ekonomi. Kami menggunakan konsep ini supaya tidak ada diskriminasi terhadap para penderita yang tinggal di rumah tersebut," tutur pria yang sejak tahun 2015 dipercayakan untuk menakhodai PSE Keuskupan Agats ini.