Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semarak Pesta Budaya Asmat Tahun 2018

6 Oktober 2018   10:46 Diperbarui: 6 Oktober 2018   11:28 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Bupati Asmat, Thomas Eppe Safanpo, didampingi Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM dan Ketua Panitia, Emerikus Sarkol sedang menyampaikan kata sambutan pada pembukaan Pesta Budaya Asmat ke-33, yang berlangsung di lapangan Yos Sudarso, Agats, Asmat, 5 Oktober 2018.|Dokumentasi pribadi

 Uskup juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah daerah Kabupaten Asmat yang telah terlibat dan membiayai pelaksanaan Pesta Budaya Asmat. "Sejak Asmat menjadi Kabupaten, pemerintah membiayai pelaksanaan Pesta Budaya. Sudah lima belas tahun, pelaksanaan Pesta Budaya dilaksanakan dalam semangat kerja sama pemerintah dan Gereja. Saya atas nama Gereja mengucapkan terima kasih," tuturnya. 

Mengakhiri sambutannya, Uskup yang sejak tahun 2002 menggembalakan umat Keuskupan Agats ini memberikan apresiasi tinggi kepada orang Asmat. "Selamat pesta. Sungguhkan kepada kita semua, bahwa kalian adalah orang-orang khusus, orang-orang Asmat, yang tidak bisa ditemukan di tengah-tengah masyarakat yang lain. 

Sekalipun daerah ini adalah daerah yang lama terpencil, tetapi kalian bisa mengungkapkan sebuah karya cipta yang mengagumkan yang hanya dimiliki oleh orang Asmat. Ini menjadi sebuah kebanggaan. 

Setiap kali, kami menyaksikan hasil karya cipta seonggok kayu yang dibuang, Anda memungut dan mengukirnya menjadi karya istimewa yang mengagumkan kita semua. Selain itu, ada pula hasil karya cipta kerajinan tangan Mama-Mama yang tidak bisa diabaikan. Hasil karya tangan Mama-Mama akan disajikan dalam kegiatan ini."

Sementara itu, Wakil Bupati Asmat, Thomas Eppe Safanpo dalam sambutannya mengungkapkan bahwa pada mulanya Pesta Budaya Asmat, yang digelar sejak tahun 1981 merupakan event yang dilakanakan oleh Gereja dengan melibatkan para pengusaha lokal dan turis dalam membeli hasil ukiran yang dilelang. 

Keterlibatan pemerintah sangat minim pada saat itu. Tetapi, saat ini, pemerintah Kabupaten Asmat, telah berkomitmen terlibat penuh dalam melestarikan budaya Asmat melalui event Pesta Budaya Asmat yang digagas oleh Gereja.

Ia berharap para pengusaha berpartisipasi dalam membeli hasil karya ukir pada saat pelalangan nanti. "Setiap pengusaha di Asmat, terutama yang menjadi rekanan pemerintah wajib membeli minimal satu ukiran," tegasnya. 

"Tema Pesta Budaya Asmat kali ini menarik, 'Gemakan Tifa dan Lagu.' Di dalam budaya Asmat, ada wayir ow, yang berkumpul di tungku utama dan menyanyikan lagu-lagu pada saat pesta. Orang tua-tua yang ada di wayir memiliki intelegensi yang tinggi. Lagu-lagu yang dinyanyikan harus dihafalkan urut-urutannya dan tidak boleh salah. Tidak sembarang orang bisa menyanyi. Orang tua di wayir punya bakat luar biasa. Ada lagu sakral tertentu, kalau salah dinyanyikan bisa sakit dan meninggal," tegasnya.

"Tuhan menganugerahkan bakat dan intelegensi yang tinggi untuk orang-orang Asmat. Biasanya anak muda dikaderkan untuk menjadi wayir ow, tetapi misalnya dari sepuluh orang hanya dua atau tiga orang yang berhasil. Kita bersyukur, di tengah berbagai kemajuan, orang Asmat masih memelihara budayanya. Kita bersyukur atas dukungan Gereja selama ini," tuturnya disambut tepuk tangan riuh dari para peserta yang memadati lapangan Yos Sudarso, Agats. 

Peserta Pesta Budaya Asmat pawai keliling kota Agats, 5 Oktober 2018.|Dokumentasi pribadi
Peserta Pesta Budaya Asmat pawai keliling kota Agats, 5 Oktober 2018.|Dokumentasi pribadi
Usai sambutan dari Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM dan Wakil Bupati, Thomas Eppe Safanpo, dilanjutkan dengan berkat adat yang dilakukan oleh Uskup dan Wakil Bupati dengan menyiramkan kapur putih ke peserta yang memadati area lapangan Yos Sudarso. Kemudian, peserta melakukan pawai keliling kota Agats. Di jalan-jalan protokol di Agats, para peserta pawai yang berasal dari berbagai kampung bernyayi dan menari sambil membawa hasil karya ukir yang menakjubkan. 

Sekedar diketahui bahwa Pesta Budaya Asmat ke-33 tahun 2018 diikuti oleh 454 seniman-seniwati, yang terdiri atas pengukir 214 orang, pengayam 75 orang, penari 90 orang dan 75 orang peserta formasi perahu. Selain itu, diikuti pula oleh ratusan pengukir dan pengayam yang hasil karyanya tidak masuk dalam kategori ukiran dan anyaman yang akan dilelang pada pesta budaya ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun