Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tangis Santa Rosa di Rimba Asmat

30 Juli 2018   14:45 Diperbarui: 31 Juli 2018   09:02 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulils, selaku Koordinator LANDASAN Papua Kabupaten Asmat sedang berdiskusi dengan Kepala UPTD Pendidikan Distrik Atsj, Marius Ribo dan Ketua Komite SD YPPK St. Rosa Amanamkai tentang tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan SD YPPK St. Rosa sehingga anak-anak Asmat di Kampung Amanamkai dapat memperoleh pendidikan dasar berkualitas, 20 Juli 2018. | dokpri

Guru Eka Ngutra berkisah bahwa apabila hanya dirinya sendiri, maka semua siswa digabung di dalam satu kelas. Kemudian, ia mengajar anak-anak untuk membaca, menulis dan berhitung. "Saya biasa pisahkan. 

Anak-anak kelas enam sudah bisa baca sehingga mereka di luar. Saya ajar mereka mata pelajaran lain. Anak-anak kelas satu sampai kelas lima saya gabung mereka di dalam satu kelas. Saya ajar mereka membaca, menulis dan berhitung karena mereka belum lancar membaca, menulis dan berhitung" tutur guru asal Key Besar yang mulai mengajar di Amanamkai sejak tahun 2010 ini.  

Kondisi SD YPPK St. Rosa Amanamkai yang tidak terawat, 20 Juli 2018 | dokpri
Kondisi SD YPPK St. Rosa Amanamkai yang tidak terawat, 20 Juli 2018 | dokpri
Eka mengatakan bahwa selama ini tidak pernah dilakukan rapat antara orang tua dan para guru untuk membahas proses pendidikan di SD YPPK St. Rosa Amanamkai. "Sampai saat ini kami tidak pernah ada rapat dengan orang tua. 

Raport siswa pun belum dibagikan karena Kepala Sekolah tidak ada di Amanamkai," ungkap Guru yang menyelesaikan Pendidikan Guru SD di Universitas Pattimura Ambon pada tahun 2008 ini.

Eka yang mulai mengajar sebagai guru PNS di SD YPPK St. Rosa Amanamkai mulai tahun 2010 ini menjelaskan bahwa Pastor Paroki St. Paulus Atsj pun jarang datang ke SD YPPK St. Rosa Amanamkai. Padahal, sekolah ini adalah sekolah Katolik dan seluruh siswa di sekolah ini beragama Katolik. "Jumlah siswa saat ini ada 129 siswa. Siswa baru yang mendaftar baru tujuh orang. Sedangkan siswa yang sudah tamat kelas VI pada bulan Mei silam berjumlah enam orang," jelas Eka.

Kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anak masih rendah. Eka menngatakan bahwa dirinya pernah dari rumah ke rumah untuk mencari siswa. "Saya sudah dua tahun tidak lagi cari anak-anak dari rumah ke rumah dan bawa mereka ke sekolah. 

Saya pikir kalau saya cari terus nanti siswa bilang guru yang cari mereka sehingga mereka tidak terbiasa datang sendiri ke sekolah. Sekarang, anak-anak mulai datang sendiri ke sekolah." tutur Eka, yang tiba di Asmat pada Januari 2009.

Terkait lingkungan sekolah yang kotor dan tidak terawat, Eka mengatakan bahwa dirinya pernah membuat kebun sekolah bersama salah satu guru yang telah meninggal, tetapi saat ini lokasi kebun telah dipenuhi rumput karena tidak dibersihkan. 

"Saya dan ibu Erna pernah usul supaya kumpul sedikit uang untuk beli beras dan sayur.  Kemudian, ajak anak-anak bukan kebun tetapi tidak pernah dihiraukan. Bahkan pohon pisang yang ditanam oleh anak-anak di area sekolah sudah ditebang. Masih tersisa beberapa pohon pisang di belakang sekolah. Di sini, kalau tanam singkong dan petatas, isinya besar-besar" tutur Eka.

Eka menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi dalam mendidik anak-anak di SD YPPK St. Rosa Amanamkai adalah tidak semua siswa bisa membaca dan menulis sehingga perlu kesabaran dan ketekunan. "Saya latih anak-anak membaca. Saya kasih contoh. Kemudian, saya minta mereka baca ulang. Seringkali anak-anak menangis karena tidak bisa membaca. Anak-anak kelas 1-3 tidak bisa membaca. Ada yang baru kenal huruf dan ada yang belum kenal huruf," tutur Eka.

Anak-anak SD YPPK St. Rosa Amanamkai bukanlah anak-anak yang bodoh. Masih ada anak-anak kelas 1-3 SD yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung lantaran sehari-hari anak-anak berkomunikasi menggunakan bahasa daerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun