Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesona Atsj yang Memilukan

2 Juni 2018   22:16 Diperbarui: 3 Juni 2018   08:55 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri: Korkab LANDASAN Asmat, Piter, Narasumber Tuning Supriyadi, Admin LANDASAN, Rika, Narasumbere John Rahail dan Kordis Atsj, Theys di depan SD Inpres Atjs, 13 Mei 2018

Cuaca di kota Agats mendung. Langit biru tertutup awan hitam pertanda akan hujan. Tim Pelatih Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sekolah Dasar LANDASAN Papua, yang terdiri atas John Rahail, Tuning Supriyadi, Sutiyono, Suharto, Veronika W bersiap berangkat ke Distrik Akat dan Distrik Atsj. 

Pukul 12.30 WIT, tim ke Distrik Atsj, yang terdiri atas John Rahail dan Tuning Supriyadi, Rika Paranduk (admin LANDASAN) dan Pit Supardi (Korkab LANDASAN Asmat) menuju pelabuhan Aswan menggunakan motor ojek. Biaya motor ojek adalah Rp 20.000 per orang. Apabila jaraknya jauh harga ojek menjadi Rp 50.000. Pukul 12.54 WIT tim berangkat ke Atsj menggunakan speed 85 PK. Speed dikemudikan oleh Randi. Biaya speed sebesar Rp 3.000.000.

Perjalanan ke Atsj menyusuri sungai. Berangkat dari pelabuhan Aswan menyusuri sungai Asuwets dan Jet. Speed melaju dengan kecepatan tinggi. Bulir air terempas dari baling-baling mesin 85 PK. Di tepi sungai berjejer pohon mangrove. Sesekali tampak burung beterbangan mengitari arus sungai.

Mendung masih menyelimuti langit. Di tengah perjalanan, hujan turun. Randi menghentikan speed. Pembantunya, yang duduk di dekat mesin mendirikan tenda. Sekejap, kami terlindung dari hujan. Speed kembali melaju. Ketika hujan redah, Randi kembali menghentikan speed. Tenda kembali dilipat, lalu kami meneruskan perjalan sampai di Atsj. Kami tiba di Atsj pukul 14.30 WIT.

Di Atsj, kami menginap di hotel Maranu. Letaknya, persis di tepi sungai Atsj. Biaya kamar tanpa TV per malam adalah 495.000. Sedangkan kamar yang ada TV 650.00 per malam. Meskipun biayanya terbilang mahal, tetapi tidak ada fasilitas memadai. Di kamar tidak ada selimut, tisu, sabun, handuk dan air minum mineral. 

Demikian halnya, hotel ini tidak menyediakan sarapan pagi. Kami terpaksa menginap di hotel ini lantaran tidak ada penginapan lain di Atsj. Sebenarnya, kami bisa menginap di pastoran OSC Atsj, tetapi kamar-kamar di sana akan dipakai oleh tim dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Di Atsj listrik PLN menyala mulai pukul 18.00-06.00 WIT. Pada pagi sampai sore hari, apabila ada kebutuhan listrik, warga menggunakan mesin disel pribadi. Sebagaimana umumnya, penduduk asli Atsj tidak banyak yang dapat mengakses listrik, baik dari PLN maupun disel pribadi. Mereka tinggal di rumah-rumah sederhana, tanpa akses listrik. Kekayaan alam yang melimpah belum menjamin kesejahteraan hidup mereka.

Sore hari, pukul 16.00 WIT, kami pergi ke SD Inpres Atsj, tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan SPM dan MBS untuk para guru. Di sekolah, kami bertemu dengan Kepala SD Inpres Atsj, Ibu Barbalina Toisuta. Kami mempersiapkan rangkaian acara pelatihan SPM, yang akan dimulai pada tanggal 14-16 Mei 2018. Pelatihan SPM akan dibuka oleh Kepala UPTD Pendidikan Distrik Atsj, Marius Ribo. Tuning, salah satu narasumber SPM memberi saran supaya ruang pelatihan diubah. Ada sebelas kelompok sesuai jumlah sekolah. Usai pertemuan itu, kami kembali ke hotel Maranu.

Dalam perjalanan pulang, kami singgah di pasar Atsj. Di sana, beberapa Mama Papua menjual sayur-mayur. Geliat perekonomian orang asli Papua masih redup. Orang pendatang menguasai pasar. Semua kios milik orang pendatang. Sedangkan Mama-Mama Papua berjualan hasil kebun, berupa sayur dan bumbu dapur. Ada pula yang menjual udang, ikan dan sagu. Mama-Mama Papua tidak menjualnya dalam jumlah banyak. Itulah kisah perjalanan hari Minggu, 13 Mei 2018.

Meneropong Atsj dari jarak dekat mengingatkan kita pada keterasingan orang Papua pada negerinya. Suatu negeri yang berlimpah susu dan madu, tetapi manusianya hidup miskin dan menderita. Alam telah menyediakan sumber makanan dan penghidupan bagi orang Asmat. Di dusun ada sagu, ikan, sayur-mayur, kayu besi dan berbagai binatang buruan. Di sanalah orang Asmat mengambil makanan. Mereka mendayung perahu atau menggunakan long boat ke dusun. Di dusun, mereka mengambil bahan makanan yang telah tersedia.

Seiring perjumpaan dengan dunia luar, suatu peradaban baru, orang Asmat terempas dari akar budaya dan penghidupannya. Budaya tukar menukar barang (barter) telah lenyap. Kini, sedang terjadi peralihan makan, dari sagu ke beras. Orang Asmat diperhadapkan pada pilihan, tetapi sebenarnya mereka dipaksa memilih beras, karena segala bantuan mengarah pada pola konsumsi instan, beras, supermi, kopi, gula dan rokok.

Pelatihan SPM dan MBS bagi para kepala Sekolah Dasar, Operator Sekolah, para kepala kampung dan komite sekolah merupakan momentum perbaikan tata kelola sekolah dasar di Distrik Atsj. Sekolah Dasar sebagai fondasi awal pendidikan anak-anak Asmat mesti diperkuat sehingga menghasilkan generasi Asmat yang berkualitas.

Cara paling efektif untuk memutus mata rantai keterasingan orang Asmat di atas negerinya sendiri adalah melalui pendidikan dasar berkualitas. Anak-anak Asmat perlu mendapatkan pendidikan berkualitas sehigga memiliki masa depan yang cerah. Di masa depan, anak-anak Asmat bisa mengelola sumber daya alam yang melimpah di Asmat untuk kesejahteraan hidup mereka. Karena itu, kita perlu memastikan bahwa anak-anak Asmat memperoleh layanan pendidikan dasar berkualitas.

Siapa bertanggung jawab terhadap pendidikan dasar yang berkualitas bagi anak-anak Asmat? Pendidikan bermula di dalam keluarga. Setiap keluarga Asmat perlu memastikan bahwa anak-anaknya ke sekolah. Saat ini, masih dijumpai ada keluarga-keluarga yang membawa anak-anak ke dusun. 

Mengapa orang tua membawa anak-anak ke dusun? Di dusun, orang tua melatih anak-anak mencari makan, menokok sagu, mencari kepiting, menjaring udang dan lain sebagainya. Pada titik ini, kita memahami bahwa orang tua tidak berada pada posisi yang keliru. Orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mewariskan dusun kepada anak-anak. Orang tua perlu memastikan bahwa anak-anak mereka mengetahui letak dusun dan batas-batasnya sehingga anak-anak mengetahuinya dengan benar. Di sisi lain, kalau orang tua ke dusun dan anak-anak tinggal di kampung, siapa akan menjamin makan dan minum anak-anak itu?

Para guru di Asmat memiliki peran penting menentukan masa depan orang Asmat. Saat ini, masih ada guru yang belum aktif mengajar. Ada berbagai alasan, misalnya terbatasnya rumah guru dan berbagai fasilitas lainnya. Di satu sisi, kita mau para guru tinggal dan mengajar anak-anak di kampung terpencil, tetapi di kampug tidak ada rumah guru. Bagaimana menyikapi situasi ini?

Apa pun alasannya pendidikan bagi anak-anak Asmat harus berjalan. Para pihak, pemerintah kampung, tokoh adat, tokoh perempuan dan Gereja perlu duduk bersama dan mencari alternatif penyelesaiannya sehingga pendidikan dasar di wilayah Asmat, termasuk di Distrik Atsj dapat berjalan lancar.

 Kehadiran LANDASAN Papua di Distrik Atsj, terutama melalui pelatihan SPM dan MBS merupakan langkah awal menggerakan para pihak, aktor-aktor kunci, Kepala UPTD Pendidikan, Kepala Kampung, Komite Sekolah, Tokoh Gereja, Tokoh Adat dan Tokoh Perempuan untuk memperbaiki tata kelola pendidikan dasar di Distrik Atsj. 

Para pihak tersebut perlu bekerja sama memperbaiki sekolah dasar yang selama ini terbengkalai. Masa depan pendidikan dasar di Distrik Atsj, Kabupaten Asmat sangat ditentukan oleh pemerintahan kampung, tokoh adat, tokoh perempuan dan Gereja. Karena itu, semua pihak harus menggalang kerja sama dan saling terbuka dalam pengelolaan Sekolah Dasar di Distrik Atsj, Kabupaten Asmat. (Atsj, 14 Mei 2018; pukul 20.00 WIT).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun