Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Guru Romanus Meak, Sang Inovator di Lumpur Asmat

31 Mei 2018   22:26 Diperbarui: 1 Juni 2018   01:49 3683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romanus Meak (kanan) sedang memberikan penjelasan kepada penulis tentang maksud dan tujuannya merintis kebun sekolah SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri, 25 Mei 2018

Romanus juga menambahkan bahwa di Yufri hampir setiap keluarga memiliki kolam ikan, tetapi tidak dirawat. Ia mengajari masyarakat menanam pisang di tepi kolam ikan. Jaraknya di antara pisang tujuh meter. Sekarang pisang-pisang itu pun tidak terawat.

Di kebun sekolah ini, Romanus juga menanam pohon kopi, kelapa, sirih, pinang. Tampak bahwa setiap pohon yang ditanamnya tumbuh subur.

Ada pula pohon gaharu yang juga tumbuh subur. Melihat kebun yang dikelola oleh guru "gila" ini, membuktikan bahwa sebenarnya Asmat memiliki potensi pertanian yang menjanjikan. Hanya saja, apakah ada pribadi yang inovatif dan siap menghadapi tantangan budaya dan alam Asmat seperti Romanus? 

Pengawas Sekolah Dasar 

Sejak November 2017, Romanus tidak lagi menjabat Kepala SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri. Ia diangkat menjadi pengawas Sekolah Dasar wilayah Distrik Unir-Sirau. Ia rutin melaksanakan tugas sebagai pengawas. Sayangnya, hingga kini, biaya operasional, terutama transportasi menuju sekolah-sekolah dampingannya tak kunjung menemui titik terang. "Kami diminta melaksanakan tugas, tetapi tidak ada biaya transportasi. Bagaimana kami bisa melakukan perjalanan berjam-jam dengan speed yang menghabiskan ratusan liter bensin?"

Meskipun tidak lagi menjadi kepala sekolah, ia tetap merawat kebun sekolah. Apa lagi, saat ini Kepala SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri dijabat oleh istrinya, Maria Hurulean, keduanya mengelola sekolah dengan baik. Seluruh proses pembelajaran berlangsung tertib. Para guru wajib tinggal di Yufri dan mendidik anak-anak.

Kedisiplinan dalam mendidik anak-anak tampak pada siswa/i, yang meskipun masih di bangku kelas 3 SD, tetapi sudah lancar membaca, menulis dan berhitung. "Anak-anak di SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri sudah terbiasa membaca Kitab Suci dan menyanyikan Mazmur di gereja pada saat ibadah hari Minggu," tuturnya.

Romanus menjelaskan bahwa di dalam kehidupan ini tidak ada yang sulit dan susah. "Kita hidup harus ada tantangan. Kita harus menghadapi tantangan itu. Kita tidak bisa hanya mengeluh saja. Saya pikir semua bisa kita kerjakan yang penting ada niat dan kemauan. Kalau sudah ada niat dan kemauan kita bisa melakukan apa saja dan pasti berhasil," tuturnya. (Agats, Asmat, 25 Mei 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun