Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Guru Romanus Meak, Sang Inovator di Lumpur Asmat

31 Mei 2018   22:26 Diperbarui: 1 Juni 2018   01:49 3683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pada waktu membuka kebun ini, terutama menggali kolam-kolam ini, saya melibatkan masyarakat. Saya membayar mereka sesuai hasil kerja. Tetapi, sebenarnya, saya mau melatih mereka untuk bertani. Saya minta mereka untuk membuat kolam dan kebun pribadi," tuturnya sambil menunjuk ke arah kolam yang belum selesai dan kebun yang sudah ditumbuhi rumput karena tidak dikerjakan oleh masyarakat setempat.

Romanus bercerita bahwa dirinya telah berusaha supaya masyarakat Asmat juga memiliki kebun semi modern, tetapi upayanya belum berhasil. Masyarakat belum serius mengelola pertanian yang lebih teratur dan berkelanjutan. Meskipun demikian, Romanus tidak putus asa. Ia selalu percaya bahwa pada waktunya, orang Asmat bisa menjadi petani profesional.

"Selama saya ada di Yufri, saya merefleksikan bahwa cara terbaik untuk memastikan bahwa orang Asmat memiliki masa depan yang baik yaitu melalui pendidikan. Anak-anak Asmat kita didik supaya mereka memiliki masa depan yang baik. Sebab, hanya dengan pendidikan saja, kita dapat memutus mata rantai keterbelakangan orang Asmat," tutur pria yang menyelesaikan Diploma I Guru Agama Katolik di Waena, Jayapura pada tahun 1985 ini.

Memberi Makan Siswa

Pertanian yang dirintis Romanus di SD YPPK St. Petrus, Yohanes Pemandi berdampak positif pada pertumbuhan anak-anak sekolah. Hasil pertanian, berupa sayur, buah-buahan dan ikan dijual ke kota Agats. Uang hasil berjualan tersebut dikelola untuk membeli makanan bagi anak-anak sekolah. Sebagian hasil penjualan, ia sisihkan untuk membiayai para pekerja yang setiap hari membersihkan rumput di kebun sekolah.

Pemberian makanan kepada anak-anak SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri dilakukan setiap hari sehingga anak-anak rajin ke sekolah. Anak-anak pun tampak sehat. "Setiap hari, sepanjang tahun pelajaran, saya memberikan makanan kepada anak-anak," tuturnya. Ia meyakini bahwa dengan gizi yang baik, anak-anak akan tumbuh sehat dan dapat menerima pelajaran dengan baik. Apabila anak-anak lapar, mereka tidak akan ke sekolah dan kalaupun ada yang ke sekolah, mereka tidak bersemangat mengikuti pelajaran.

Menu makan bagi anak-anak SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri sederhana. Anak-anak diberi makan bubur kacang ijo. Mereka juga diberi minum susu dan teh. Pada hari tertentu, anak-anak makan roti dan minum teh sehingga tidak jenuh. Makanan diolah oleh para guru. Sebagian bahan makanan diambil dari hasil kebun seperti sayur, pisang dan buah-buahan segar lainnya.

Kebun Milik Sekolah dan Masyarakat

Romanus Meak (kanan) sedang memberikan penjelasan kepada penulis tentang maksud dan tujuannya merintis kebun sekolah SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri, 25 Mei 2018
Romanus Meak (kanan) sedang memberikan penjelasan kepada penulis tentang maksud dan tujuannya merintis kebun sekolah SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri, 25 Mei 2018
Setiap mata yang memandang kebun SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri pasti jatuh cinta padanya. Laksana putri bersolek, kebun yang ditanami berbagai jenis sayur, buah-buahan dan pisang serta puluhan kolam ikan itu menarik minat setiap pengunjung. Setiap mata yang memandangnya, pasti ingin memilikinya.

Romanus berkisah bahwa sebagai guru, suatu waktu dirinya pasti akan pindah ke tempat tugas yang baru. Bagaimana dengan kebun tersebut? "Saya sudah rencanakan, kalau saya pindah, kebun ini akan menjadi milik sekolah. Sebagian, saya akan berikan kepada masyarakat yang selama ini membantu saya mengelola kebun ini," tuturnya. Ia berharap agar kebun tetap terpelihara sehingga memberikan pemasukan bagi SD YPPK St. Yohanes Pemandi, Yufri. Uang yang terkumpul dari hasil kebun harus digunakan untuk memberi makan kepada anak-anak.

Tidak mudah mendampingi orang Asmat untuk berkebun secara profesional. "Saya selalu berusaha memberikan motivasi kepada masyarakat yang biasa bantu saya supaya mereka juga punya kebun tetapi masih belum berhasil," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun