Selama ini pemimpin agama-agama cenderung diam dan minim menciptakan ruang perjumpaan. Kalau ada masalah baru pemimpin agama-agama berjumpa. Tampak bahwa perjumpaan bersifat formalitas belaka. Ke depan, perlu ada ruang perjumpaan intensif. Hal ini penting mengingat makin pluralnya umat manusia, baik di Papua maupun Indonesia.
Kita semua perlu belajar dan mengambil hikmah dari seruan PGGJ. Bahwa apa pun masalahnya harus dibicarakan secara jujur dan terbuka, sebelum mengeluarkan pernyataan-pernyataan terkait agama-agama. Sebab, setiap umat manusia berhak menganut dan menjalankan kewajiban agamanya, tanpa paksaan siapa pun. Dan hendaklah setiap orang, terutama para pemimpin agama-agama perlu mengarahkan umatnya untuk bersikap toleransi dan menerima sesama yang berbeda secara tulus dan ikhlas, tanpa prasangka. [2 Maret 2016; 20.19 wit]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H