Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Siapa Bertanggung Jawab Terhadap Anak-anak Papua Asli yang Tidak Bisa Bersekolah?

12 Maret 2016   15:02 Diperbarui: 13 Maret 2016   02:24 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan adalah kebutuhan mendasar dan merupakan hak dasar setiap orang. Anak-anak Papua berhak mendapatkan pendidikan bermutu. Pemerintah wajib memenuhinya. Di sisi lain warga masyarakat juga harus memberikan dukungan dengan menjamin keamanan bagi para guru sehingga mereka betah. Kalau situasi kampung kacau-balau, terjadi pemerkosaan, pencurian dan lain sejenisnya, maka para guru juga tidak akan betah tinggal di kampung terpencil.

Para guru perlu kembali melihat makna dan hakikat panggilan dan perutusannya menjadi guru. Panggilan menjadi guru sangat mulia. Melalui gurulah manusia mengenal dan mengetahui huruf-huruf dan angka-angka. Para guru memiliki tugas mulia untuk mencerdaskan umat manusia. Guru adalah teladan dan panutan bagi peradaban umat manusia. Kalau guru sudah malas mengajar, apa lagi yang bisa diharapkan darinya?

Saya selalu ingat, bahwa saya bisa menulis, membaca dan berhitung karena para guru saya yang mengajarkannya. Para guru saya di SD Inpres Jagebob III, Erom I, kampung Bersehati telah mendidik saya dengan sangat baik sehingga saya bisa menjadi manusia seperti sekarang ini. Saya bangga memiliki para guru yang hebat itu, Agnela Mob, Fransiska Tiniyap, Gerardus Gunere, Ireneus Naraha, Sigiyanta, Paternus Wangge. Mereka adalah pribadi-pribadi hebat yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kami anak-anak Erom. Mereka betah tinggal di kampung terpencil, Erom. Mereka telah menorehkan semangat mendidik yang luar biasa. Para guru masa kini, bisa bercermin dan belajar pada mereka.

Untuk masa depan anak-anak Papua, kita semua harus bersatu dan bergandengan tangan mencari alternatif untuk bisa mendidik anak-anak Papua di kampung-kampung terpencil. Pemerintah kabupaten, para guru, orang tua dan segenap insan pemerhati pendidikan perlu bergerak bersama ke kampung-kampung terpencil. Di sana ada ribuan anak Papua yang menantikan kehadiran kita. Mereka sudah rindu untuk mengenal huruf dan angka. Mereka rindu untuk belajar membaca, menulis dan berhitung. Mari kita bergerak ke kampung-kampung untuk Papua yang lebih baik pada masa kini dan masa mendatang.
[Abepura, 2 Maret 2016; 07.25 WIB].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun