Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Si Miskin

15 Agustus 2015   17:44 Diperbarui: 15 Agustus 2015   17:44 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah tentang Pastor Ambros, seakan tidak pernah habis. Waktu menjalankan tahu orientasi pastoral di Sempan, 2011-2012 silam, dia pernah menolong orang yang sedang sekarat. “Saya datang ke stasi. Saya lihat ada bapa yang sedang sekarat. Bapa ini tidak pernah diperhatikan oleh keluarganya. Saya kasih mandi dan ganti dia punya pakaian. Setelah itu, saya sampaikan ke dewan gereja Sempan untuk beli kasur dan perlengkapan lainnya untuk bapa ini.”

Kisah lainnya, saat dia menjumpai seorang bapa yang sedang sekarat di depan rumah mereka di APO, Jayapura. Dia bilang: “Setiap kali kami lihat bapa itu, semua orang yang lewat hanya bilang: ‘kasian’. Kasian saja tidak cukup harus disertai tindakan. Saya ambil air dan sabun. Saya minta Beny tolong saya untuk kasi mandi itu bapa. Sesudah itu, saya ambil saya punya pakaian dan kasih pakai bapa itu. Saya minta uang di ekonom, dapat seratus ribu. Saya antar bapa itu ke rumah sakit dok 2,” ungkapnya.
Keteladanan Pastor Ambrosius Sala OFM jarang dijumpai saat ini. Ketika manusia mengejar ketenaran dalam pelayanan, dia justru memilih menjadi pribadi sederhana yang bersedia menolong orang susah, kaum papah dan miskin. Dia melakukannya dengan tulus ikhlas, tanpa mengeluh, tanpa melihat siapa yang dia tolong. Dia memiliki hati yang bersih, jiwa yang selalu terarah kepada Yesus yang telah mengutusnya.

Seringkali manusia memperhatikan sesamanya berdasarkan status sosial yang dimiliki seseorang. Padahal, manusia, siapa pun dia harus ditolong dan diperhatikan. Realitas menunjukkan bahwa manusia lebih cenderung menolong dan memperhatikan orang-orang kaya dan bisa balas budi. Tetapi, Pastor Ambros Sala OFM memiliki refleksi yang berbeda, dia mau hadir untuk semua orang, tanpa membedakan budaya, suku, status sosial dan agamanya. Dia memiliki refleksi bahwa manusia harus dihormati, melampaui sekat-sekat sosial yang tercipta.

Saya selalu belajar dari saya punya kawan Pastor Ambrosius Sala OFM, si miskin dari Arso 9. Dia mengajari saya apa artinya melayani sesama. Memberikan cinta dan kasih sayang tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Dia benar-benar menghayati semangat kedinaan yang ditaburkan Fransiskus Asisi.

Terima kasih untuk cinta dan kasih sayangmu yang besar bagi orang-orang kecil dan hina-dina di tanah ini. Tanah Papua, tempat engkau menimba rahmat dan menyalurkannya kepada sesama akan selalu mendoakanmu. [Abepura, 15 Agustus 2015]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun