Tanpa seribu bahasa keluar dari bibir Erick untuk kejadian ini. Aku pun membendung rasa ini penuh air mata berlinang deras.
"Erick sayang jawab aku dulu, kenapa diam begini...? nada lemas berpadu sedih bertambah melekat kasar didada ini.
Diam-diam Erick meninggalkan teleponku dan bergegas pergi ke tempat kerjanya karena ia tidak mau gajinya dipotong oleh majikan.
"Hallo... hallo...hallo...; pagi ini sungguh parah dalam luka yang tidak pernah hilang sekejap".
Erick pergi dengan merasa bersalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H