Disusun Oleh Petrus Habeahan
Hati Nurani Sebagai Dasar Pertimbangan Untuk BertindakÂ
Pengantar
Manusia merupakan mahkluk yang bebas sekaligus terikat. kebebasan untuk memilih dan terdorong untuk menuju dirinya yang sejati dalam keterikatanya terhadap hukum. Tindakan manusia bukanlah suatu keharusan melainkan suatu pilihan yang bersumber dari diri manusia, sebab manusia adalah mahkluk paradoksal yang sangat khas untuk kebebasan manusia. Bebas diidentikkan dengan bebas memilih tanpa ikatan baik gerakan maupun arah pilihan harus berasal dari diri manusia.
Menurut Katekismus Gereja Katolik, kebebasan manusia berakar dalam akal budi dan kehendak untuk bertindak atau tidak bertindak, supaya dari dirinya melakukan perbuatan dengan sadar. Dengan kebebasan itu, manusia menjadi subjek kesusilaan. Jika ia bertindak berdasarkan kesadarannya maka manusia bisa dikatakan sebagai bapa dari perbuatannya.Â
Dalam artian perbuatan yang sungguh manusiawi yang dipilih atas dasar keputusan hati nurani yang dapat dilihat secara asusila. Dengan demikian tindakan manusia dapat dilihat berdasarkan sifat baik atau tidak baik. Maka, dalam artikel ini penulis akan membahas pengertian hati nurani, hati nurani dibisikkan oleh apa, bagaimana gerakan konkrit hati nurani, bagaimana manusia bertindak dari hati nurani dan penutup sebagai rangkuman dari keseluruhan isi artikel ini.
Hati Nurani
Secara etimologi hati nurani berasal dari bahasa latin "conscientia" yang terdiri dari dua suku kata yakni "cum" (dengan) dan "scientia" (ilmu pengetahuan).Â
Secara harafiah "conscientia" sesungguhnya "ilmu pengetahuan dengan". Dalam arti, pengetahuan manusia secara keseluruhan, terlebih-lebih pengetahuan yang datang dari Roh Allah.[1] Hati nurani dalam arti lain disebut juga kemampuan moral sebagaimana manusia bisa mengetahui nilai-nilai moral dengan baik.Â
Hati nurani atau kata hati harus menunjukkan ukuran yang subyektif dan obyektif. Apabila hati nurani membisikkan sesuatu yang benar maka norma-norma yang ada, dapat membantu untuk mencari kebaikan moral. Moral sangat erat kaitannya dengan moralitas, sebab sesuatu yang baik akan terwujud dalam etiket dan sopan santun. Standar moral cukup erat  kaitannya dengan persoalan yang dianggap memiliki konsekuensi serius, sebab penalaran yang baik bukan berdasarkan kekuasaan apalagi untuk kepentingan sendiri.Â
Bisikan Hati Nurani