Wanita itu mendekap puterinya erat.Dekapan kasih. Pelukan yang menandakan bahwa dialah satu-satunya penghibur dan membuatnya mampu melangkah pergi  dan bertahan. Puterinya menjadi aza untuk meraih masa depan.
Selain mendekap, dengan air mata yang tersisa ia  mengecup kening putrinya. Ungkap kasih seorang ibu kepada anaknya.
Wanita itu seolah mengajarkan orang-orang sekitar bahwa anak adalah anugerah dan harta tak ternilai harganya di dunia. Bahwa hidup tak pernah lepas dari persoalan tetapi anak dan buah hati tetap harga mati yang tak bisa lepas dari tanggungjawab orangtuanya.
Ditengah hatinya yang kalut tentu Wanita itu mengajarkan  orang-oranh sekitar bahwa anak adalah buah dari kasih sayang Tuhan yang dititipkan untuk dijaga dan dipelihara.
Usai mendekap puterinya, wanita itu pun bangun dari kursinya sambil memegang tangan puterinya mereka pun melangkah perlahan menuju tempat tidur di kapal yang memiliki beberapa dek tersebut.
Angin malam mulai bertiup kencang. Raungan mesin kapal  bertambah keras. Kapal pun mulai membela samudera ditengah pekadnya malam.
Aku sendiri tak tahu ke pelabuhan mana wanita dengan  putrinya itu akan  berlabuh. Yang jelas dia pergi bersama putrinya dengan membawa hati yang terluka.
Cerita ini diambil dari kejadian nyata yang disaksikan sendiri penutur. (Dobonsolo, 6 Agustus 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H