Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paskah, Antara Ketaatan dan Virus Corona

13 April 2020   01:47 Diperbarui: 13 April 2020   06:39 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber foto:www.minews.id)

Gereja sejagat merayakan paskah, (Minggu, 12/4/2020). Ucapan selamat hari Raya Paskah pun mengalir dijagat maya . Para warganet saling memberikan ucapan.  Pada momentum ini, umat kristiani se-dunia mengenang dan memperingati Yesus Kristus yang bangkit dari alam maut.

"Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus, dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. (Yoh.20:1). Untuk kisah selanjut baca Injil Yohanis 20: 1-9.

Umat kristiani sedunia merayakan kemenangan. Iman kristiani mengajarkan bahwa kebangkitan kristus dari alam maut merupakan tanda kemenangan atas dosa.

Pada iman yang mendalam, orang Kristen mempercayai bahwa kebangkitan Kristus dari alam maut merupakan tanda Kristus  rela menjadi manusia, sengsara dan bangkit untuk dosa-dosa manusia. Karena itu, perayaan paskah sejatinya merupakan salah satu perayaan liturgy tentang pokok iman dalam gereja, hanya saja perayaan paskah kadang-kadang lebih meriahnya dibandingkan perayaan Natal.

Padahal inti utama kehadiran dan perutusan Yesus didunia adalah membebaskan manusia dari belunggu dosa. Dan itu terjadi melalui KebangkitanNya dari alam maut.  

Karena itu perayaan paskah banyak juga yang menyebutnya sebagai perayaan kemenangan. Maka, tak salah jika hari ini dunia  bahkan jagat maya dipenuh ucapan "Selamat Hari Raya Paskah" dibarengi doa dan harapan.

Kendati demikian, momentum paskah tahun ini tentu tak seindah apa yang diucapkan. Paskah tahun 2020 tak semeriah dengan perayaan tahun-tahun sebelumnya.

Berdoa, ibadah dan merayakan paskah melalui video streaming dari rumah tentu beda maknanya ketika kita berdoa, bernyanyi memuji Tuhan dalam sebuah persekutuan dan persaudraan yang dilsakanakan di gereja. Paskah seolah kehilangan energinya. Paskah seolah kehilangan maknanya.

Tapi mau tak mau, suka tak suka tanpa mengurangi iman dan makna paskah, terpaksa kita harus merayakannnya dari rumah. Tentu ini tak mengurangi iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Toh Tuhan yang kita percaya itu, imanen dan transenden.  

Tuhan itu Maha Besar, maha suci dan maha kudus, jauh diatas sana tetapi Tuhan  juga imanen,  dekat, dihati, ada dalam setiap perjalanan kehidupan manusia. Hanya kita kadang kurang menyadarinya.

Perkembangan zaman yang kian pesat saat ini kadang manusia makin angkuh dan sombong. Temuan-temuan mutahir kadang membuat manusia menjadi tuan atas dirinya sendiri. Kekayaan dan harta menjadikan manusia melupakan hakekat pokok dari mana dan kemana dia pergi.

Manusia  tidak saja angkuh dengan sesama tetapi juga kepada Tuhan sebagai penciptannya. Yah itulah kondisi dunia saat ini, kita kehilangan kebijakan utama kehidupan yakni soal ketaatan.

Paskah: Puncak Ketaatan Yesus Kepada Allah Bapa

Peristiwa paskah, adalah puncak dari ketaatan Yesus kepada Allah Bapa yang mengutusnya. Sejak diutus, Yesus ditugaskan untuk menjalankan misi utama untuk mengajarkan manusia soal Cinta Kasih sebagai hukum utama dan pertama. Yesus mengajarkan banyak hal soal kebajikan hidup sebagaimana Dia diutus.

Dan Yesus pun taat dengan semua amanat, perintah dan tanggungjawab yang dibebankan diatas pundaknya, termasuk visi utamaNya membebaskan manusia dari belunggu dosa, yang pada akhirnya atas amanat dan perintah itu Ia harus mengorbankan dirinya untuk disalibkan. Wujud ketaatan total.

Kala itu sanksi atau hukuman penyaliban sebagai bentuk penghinaan, karena hanya divonis kepada orang-orang yang benar melakukan kejahatan yang sangat keji. Tetapi Yesus sebagai Tuhan menerima semua siksaan itu sebagai bentuk ketaatannya kepada Bapa demi menyelematkan manusia.

Bahkan diatas salib, sebelum menghembuskan nafasnya terakhir, diriNya tetap taat dan setia untuk menyerahkan dirinya secara total kepada kehendak Allah Bapak. " Ya Bapa, kedalam tanganMu kuserahkan nyawaKu."

Bila disimak dari kisah injil dan berbagai literatur, ada satu hal pokok dari kisah perjalanan Yesus Kristus, yakni soal ketaatan. Ketaatan atas amanah dan perintah Allah. Ia taat akan apa yang direncanakan dan diperintahkan Allah Bapa. Ia taat pada yang menjadi visi utamanya yakni mati  diatas salib untuk mengalami kebangkitan dan membebaskan manusia dari belunggu dosa.

Oleh karena itu, bagi saya perayaan paskah tahun 2020 disaat dunia mengalami pandemi virus corona atau Covid-19 mengajarkan kita akan satu hal atau satu keutamaan pokok dalam kehidupan manusia, yakni soal KETAATAN. Melalui pandemik ini Tuhan sedang menguji soal ketaatan dan kesetiaan kita.

Covid-19 dan Ketaatan

Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19 sebagaimana protocol resmi WHO adalah menjaga jarak, menjaga pola hidup bersih dengan mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan, bekerja, berdoa dan belajar dari rumah.

Pertanyaannya, apakah kita sudah melakukan ini? Saya kira belum. Karena ini soal pola hidup. Soal perilaku dan mentalitas. Sesungguhnya kita belum taat. Ketaatan itu itu tidak saja pada soal keagamaan, bukankan implementasi ajaran agama harus diamalkan. Jika Paskah mengajarkan kita soal ketaatan, lalu kenapa kita tidak mempraktekannya disaat dunia membutuhkan itu? Pandemi Virus Corona atau Covid-19 sesungguhnya mengajarkan kita untuk kembali taat.

Kasus-kasus suspect Covid-19 di Indonesia, akhir-akhir ini terus meningkat. Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Nasional, Achmad Yurianto mengakui hal ini terjadi karena masih ada masyarakat yang kurang menjalankan apa yang dihimbaukan pemerintah.

Apa yang dikeluhankannya, masih banyak masyarakat yang tidak menjaga pola hidup sehat, menjaga jarak, masih banyak masyarakat yang tidak mau berdiam diri di rumah. Masyarakat masih lebih suka berkerumun, sebagian orang masih suka berkeliaran, jalan kesana kemari. Padahal himbauan jelas. Bekerja, berdoa dan belajar dari rumah.

"Ini gambaran yang kita yakini bahwa di luar masih terjadi penularan. Masih ada kasus positif tanpa gejala di tengah-tengah kita. Misalnya,  masih banyak yang tidak menyadari bahwa penularan rentan terjadi sehingga masih ada yang belum menjaga jarak dalam berkomunikasi sosial dan  masih belum menggunakan masker saat berada di luar rumah, masih ada yang belum rajin mencuci tangannya dengan sabun dan dengan air mengalir,"  sebagaimana yang dikutip Kompas.com tanggal 5 April 2020.

Ini artinya, dalam memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19, kita membutuh suatu sikap ketaatan total. Jika itu tidak maka kita sulit untuk meraih kemenangan dalam menghadapi perang melawan Covid-19.

Melalui paskah, Yesus mengajarakan sikap taat yang total. Taat hingga titik darah penghabisan. Dan mungkin inilah saatnya kita aplikasi sikap taat Tuhan dalam kenyataan riil yang kita hadapi saat ini. Bukankan iman tanpa perbuatan itu adalah mati? Mari kita renungkan.

Selamat Hari Raya Paskah 2020, Semoga Perayaan Paskah Tahun ini membawa sukacita bagi kita semua. amin

April, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun