Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Sabar dari Petani Kopi

6 Januari 2019   20:25 Diperbarui: 7 Januari 2019   19:21 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Rofinus, Petani Kopi di Wae Rebo, Flores NTT. (Sumber Foto: http://www.ranselkosong.com)

Sejumlah daerah di Manggarai, perkebunan kopi biasanya didaerah perbukitan, lereng berbatu bahkan daerah pengunungan sehingga diperlukan kewaspadaan. Kesalahan sedikit bisa-bisa nyawa melayang. 

Belum lagi semut hitam suka bersarang di biji kopi yang matang, jika kena dimata pedisnya minta ampun.

Setelah panen (kala itu belum ada teknologi secanggih sekrang), maka proses selanjutnya tumbuk dan jemur hingga kering, lalu tumbuk lagi baru lagi menghasil biji-biji kopi yang siap diperdagangkan.

Saat dijual harganya tak sepadan dengan perjuangan dalam proses pengerjaannya. Kala itu kopi bahkan hingga sekarang tidak mahal-mahal amat, bahhkan cendrung menurun dan fluktuatif.

Walaupun demikian satu hal perlu dijempoli para petani kopi tak pernah mengeluh. Kala itu ayah pun demikian. Musim berikut ia kembali ke rutinitasnya. Menanam, membersihkan, merawat dan menjualnya. Berapapun hasilnya ia tetap bersyukur.

Bagaimana dengan kita saat ini? Masihkah kita sabar dengan setiap pekerjaan yang kita hadapi? Masihkah kita sabar menghadapi semua ujian yang kita hadapi dalam kehidupan ini, ataukah kita lari dari cobaan itu?

Mungkin kita perlu belajar pada petani kopi. Nikmatnya secangkir kopi yang dihidangkan dimeja kerja kita berawal dari poses panjang yang membutuhkan kesabaran.

Dan kesabaran itu sangat dibutuhkan dalam mengarungi dinamika kehidupan yang penuh problematika ini. Hanya orang berjiwa besar yang mampu menerapkan sikap sabar dalam kehidupannya. Hidup ini tak pernah lepas dari namanya cobaan atau apapun bentuknya. Karena pada hakikatnya kehidupan dunia ini hanyalah tempat ujian, termasuk didalamnya ujian kesabaran.

Ketika cobaan yang tidak menyenangkan itu datang, maka salah satu kunci utama untuk menghadapinya adalah dengan kesabaran. Seberat apapun cobaan yang kita hadapi akan terasa ringan jika kita selalu mengingat bahwa Tuhan tidak pernah memberikan ujian di luar batas kemampuan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun