Raja Ampat di Papua Barat memang tak ada habisnya. Kabupaten yang dijuluki sebagai "surga" terakhir di bumi ini menyimpan sejuta pesona wisata yang layak untuk diexplore setiap saat.
Selain memiliki keindahan bawah Laut dengan terumbu karangnya yang asli, juga bentangan alam pemandangan pulau berbatu karst nan indah seperti di Kawasan Wisata Pulau Piaynemo, Wayang dan Misool yang memanjakan mata para wisatawan.
Selain memiliki taman laut mempesona, Raja Ampat juga memiliki keunikan lainnya yaitu wisata memantau burung (Bird Watching) khususnya burung-burung khas Raja Ampat.
Bagi masyarakat umum, Saporkren memang tak setenar Wayag atau Piaynemo maupun Misool tetapi bagi para pencinta burung dan fotografer, Saporkren bukanlah tempat yang asing. Dan bukan tempat yang biasa saja. Saporkren adalah laboratorium hidup bagi para peneliti yang ingin mendalami seluk-beluk kehidupan burung cendrawasih sebagai zatwa endemik Raja Ampat.
Bernadus Wanma, pemandu wisata burung  Kampung Saporkren menjelaskan ada lima (5) species burung endemic Pulau Waigeo, Raja Ampat, diantaranya cendrawasih pohon atau cendrawasih merah (Red Bird Paradise), cendrawasih belah rotan (Cendrawasih Wilson), Gagak  Hutan (brown huded crow), Raja Ampat Pitohi (burung yang kecil) dan Spices Imperial Pigeon (sejenis merpati yang juga memiliki mahkota).
Keberadaan spesies endemik ini menjadi berkat bagi masyarakat Saporkren, betapa tidak keberadaan burung ini telah menjadi daya tarik wisata. Saat ini terdapat dua lokasi pemantauan yang disiapkan yaitu lokasi pemantauan cendrawasih merah dan pemantauan cendrawasih belah rotan.
"Jarak antara lokasi satu dengan yang lainnya kurang lebih 30 menit. Sementara dari kampung kita butuh waktu kurang lebih 35 menit dengan jalan kaki," tambah Bernadus.
Waktu pengamatan pun hanya pada waktu tertentu saja. Karena  itu wisatawan pun diharapkan datang pada waktu yang tepat. Jika berkenan diusahakan untuk menginap di homestay yang ada disekitar Kampung Saporkren.
Selain spesies endemik sebagaimana diuraikan diatas, juga terdapat jenis-jenis burung-burung lain  seperti Mambruk, Kakatua, Nuri dari berbagai jenis lainnya yang umumnya di Papua.
Bernadus menjelaskan selama ini sudah banyak wisatawan yang berkunjung baik wisatawan yang khusus mengamati burung maupun para fotografer yang mengabadikan aktivitas spesies endemik Raja Ampat tersebut.
Masyarakat Saporkren sendiri memiliki kearifan lokal untuk menjaga dan memelihara burung dan spesies endemik tersebut.
"Kami larang ada penangkapan burung disini," tegas Bernadus.
Bagi wisatawan luar berkunjung ke Saporkren sebenarnya tidak terlalu sulit untuk mencari penginapan sebab disekitar kampung itu telah berkembang pesat pengembangan homestay diantaranya  Homestay Yenkankanes, Warimpurem Homestay, Alternative Stay, Mangoes Guest House dan juga resort-resort lainnya.
Tempat ini menjadi tempat favorite untuk pengambilan gambar dengan latar belakang laut Raja Ampat.
Tidak saja itu. Â Disisi Timur, kampung yang memiliki kurang lebih 131 Kepala Keluarga ini, terdapat sebuah pantai dengan pasir putih yang indah. Pantai dengan panjang garis pantai kurang lebih 150 meter ini menjadi tempat favorite bagi kegiatan wisata keluarga. Pantai ini dikenal dengan nama Pantai Saporkren atau Saporkren Beach.
Tidak saja wisatawan lokal, saya juga menemukan beberapa wisatawan manca negara yang berwisata di Kampung Saporkren.
Sekedar Informasi, Kampung Saporkren adalah salah satu kampung di Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat. Kampung ini berada disebalah barat Kota Waisai, Ibukota Kabupaten Raja Ampat. Dari Waisai, wisatawan bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat dengan jarak tempuh kurang lebih 40 menit. By.Petrus Rabu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI