Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saatnya Membangun Kesehatan Anak dan Balita Mulai dari Pinggiran

30 Januari 2018   13:47 Diperbarui: 30 Januari 2018   14:55 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasus Gizi Buruk di Kupang (sumber: kompas.com

Akhir-akhir ini duka kemanusiaan yang terjadi Kabupaten Asmat, Provinsi Papua menyedot perhatian kita. Tidak saja secara nasional tetapi juga ditingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Sejumlah pihak juga turut terlibat dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak-anak Asmat yang merupakan generasi penerus pembangunan bangsa. Sejumlah satuan tugas/satgas kesehatan dibentuk dan diturun mulai dari TNI/Polri, Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah serta sejumlah pihak swasta dan masyarakat umumnya.

Upaya-upaya kemanusiaan tentu patut diberi apresiasi dan penghargaan yang tinggi. Bahwa sebagai sesama anak bangsa kita perlu saling berbagi dan menolong serta memberikan solusi yang terbaik bagi korban yang sedang dirundung duka.

Semua upaya ini merupakan tindakan kuratif atau pengobatan yang juga perlu ditopang dengan tindakan preventif untuk mencegah merebaknya wabah gizi buruk dan campak tersebut.

Duka kemanusiaan yang menimpa anak-anak di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua ini sejatinya menyampaikan pesan penting bagi kita semua khususnya penentu kebijakan dan pemangku kepentingan entah pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk memberikan perhatian serius bagi pembangunan kesehatan anak dan balita  di pinggiran dan pendalaman.

Kasus-kasus kematian bayi dan anak-anak sebagaimana yang terjadi Kabupaten Asmat merupakan indikator bahwa keberpihakan pada pembangunan daerah pinggiran, pendalaman dan terpencil perlu ditingkatkan dan "mutlak" dilaksanakan. Tak ada tawar-menawar.

Keberpihakan itu tidak saja disektor infrastruktur dasar, tetapi juga disemua sektor kehidupan manusia, baik ekonomi, pendidikan, kesehatan, komunikasi dan transportasi.

Di era pemerintahan Joko Widodo memang keperpihakan itu sudah mulai terasa. Sejumlah infrastruktur dasar dibangun dibeberapa daerah seperti pembangunan jalan trans Papua, pembangunan waduk/irigasi di NTT, pembangunan jalan Tol di Sumatera, pengucuran dana desa dan beberapa hal lain merupakan buktinya nyaata keberpihakan itu.

Kasus Gizi Buruk di Kupang (sumber: kompas.com
Kasus Gizi Buruk di Kupang (sumber: kompas.com
Berkaca pada kasus kemanusian terjadi di Asmat, Provinsi Papua maka saatnya seluruh kebijakan pembangunan baik pusat maupun daerah harus benar-benar memberikan perhatian pada pembangunan kesehatan di daerah pinggiran.

Ingat bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang besar. Hampir sebagian penduduk Indonesia mendiami wilayah pesisir, pendalaman dan terpencil. Dan bukan tak mungkin kasus Asmat hanyalah sebuah "fenomena gunung es" terkait lemahnya pengawasan dan penanganan masalah gizi dan imunisasi di tanah air.

sumber: Gizinet.com
sumber: Gizinet.com
Pada tahun 2016, Kementerian Kesehatan RI melakukan Pemantauan Status Gizi (PSG) di 514 kabupaten dan kota di 34 Provinsi.

Berikut hasil Pemantauan Satatu Gizi anak balita Indonesia. Saya huruf gunakan miring karena ini kutipan langsung dari sini )

  • Balita yang memiliki tinggi badan dan berat badan ideal (TB/U normal dan BB/TB normal) jumlahnya 61,1%. Masih ada 38,9% Balita di Indonesia yang masing mengalami masalah gizi, terutama Balita dengan tinggi badan dan berat badan (pendek -- normal) sebesar 23,4% yang berpotensi akan mengalami kegemukan.
  • Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada Balita, terdapat 3,4% Balita dengan gizi buruk dan 14,4% gizi kurang. Masalah gizi buruk-kurang pada Balita di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masuk dalam kategori sedang (Indikator WHO diketahui masalah gizi buruk-kurang sebesar 17,8%).
  • Prevalensi Balita pendek cenderung tinggi, dimana terdapat 8,5% Balita sangat pendek dan 19,0% Balita pendek. Masalah Balita pendek di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat masuk dalam kategori masalah kronis (berdasarkan WHO masalah Balita pendek sebesar 27,5%).
  • Prevalensi Balita kurus cukup tinggi dimana terdapat 3,1% balita yang sangat kurus dan 8,0% Balita yang kurus. Masalah Balita kurus di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masuk dalam kategori akut (berdasarkan WHO diketahui masalah Balita kurus sebesar 11,1%.

Terkait kata "Prevalensi." Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan prevalensi adalah "hal yang umum; kelaziman,  jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu."

Berdasarkan hal ini maka jika melihat point 1 sampai 4 pada hasil Pemantauan Status Gizi oleh Kementerian Kesehatan tersebut maka masih ada "pekerjaan rumah" yang harus diselesaikan dalam menangani masalah kesehatan anak dan balita di Indonesia. Jika fokus pada point pertama maka sangat jelas hampir sebagian anak dan balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi. "Masih ada 38,9% Balita di Indonesia yang masing mengalami masalah gizi, terutama Balita dengan tinggi badan dan berat badan (pendek -- normal) sebesar 23,4% yang berpotensi akan mengalami kegemukan,"

Dan mirisnya jika kita secara seksama memperhatikan point ke-3, dimana prevalensi balita pendek cenderung tinggi. Dan berdasarkan standart WHO masalah ini merupakan masalah yang sangat kronis.

Akhirnya saya tak perlu panjang lebar lagi membahas masalah ini karena data pantauan status gizi Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 sebagaimana yang saya sajikan diatas sangat jelas  dan tak perlu dibumbuhi lagi. Hanya saja mari kita sama-sama melihat, membaca dan menarik "benang merah" antara pembangunan kesehatan di tanah air dan kondisi kesehatan anak dan balita.

Sayang data ini tidak disajikan secara rinci tentang prevelensi masing-masing kabupaten/kota di Indonesia. Tapi setidaknya data dari 514 kabupaten/kota ini sudah menjadi presentasi dari kondisi kesehatan anak dan balita di Indonesia.

Dan jika saya berselancar lebih jauh, saya temukan bahwa hampir setiap bulan dari tahun 2010 selalu ada laporan tentang kasus-kasus balita gizi buruk yang diterima oleh Kemenkes dari seluruh daerah di Indonesia melalu aplikasi sms gate gizi buruk balita Indonesia per provinsi. (buka disini).

Ini mengindikasikan saatnya bangsa ini, kita dan seluruh pemangku kepentingan untuk benar-benar memperhatikan pembangunan kesehatan anak dan balita di Indonesia.  Karena merekalah yang empuhnya masa depan bangsa. 

Bagi saya lebih penting adalah memfokuskan segala daya dan upaya untuk memperhatikan pembangunan kesehatan anak dan bayi yang ada di daerah pinggiran, pendalaman, pengunungan dan daerah-daerah yang jauh dan terpencil. Daerah-daerah yang jauh dari akses dan pelayanan kesehatan. Karena resiko dan ancaman kematian anak dan balita masih sering terjadi di daerah pinggiraan dan pendalaman. Tidak saja karena masalah akses, pola perilaku tetapi juga pemahaman yang minim soal menjaga dan merawat kesehatan anak dan balita.

#salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun