Aroma kenangan 2017 masih tercium mewanggi hingga detik ini. Bahkan mungkin akan tercium sepanjang tahun 2018 karena yang kita jalani saat ini merupakan hasil dari refleksi dan pemenungan panjang dari masa lalu.
Seperti itulah pengalaman saya dengan kompasiana sejak kembali aktif beberapa waktu lalu sebelum malam  pergantian waktu antara 2017/2018.  Sudah lama bergabung kalau tidak salah pada tahun 2013 tapi tidak prouktif. Kesibukan yang menyita waktu terkadang mengabaikan hobi dan membuang kesempatan untuk mengasah kemampuan dan felling.
Sejak kembali untuk mencoba aktif menulis di kompasiana di akhir-akhir 2017 lalu saya melihat banyak perubahan yang terjadi, baik dari sisi penampilan maupun minat masyarakat indonesia untuk menuangkan ide dan gagasan di kompasiana. Tak terkecuali para pemikir dan penulis hemat.
Selain sajian yang menarik dan aktual, salah satu hal juga menarik perhatian saya adalah adanya kemasan "Acara Nangkring Bareng." Â Bagi saya ini merupakan suatu yang baru dan sangat luar biasa, kendatipun saya sendiri belum pernah ikut dalam kegiatan itu.
Disini terjadi komunikasi personal antara kompasioner. Disitulah ada pesan moral yang luar biasa bahwa kendatipun kita dari berbagai latar belakang tapi toh kita bisa duduk bareng dan bercengkramah ria. Tak ada perbedaaan.
Ketika saya coba menukik pada tema. Banyak tema menarik yang tentunya akan menambah wawasan dan pengetahuan peserta. Saya membayangkan disana pasti hadir para pakar. Juga para penulis hebat sebab setiap usai acara nangkring selalu muncul tulisan bernas dihalaman kompasiana. Â Yang jelas ada pengalaman baru yang didapat. Indah bukan?
Raja Ampat Menanti
Kerinduan itu melahirkan tanya. Bisakah acara itu dilaksanakan di daerah, khususnya Wilayah Timur Indonesia seperti Papua, Maluku atau pun Nusa Tenggara? Â Yah semua dikembalikan yang punyanya acara dan event organisernya yakni kompasiana. Â Â
Bayangku menjadi liar. Andaikan  kerinduan itu terjawab. Maka ada dampak positif bagi daerah. Yang terakhir saya lihat ada rencana nangkring di Macao, maka puluhan dan ratusan tulisan tentang Macao berseliweran di meda maya. "Luar biasa," aku membatin setiap kali muncul tulisan tentang "Macao" oleh kompasianer.
Kenapa Raja Ampat
Raja Ampat merupakan salah satu tujuan wisata selama bawah laut terbaik di dunia saat ini. Sejumlah lembaga penelitian dan media mengakui hal ini. Potensinya yang luar biasa di bidang pariwisata dan perikanan menjadi primadona bagi wisatawan lokal dan manca negara.
Hampir seluruh wilayah Raja Ampat merupakan kawasan indah dan sangat mempesona. Â
Kepulauan ini berada di bagian paling barat pulau induk Papua, secara geografis berposisi  pada koordinat 225' Lintang Utara -- 0425' Lintang Selatan dan 130 -- 13255' Bujur Timur.  Wilayahnya secara administratif memiliki batas sebagai berikut:
- Utara  : Republik Federal Palau dan Samudera PasifikÂ
- Selatan  : Kabupaten Seram Utara (Propinsi Maluku)Â
- Timur  : Kota Sorong (Kabupaten Sorong) Â
- Barat  : Kabupaten Halmahera Tengah (Provinsi Maluku Utara
Raja Ampat merupakan daerah gugus pulau kecil yang memiliki 4 pulau yang relatif besar,  yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Jumlah seluruh pulau  di kabupaten ini kurang lebih sebanyak 1800 pulau dan hanya 35 pulau yang berpenghuni. Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Raja Ampat memiliki gugusan kepulauan dan menjadi obyek wisata yang menarik.
Sebut saja seperti Obyek Wisata Gugusan Kepulauan Wayag di Distrik Waigeo Barat Darat, Gugusan Kepulauan Piaynemo di Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Obyek Wisata Teluk Kabui di Distrik Waigeo Selatan, Obyek Wisata Teluk Mayalibit di Distrik Teluk Mayalibit dan Distrik Tiplol Mayalibit. Di Pulau Bantata dan Salawati juga terdapat obyek wisata menarik seperti Pulau Kri, Pulau Urun dan Obyek Wisata Air Terjun.
Itu yang didarat. Dibawah laut tak perlu diragukan lagi. Karena pesona terumbu karangnya yang masih asli, ikan yang banyak membuat Raja Ampat terkenal didunia.
Hasilnya luar biasa. Para peneliti itu mencatat terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans.
Di sejumlah kawasan terumbu karangnya yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di Selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag.
Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka.Â
Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Jadi menarik bukan. Tidak salah kalau Acara Nangkring Kompasiana dilaksanakan di Raja Ampat. Selain mengulas tema tertentu, pasti peserta bisa berwisata merasakan sensansi keindahan Raja Ampat.
Salam
Petrus Rabu-Tinggal di Waisai, Raja Ampat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H