Mohon tunggu...
Petrus Rabu
Petrus Rabu Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Harapan adalah mimpi dari seorang terjaga _Aristoteles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanti Acara Kompasiana di Raja Ampat

5 Januari 2018   15:25 Diperbarui: 7 Januari 2018   20:27 1567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Misool Raja Ampat (seven seas liveboard)

Aroma kenangan 2017 masih tercium mewanggi hingga detik ini. Bahkan mungkin akan tercium sepanjang tahun 2018 karena yang kita jalani saat ini merupakan hasil dari refleksi dan pemenungan panjang dari masa lalu.

Seperti itulah pengalaman saya dengan kompasiana sejak kembali aktif beberapa waktu lalu sebelum malam  pergantian waktu antara 2017/2018.  Sudah lama bergabung kalau tidak salah pada tahun 2013 tapi tidak prouktif. Kesibukan yang menyita waktu terkadang mengabaikan hobi dan membuang kesempatan untuk mengasah kemampuan dan felling.

Sejak kembali untuk mencoba aktif menulis di kompasiana di akhir-akhir 2017 lalu saya melihat banyak perubahan yang terjadi, baik dari sisi penampilan maupun minat masyarakat indonesia untuk menuangkan ide dan gagasan di kompasiana. Tak terkecuali para pemikir dan penulis hemat.

Selain sajian yang menarik dan aktual, salah satu hal juga menarik perhatian saya adalah adanya kemasan "Acara Nangkring Bareng."  Bagi saya ini merupakan suatu yang baru dan sangat luar biasa, kendatipun saya sendiri belum pernah ikut dalam kegiatan itu.

Sumber: kompasiana.com
Sumber: kompasiana.com
Dari beberapa kisah yang ditulis para kompasianer ataupun informasi jadwal nagkring yang dipublis kompasiana sendiri, pada umumnya acara nangkring ini berlokasi di Jakarta dan sekitarnya, tempatnya pun di hotel, tempat-tempat pertemuan atau cafe. Saya berpikir layaklah karena Jakarta adalah ibukota negara. Semua fasilitas tersedia.

sumber: kompasiana.com
sumber: kompasiana.com
Setelah mengikuti berbagai pemberitaan yang diulas teman-teman kompasianer acara ini sejatinya syarat makna. Setidaknya dari kata nangkring saya bisa merasakan suatu suasana keakraban, keramahan, tukar menukar informasi dan pengalaman. 

Disini terjadi komunikasi personal antara kompasioner. Disitulah ada pesan moral yang luar biasa bahwa kendatipun kita dari berbagai latar belakang tapi toh kita bisa duduk bareng dan bercengkramah ria. Tak ada perbedaaan.

Ketika saya coba menukik pada tema. Banyak tema menarik yang tentunya akan menambah wawasan dan pengetahuan peserta. Saya membayangkan disana pasti hadir para pakar. Juga para penulis hebat sebab setiap usai acara nangkring selalu muncul tulisan bernas dihalaman kompasiana.  Yang jelas ada pengalaman baru yang didapat. Indah bukan?

sumber: Kompasiana.com
sumber: Kompasiana.com
Setelah berselancar dengan mba google yang cantik, saya menemukan dari tujuh acara nangkring di tahun 2017 hanya dua kali di Malang dan satu kali di Lampung. Jarang sekali saya liat acara nangkring itu dilaksanakan di daerah, khususnya di Wilayah Timur Indonesia. Hanya Sekali di Makasar yang mendekat ke titik Timur Indonesia. Atau mungkin saya yang ketinggalan informasi.  Jika itu sudah pernah saya mohon maaf saya salah.

Raja Ampat Menanti

Gubusan Kep. Piaynemo/dokumen pribadi
Gubusan Kep. Piaynemo/dokumen pribadi
Ketika acara nangkring itu membawa sejuta pesan. Ada kerinduan memuncak. Apalagi kegitan itu diikuti ulasan dan publikasi menarik disajikan para penulis hebat.  

Kerinduan itu melahirkan tanya. Bisakah acara itu dilaksanakan di daerah, khususnya Wilayah Timur Indonesia seperti Papua, Maluku atau pun Nusa Tenggara?  Yah semua dikembalikan yang punyanya acara dan event organisernya yakni kompasiana.   

Bayangku menjadi liar. Andaikan  kerinduan itu terjawab. Maka ada dampak positif bagi daerah. Yang terakhir saya lihat ada rencana nangkring di Macao, maka puluhan dan ratusan tulisan tentang Macao berseliweran di meda maya. "Luar biasa," aku membatin setiap kali muncul tulisan tentang "Macao" oleh kompasianer.

Batu-batu Karst Nan Indah di Misool/Foto: FB Sahaka Keliobas
Batu-batu Karst Nan Indah di Misool/Foto: FB Sahaka Keliobas
Kini kita memasuki tahun 2018, jika saja ulasan saya ini berkenan maka saya rekomendasikan "Raja Ampat" menjadi salah satu tempat untuk dilaksanakan Acara Nangkring di daerah tahun 2018. Selain nangkring peserta juga bisa menikmati panorama alam Raja Ampat. Asyik bukan?

Kenapa Raja Ampat

Raja Ampat merupakan salah satu tujuan wisata selama bawah laut terbaik di dunia saat ini. Sejumlah lembaga penelitian dan media mengakui hal ini. Potensinya yang luar biasa di bidang pariwisata dan perikanan menjadi primadona bagi wisatawan lokal dan manca negara.

Hampir seluruh wilayah Raja Ampat merupakan kawasan indah dan sangat mempesona.  

Telaga Bintang Piaynemo/Foto: Rhea Arfan
Telaga Bintang Piaynemo/Foto: Rhea Arfan
Terletak  di  provinsi  Papua  Barat,  Raja  Ampat  merupakan  daerah  kepulauan  yang  membentang  di  area  seluas  46.108  km2,  wilayah  lautnya menguasai  87%  luas  area.  

Kepulauan ini berada di bagian paling barat pulau induk Papua, secara geografis berposisi  pada koordinat 225' Lintang Utara -- 0425' Lintang Selatan dan 130 -- 13255' Bujur Timur.  Wilayahnya secara administratif memiliki batas sebagai berikut:

Peta Raja Ampat/Wikipeda.com
Peta Raja Ampat/Wikipeda.com
  • Utara   : Republik Federal Palau dan Samudera Pasifik 
  • Selatan   : Kabupaten Seram Utara (Propinsi Maluku) 
  • Timur   : Kota Sorong (Kabupaten Sorong)  
  • Barat   : Kabupaten Halmahera Tengah (Provinsi Maluku Utara

Raja Ampat merupakan daerah gugus pulau kecil yang memiliki 4 pulau yang relatif besar,  yaitu: Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Jumlah seluruh pulau  di kabupaten ini kurang lebih sebanyak 1800 pulau dan hanya 35 pulau yang berpenghuni. Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Raja Ampat memiliki gugusan kepulauan dan menjadi obyek wisata yang menarik.

Sebut saja seperti Obyek Wisata Gugusan Kepulauan Wayag di Distrik Waigeo Barat Darat, Gugusan Kepulauan Piaynemo di Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Obyek Wisata Teluk Kabui di Distrik Waigeo Selatan, Obyek Wisata Teluk Mayalibit di Distrik Teluk Mayalibit dan Distrik Tiplol Mayalibit. Di Pulau Bantata dan Salawati juga terdapat obyek wisata menarik seperti Pulau Kri, Pulau Urun dan Obyek Wisata Air Terjun.

Gugusan Kepulauan Wayag/Dokumen Pribadi
Gugusan Kepulauan Wayag/Dokumen Pribadi
Bila ingin punya waktu cukup, juga bisa menjelajahi keindahan pulau misool, disana ada Obyek Wisata Gugusan Dapunlol, Ada Telaga Cinta, ada gua keramat dan berbagai obyek wisata lainnya.

Itu yang didarat. Dibawah laut tak perlu diragukan lagi. Karena pesona terumbu karangnya yang masih asli, ikan yang banyak membuat Raja Ampat terkenal didunia.

Misool Raja Ampat/ foto Wikipedia
Misool Raja Ampat/ foto Wikipedia
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)  sebagaimana yang dilansir Wikipedea pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002.

Hasilnya luar biasa. Para peneliti itu mencatat terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans.

Pesona Bawah Laut Raja Ampat/Foto: Reef and Rainforest
Pesona Bawah Laut Raja Ampat/Foto: Reef and Rainforest
Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.  Hal ini juga disinyalir oleh liputan6.com edisi 7 Agustus 2017,  yang menulis, "Jumlah Spesies Karang di Raja Ampat Teringgi di Dunia."

Di sejumlah kawasan terumbu karangnya yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di Selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag.

Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. 

Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.

Jadi menarik bukan. Tidak salah kalau Acara Nangkring Kompasiana dilaksanakan di Raja Ampat. Selain mengulas tema tertentu, pasti peserta bisa berwisata merasakan sensansi keindahan Raja Ampat.

Salam

Petrus Rabu-Tinggal di Waisai, Raja Ampat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun