Melihat beberapa speedboat mulai berdatangan, akhirnya kami memutuskan tak untuk berlama-lama disitu. Lalu Pak Mayor menyalankan speedboat-nya dan meluncur ke dermaga menuju puncak Piaynemo.
Tercatat ada 5 speedboat yang bersandar disitu pagi itu. Sementara itu dermaga  sudah dipadati wisatawan. Kami pun bergegas turun, berbaur dengan wisatawan yang antri untuk naik ke puncak Piaynemo. Di dermaga itu juga terdapat tenda kecil yang disiapkan bagi masyarakat lokal untuk menjual berbagai souvenir khas Raja Ampat.
Saya lihat ada gelang khas Raja Ampat, ada senat (tikar khas Papua), ada kepiting kenari dan lobster. Juga dijual kelapa muda. Aktivitas di pasar kecil sangat ramai. Sejumlah wisata melakukan transaski dengan penjual.
Tak beberapa lama kami pun menaiki anak tangga menunju puncak Piaynemo. Indah, gadis kecilku dengan tekun menghitung tangga demi tangga. Kurang lebih 375 anak tangga dia hitung. Ada beberapa honay atau tempat perhentian.
Setibanya dipuncak sudah terdapat satu rombongan sedangkan melakukan pemotretan pre-wedding. Pasangan itu membawa beberapa model pakaian untuk melakukan pemotretan. Selain menggunakan kamera biasa, pemotretan juga dilakukan dengan kamera drone.  Pasangan pra wedding tersebut datang bersama tata rias dan sejumlah keluarga besarnya. Setelah dicek ternyata mereka dari Jakarta.
Keindahan puncak Piaynemo menjadi sasaran pasangan muda untuk melakukan foto pre-wedding.
 "Wow indah sekali bapak,"  teriak Paul lekaki kecil saya yang baru kali pertama saya bawah ke Obyek Wisata Puncak Piaynemo.
 "Luar biasa. Raja Ampat memang indah," ujar Pater Dio keponakan saya yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Puncak Piaynemo.
Diantara puluhan wisatawan yang ada, kami memanfaatkan kesempatan untuk mengambil gambar. Semua gaya kami keluarkan. Kami benar-benar memanfaatkan moment.
Setelah kurang lebih 1 jam kami berada diatas puncak Piaynemo, akhirnya kami turun dan meneruskan perjalanan menuju Kampung Wisata Arborak-Distrik Meosmanswar.