Pendidikan Karakter Itu Perlu untuk Zaman Ini
Oleh Petrus Daniellyanto
Pendidikan merupakan sebuah hal yang penting bagi dunia saat ini. Sebagai seseorang yang hidup dalam dunia modern saat ini kita membutuhkan pendidikan, karena fungsi pendidikan nasional yang diatur oleh UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah menjadikan para manusia menajdi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhal mulia,sehat,cakap, berilmu, kreatif, mandiri, serta menjadi arga Negara yang berdemokrasi dan bertanggung jawab. Sehingga salah satu tujuan pendidikan Indonesia saat ini adalah menjadikan siswa-siswi menjadi seorang yang mempunyai Profil Pelajar Pancasila. Pancasila sendiri merupakan identitas yang dipilih oleh Indonesia agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat dijunjung tinggi dan dapat diterapkan. Sehingga kita perlu mengimplementasikan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Namun tidak dipungkiri bahwa masih banyak tindakan-tindakan yang justru menjauhkan kita dari nilai-nilai Pancasila. Tindakan tersebut adalah kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh para remaja, seperti kasus bullying, tawuran, dan kenakalan-kenalan remaja lainnya. Data dari KPAI mencatat, periode 2016-2022, kasus anak yang menjadi pelaku kenakalan sehingga berhadapan dengan hukum berjumlah 2.883. Tentu saja hal ini menjadi keprihatinan yang harus disadari oleh para orang tua, pelajar itu sendiri, dan pendidik. Karena hal itu sama saja sikap yang tidak mencerminkan nilai Pancasila. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu mengembangkan serta menguatkan pembelajaran yang bertujuan untuk mengimplementasikan perwujudan dari nilai-nilai Pancasila.
Sebagai perwujudan hal itu lembaga pendidikan ingin mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Seperti yang diketahui bahwa adapun tujuan dari Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari enam yaitu Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Bergotong Royong, Mandiri, Kritis, dan Kreatf.
Adapun indikator Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa berarti pelajar yang memahami ajaran agama dan kepercayaanya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berkebhinekaan Global artinya pelajar Indonesia mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati, menjunjung tinggi nilai persaudaraan meski berbeda-beda. Gotong Royong yaitu mampu bekerja sama dengan orang lain yang membuat pekerjaan menjadi mudah dan ringan. Mandiri dimana para siswa-siswi dapat bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Bernalar Kritis yaitu mampu mengolah berbagai informasi dan menyimpulkannya. Kreatif dimana para siswa dapat membuat hasil berdasarkan kemampuannya sendiri. Dengan begitu keenam indikator ini dapat menjadikan peserta didik siswa-siswi yang berkarakter.
Namun dalam hal ini perlu usaha serta kerjasama dari berbagai pihak demi mewujudkan hal ini. Apalagi ditengah zaman yang semakin modern ini dimana terdapat segala kemudahan akses dalam berbagai informasi. Tentu hal ini dapat menjadi sebuah manfaat tersendiri namun sekaligus juga menjadi tantangan karena para peserta didik dapat mengakses suatu hal yang tidak sesuai dengan umur mereka, serta berbagai informasi yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Jika mereka tidak berpikir kritis mereka dapat dengan mudahnya percaya akan informasi tersebut. Kemudian pembullyan yang marak terjadi disekolah-sekolah mulai dari SMP hingga SMA. Kemudian maraknya tawuran antar pelajar yang meresahkan masyarakat, karena tawuran itu kerap kali memakan korban jiwa yang tidak sedikit, ditambah merugikan masyarakat karena warga merasa tidak aman. Selain itu kenakalan remaja lainnya seperti balap liar, minum minuman keras, narkoba, pencurian bahkan hingga yang ekstrim seperti pembunuhan. Perlu diketahui bahwa kenakalan remaja dapat terjadi dari berbagai faktor mulai dari faktor internal hingga yang eksternal.
faktor internal itu faktor dari diri sendiri. Dimana ketika masa pertumbuhan remaja akan berusaha untuk mencari jati diri mereka sehingga terkadang mereka akan bertindak tanpa berpikir. Kemudian kurang mampunya remaja dalam mengontrol emosi, serta kurang mampunya mereka dalam beradaptasi dalam suatu lingkungan.
Kemudian jika dari faktor eksternal adalah lingkungan mereka, dapat terlihat dari keluarga dimana dia dibesarkan, jka remaja tersebut dibesarkan dengan perhatian dan kasih sayang maka remaja tersebut tentu akan terdapat penolakan dari dalam diri karena nasehat orang tua yang menajarkan tentang perilaku yang baik. Namun berbeda jika remaja tersebut terlahir dalam keluarga broken home maka remaja itu tentu akan berusaha mencari pelarian karena dia merasa tidak diperhatikan dan tidak mendapat kasih sayang oleh keluarganya. Selain lingkungan keluarga terdapat lingkungan sekolah dimana dia berteman dengan teman-teman yang nakal, sehingga remaja itupun ikut menjadi nakal. Atau dapat dari faktor guru itu sendiri yang terkadang seringkali membandingkan murid-murid yang baik dengan murid-murid yang tidak baik sehingga hal itu menghasilkan label atau stigma negatif terhadap para murid yang membuat mereka berpikir dan bertindak berdasarkan label tersebut.
Kemudian dalam faktor eskternal yang lain adalah lingkungan masyarakat dimana dia tinggal. Jika remaja tersebut tinggal dalam lingkungan yang terdapat sebuah kesenjangan ekonomi, yang mana remaja itu terlahir dalam keluarga tidak mampu, maka mungkin saja dia akan melakukan tindakan pencurian untuk memenuhi kebutuhannya maupun gengsinya. Selain itu terdapat pergaulan bebas karena kurangnya kontrol orang tua, dimana anak remaja berani berbohong kepada orang tua agar dapat bermain dengan teman-temannya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat maraknya kenakalan remaja seperti tawuran, balap liar, hingga seks bebas. Hal ini juga dapat disebabkan karena terlalu banyak waktu senggang yang dimiliki para remaja dan mereka tidak mempunyai tempat untuk mengeksperesikan diri, seperti kegiatan pramuka, dan ekstrakulikuler lainnya. Sehingga remaja remaja tersebut mengeksperesikan diri mereka dengan cara yang tidak seharusnya.Â
Tentu hal seperti kenakalan-kenakalan remaja yang telah disebutkan maupun yang belum disebutkan ini tidak dapat dianggap remeh, perlu tindak lanjut dalam menanggapai kasus-kasus tersebut. Selain itu kenakalan-kenakalan remaja diatas tentu mencoreng indikator-indikator dari Profil Pelajar Pancasila. Padahal indikator ini perlu dijunjung tinggi dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, agar kita dapat benar-benar mencerminkan Profil Pelajar Pancasila.
Maka dari itu perlu dilakukan sebuah tindakan yang dapat meminimalisir kenakaln-kenakalan remaja sekaligus menumbuhkan sikap-sikap yang menjunjung tinggi pancasila dan menjadikan siswa-siswi itu berkarakter. Oleh karena itu berikut saran mengenai hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kenakalan remaja mulai dari diri sendiri, sekolah hingga masyarakat.
Dalam lingkungan keluarga dapat dilakukan orang tua dengan mendidik anak dengan kasih sayang dan perhatian. serta mengajak anak untuk tetap disiplin dengan memberikan nasihat-nasihat mengenai batasan-batasan hal yang tidak baik untuk dilakukan. Kemudian orang tua serta anak perlu menjalin komunikasi yang baik agar anak mau terbuka dan orang tua dapat mengontrol anak ketika dia melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Dalam lingkungan sekolah, pendidik dapat memberikan tugas-tugas yang membantu murid agar dapat olah rasa, kehendak dan berpikir. Seperti melakukan live in lintas agama agar murid-murid semakin mengeratkan persaudaraan meskipun berbeda. Kemudian live dalam panti sosial, dan panti jompo agar murid-murid semakin mengolah pikir, rasa dan kehendak. Atau ketika sekolah mengadakan acara lomba-lomba yang semakin mengasah kemampuan mereka. Selain itu sekolah juga perlu melakukan razia agar murid-murid tidak membawa barang yang berbahaya. Serta meningkatkan konsultasi guru bimbingan konseling
Dalam lingkungan masyarakat, masyarakat dapat mengadakan kegiatan sosial yang mengajak para anak muda seperti karang taruna dan bakti sosial. Serta masyarakat perlu melakukan pengawasan terhadap tempat tempat yang diduga tempat melakukan kenakalan remaja.
Melalui diri sendiri dapat dilakukan dengan melakukan hobi serta aktivitas yang lebih produktif dan bermanfaat seperti membaca buku, membantu orang tua, beristirahat dan hal manfaat lainnya. Namun yang paling penting bagi remaja itu sendir adalah sadar. Menyadari apa yang telah kita lakukan membuat kita dapat merefleksikan bahwa apakah apa yang telah kita lakukan itu bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain atau malah merugikan. Maka perlunya bagi para siswa untuk merefleksikan kembali pelajaran ataupun kegiatan yang mereka lakukan agar mereka dapat menemukan hikmah terhadap apa yang mereka dapat maupun lakukan.
 Namun tidak dipungkiri bahwa kenakalan remaja pasti masih akan terjadi namun setidaknya kita dapat meminimalisir sehingga tindak kenakalan remaja dapat berkurang. Serta dengan begitu tumbuhlah siswa-siswi yang berkarakter serta berprofil Pancasila. Oleh sebab itu penting bagi kita semua mulai dari keluarga, guru, masyarakat, bahkan murid itu sendiri bekerja sama demi mewujudkan impian tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H