Salah satu pionir industri daur ulang ini bernama Sukidjo dan Sulaiman yang berasal dari kampung Bugangan. Dari 1977-1981, mereka mulai memanfaatkan kaleng-kaleng bekas yang dibelinya dari tukang pencari sampah dan pengepul rongsokan untuk dijadikan panci, wajan, dan kompor minyak tanah.
Hal yang dilakukan ini kemudian diikuti oleh warga lainnya sehingga menjadikan wilayah tersebut menjadi terkenal sebagai sentra industri daur ulang kaleng bekas.
Dikunjungi Wakil Presiden
Rata-rata perajin daur ulang kaleng bekas ini menggunakan mesin seadanya Tidak ada mesin yang bekerja secara otomatis, semuanya masih dikendalikan dengan tenaga manusia.
Akan tetapi, produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan tidak kalah dibandingkan dengan produk pabrikan besar yang dibantu oleh mesin-mesin besar.
Kreativitas dan inovasi yang dilakukan oleh Sukidjo dan Sulaiman serta warga Bugangan lainnya, kemudian menarik perhatian Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu yakni Adam Malik. Beliau datang ke Semarang dan melihat langsung proses dari daur ulang kaleng bekas di Bugangan itu pada 1974.
Begitu antusiasnya ia terhadap kreatifitas warga Bugangan. Adam Malik kemudian memberikan bantuan dana sebesar Rp. 100,- kepada setiap perajin di sana.
Sejak saat itulah sentra logam di Bugangan semakin berkembang dan para perajin mulai membangun kios hingga ke bantaran sungai Banjir Kanal Timur.
Melihat pesatnya geliat industri kecil ini, pada 1994 Menteri Sosial Nani Soedarsono kemudian datang dan kembali memberikan bantuan kepada para perajin.
Hal tersebut semakin memantapkan semangat para perajin untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas. Tidak hanya dari kaleng bekas saja, bahan baku pembuatan perkakas kemudian dikembangkan dengan menggunakan lembaran stainless steel.
Revitalisasi Banjir Kanal Timur, Perajin yang Tergusur
Perkembangan sentra daur ulang kaleng bekas ini ternyata tidak hanya terjadi di lingkup perkampungannya saja. Mereka juga membangun kios-kios di bantaran sungai Banjir Kanal Timur.