Mohon tunggu...
Petra Noor Imanuel Aronds
Petra Noor Imanuel Aronds Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Tertarik dengan isu-isu ekonomi, sosial, dan politik, baik dalam lingkup domestik maupun internasional. Senang mempelajari sejarah, baik sejarah lokal, sejarah nasional, maupun sejarah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Jokowi di Papua Nugini: Hubungan Dua Negara Kini dan Nanti

9 Juli 2023   12:10 Diperbarui: 9 Juli 2023   12:14 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari https://setkab.go.id

Sejarah Hubungan Dua Negara

Indonesia dan Papua Nugini merupakan dua negara yang memiliki kedekatan geografis. Kedua negara telah menjalin hubungan bilateral sejak Papua Nugini memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1975. Selama 48 tahun ini, baik Presiden Indonesia maupun Perdana Menteri Papua Nugini, telah sering berbalas kunjungan.

Pada saat Presiden Soeharto menjabat, tepatnya pada tahun 1992, beliau menerima kunjungan resmi Perdana Menteri Papua Nugini Rabbie Namaliu ke Indonesia. Melalui pidatonya pada saat jamuan makan malam di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menegaskan arti penting kunjungan tersebut terhadap hubungan kedua negara.

Saya percaya bahwa kunjungan yang mulia dan nyonya di tengah-tengah rakyat Indonesia sekarang ini akan dapat memperdalam saling pengertian yang penting bagi usaha kita bersama untuk mempererat persahabatan antara kedua bangsa dan negara kita yang selama ini telah terjalin akrab.

- Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Jakarta, 13 Januari 1992

Pada tahun 1998, kurang dari dua minggu setelah Presiden B. J. Habibie dilantik menggantikan Presiden Soeharto, Perdana Menteri Papua Nugini Bill Skate juga berkunjung ke Indonesia. Kala itu, PM Bill Skate merupakan kepala pemerintahan pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Indonesia pasca-Orde Baru.

Pada Maret 2010, giliran Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang melawat ke Papua Nugini. Tiga tahun setelahnya, pada tahun 2013, Perdana Menteri Papua Nugini Peter Charles Paire O'Niel membalas kunjungan tersebut. PM O'Niel disambut oleh Presiden SBY di Istana Negara dengan serangkaian upacara penyambutan resmi.

Saling balas kunjungan di antara pemimpin dua negara menunjukkan hubungan dinamis yang terjalin antara Indonesia dan Papua Nugini. Dalam setiap kunjungan, kedua pemimpin negara turut mengadakan pertemuan bilateral. Tentunya, terdapat persoalan yang dibahas di dalamnya. Selain membahas kerja sama, tak jarang kedua negara juga harus berhadapan dengan pembahasan mengenai persoalan perbatasan.

Persoalan Perbatasan Indonesia-Papua Nugini

Dalam sejarah hubungan yang dinamis, Indonesia dan Papua Nugini mencatatkan sejumlah persoalan terkait perbatasan. Perbatasan wilayah darat kedua negara sebenarnya telah disepakati dalam pengaturan administratif mengenai perbatasan sejak tahun 1973 pada saat Papua Nugini masih merupakan protektorat Australia. Kesepakatan tersebut kemudian digantikan oleh persetujuan dasar tentang pengaturan perbatasan (basic agreement on border arrangement) yang ditandatangani pada tahun 1979 serta diperbaharui pada tahun 1984 dan 1990.

Selanjutnya, pengaturan perbatasan kedua negara kembali mengalami pembaharuan pada tahun 2013. Namun, selama bertahun-tahun, parlemen Papua Nugini tak kunjung meratifikasi versi terbaru pengaturan perbatasan tersebut. Barulah pada Maret 2023 lalu Papua Nugini resmi meratifikasinya. Langkah tersebut dinilai sebagai komitmen baik Papua Nugini dalam meningkatkan hubungannya lebih jauh lagi dengan Indonesia. Terlebih apabila kita mengaitkannya dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Papua Nugini pada 5 Juli 2023 lalu.

Kunjungan Resmi Presiden Joko Widodo ke Papua Nugini

Dalam kunjungan resminya ke Papua Nugini beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo disambut oleh Perdana Menteri James Marape. Melalui pernyataan pers bersama di APEC Haus, Port Moresby, Presiden Jokowi menegaskan Papua Nugini merupakan tetangga dekat sekaligus mitra strategis Indonesia. Sebaliknya, menurut PM Marape, Indonesia merupakan negara mitra yang sangat penting bagi Papua Nugini.

Terkait posisi Indonesia di mata Papua Nugini, PM Marape mengungkap bahwa Indonesia sudah selayaknya negara global west. Secara geografis, Indonesia memang terletak di sebelah barat negara tersebut. Namun, lebih dari itu, PM Marape menilai Indonesia mempunyai peranan penting dalam mendukung pembangunan di negaranya.

Sebagaimana diungkapkan Presiden Jokowi, Indonesia dan Papua Nugini memang telah menyepakati sejumlah kerja sama pembangunan.

Kita juga telah sepakat menyusun roadmap kerja sama pembangunan untuk lima tahun ke depan. Indonesia juga akan segera memulai renovasi fasilitas rumah sakit di Port Moresby, pembangunan posko damkar, pengelolaan sampah di Vanimo, pembangunan sekolah di Wutung, dan peningkatan beasiswa pelajar Papua Nugini.

- Presiden Joko Widodo di APEC Haus, Port Moresby, 5 Juli 2023

Presiden Jokowi juga menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama perdagangan antara kedua negara. Pada tahun 2022, nilai transaksi perdagangan Indonesia-Papua Nugini mencapai angka USD307 juta. Menurutnya, hal ini perlu terus ditingkatkan, di antaranya dengan mendorong kelanjutan pembahasan Preferential Trade Agreement (PTA), pembentukan business council, serta kunjungan misi dagang dan investasi.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Papua Nugini baru saja meratifikasi versi terbaru pengaturan perbatasan yang disepakati pada tahun 2013 lalu. Dalam pernyataannya, Presiden Jokowi menyambut baik langkah tersebut. Hal ini diharapkan dapat mengatasi ketegangan dan membuka jalan menuju kerja sama yang lebih erat antara kedua negara.

Selanjutnya, konektivitas Indonesia-Papua Nugini diharapkan dapat meningkat seiring dibukanya rute pelayaran PNG Express dan rute penerbangan Denpasar-Port Moresby. Dalam rangka mendorong kembali aktivitas masyarakat di sekitar perbatasan yang sempat terhambat akibat pandemi Covid-19, Indonesia dan Papua Nugini juga telah sepakat untuk membuka kembali Pos Lintas Batas Negara Skouw-Wutung.

Kunjungan pada Rabu lalu sebenarnya bukan merupakan kali pertama Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri James Marape bertemu. Pada Maret 2022, Presiden Jokowi telah lebih dulu menerima kunjungan resmi PM Marape ke Indonesia. Hal ini, sekali lagi, menunjukkan hubungan baik yang terjalin antara kedua negara.

Prospek Hubungan Indonesia-Papua Nugini

Dalam pernyataannya, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia dan Papua Nugini merupakan dua negara besar dari global south. Sudah sepatutnya kedua negara saling mendukung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pernyataan tersebut dapat menjadi landasan bagi kita untuk memperkirakan sejauh mana hubungan Indonesia dan Papua Nugini akan terjalin pada masa mendatang. Tentu kita boleh berharap bahwa hubungan tersebut akan mengarah pada kecenderungan yang positif. Terlebih jika kita mengikuti komitmen Indonesia untuk meningkatkan kerja samanya dengan negara-negara Pasifik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun