Bagian pertama adalah lapisan rasional atau logos. Ini adalah bagian yang paling mulia dari jiwa, terletak di kepala jiwa, dan berfungsi untuk mengejar pengetahuan, kebenaran, dan kebijaksanaan. Lapisan rasional ini mendorong manusia untuk berpikir secara logis, membuat keputusan yang bijaksana, dan mengembangkan keterampilan intelektual. Plato meyakini bahwa tugas utama dari pendidikan dan filosofi adalah untuk mengembangkan dan menguatkan lapisan rasional ini, sehingga manusia dapat mengendalikan impuls dan emosinya secara lebih efektif.
Bagian kedua dari jiwa adalah lapisan spiritual atau thymos. Lapisan ini terletak di dada jiwa dan mengatur emosi, semangat, dan aspirasi manusia. Thymos memberikan manusia dorongan untuk mencapai keunggulan moral, ambisi, dan semangat juang. Hal ini memungkinkan manusia untuk mempertahankan martabatnya, berjuang untuk keadilan, dan merespons dengan semangat pada tantangan moral. Plato menganggap bahwa keberhasilan jiwa tergantung pada keseimbangan yang baik antara lapisan rasional dan thymos, di mana thymos memberi energi moral yang diperlukan untuk menginspirasi tindakan yang benar.
Bagian ketiga dari jiwa adalah lapisan nafsu atau epithymia. Ini adalah bagian yang paling rendah dari jiwa, terletak di perut atau pusar jiwa, dan bertanggung jawab atas keinginan duniawi dan kepuasan fisik. Nafsu menginginkan kenikmatan sensual dan material, seperti makanan, seks, dan kekayaan. Plato menganggap bahwa nafsu harus diperintah oleh lapisan rasional dan thymos, sehingga tidak menguasai jiwa manusia dan mengarahkan individu ke kehidupan yang tidak bermoral atau tidak terkendali.
Plato percaya bahwa kehidupan yang bermoral dan baik akan tercapai jika lapisan rasional mengendalikan lapisan nafsu atau epithymia, sehingga menciptakan keharmonian yang memungkinkan individu mencapai kebijaksanaan dan hal-hal yang adil, sehingga akan mempengaruhi moral, karakter, dan psikologis manusia.Â
The Rhetorical Triangle
Sebuah konsep dalam retorika yang digunakan untuk menganalisis dan memahami bagaimana pesan disampaikan secara efektif kepada audiens. Konsep ini sering dikaitkan dengan Aristoteles, meskipun bentuk modernnya telah berkembang dari karya para retorikawan dan ahli komunikasi.
Secara umum, The Rhetorical Triangle terdiri dari tiga unsur utama: ethos, pathos, dan logos. Ethos mengacu pada karakter atau kredibilitas pembicara atau penulis. Ini mencakup bagaimana pembicara membangun kepercayaan dan otoritas dengan audiensnya, menggunakan bahasa dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang diterima oleh audiens tersebut. Ethos menjadi kunci karena tanpa kepercayaan atau kredibilitas, pesan yang disampaikan mungkin kurang efektif atau bahkan ditolak oleh audiens.
Pathos adalah upaya untuk mempengaruhi audiens secara emosional. Ini melibatkan penggunaan bahasa yang merangsang perasaan, seperti kasihan, kegembiraan, ketakutan, atau kemarahan. Penggunaan pathos bertujuan untuk menyentuh perasaan audiens dan membangkitkan respons emosional yang mendukung tujuan atau pesan yang disampaikan. Penggunaan yang tepat dari pathos dapat membuat pesan lebih menarik dan meyakinkan bagi audiens.
Logos mengacu pada penggunaan logika, fakta, dan bukti untuk mendukung pesan yang disampaikan. Ini adalah upaya untuk meyakinkan audiens dengan menggunakan argumen yang rasional dan bukti yang kuat. Penggunaan logos membantu menunjukkan kecerdasan dan kejelasan dalam penyampaian pesan, sehingga meningkatkan kepercayaan audiens terhadap pembicara atau penulis.