Tantangan bagi Jurnalisme Masa Sekarang dan Mendatang

Jurnalis di masa sekarang dan masa depan dituntut untuk memiliki beragam skill agar tidak dianggap ketinggalan zaman karena teknologi yang  berkembang dengan sangat cepat. Teknologi juga mengakibatkan munculnya jurnalisme warga, di mana siapa saja sekarang dapat menulis dan menyebarkan gagasannya secara online menyaingi para jurnalis profesional.

Dalam teori Jarum Suntik, media memiliki kuasa untuk memengaruhi audiens dan audiens akan menerima informasi yang diberikan secara pasif tanpa melakukan verifikasi atau memilah informasi-informasi tersebut. 

Seiring perkembangan zaman, jurnalisme terus bergerak maju. Konten-konten media tidak hanya berbasis teks, namun juga bersifat multimedia yaitu dengan gambar, audio, video, ilustrasi sebagai penambah informasi. 

Begitu juga dengan para audiens. Audiens yang awalnya pasif, yang hanya mengkonsumsi berita saja sekarang menjadi aktif, di mana mereka juga ikut memproduksi berita. 

Sumber foto : Pexels/Redrecords

Perubahan dalam Produksi Berita

Dahulu, proses pembuatan berita sifatnya hierarkis dan orang yang terlibat jumlahnya banyak. Para wartawan mencari dan meliput peristiwa di lapangan, proses penulisan, editing, hingga akhirnya berita dipublikasikan. 

Sekarang siapa saja bisa menjalankan pers (audiens), tidak hanya mereka yang sudah profesional. Berita bisa didapatkan dari mana saja, dan dipublikasikan melalui blog atau media sosial yang dimiliki. 

Sumber foto : Pexels/George Milton

Terdapat empat jenis atau gaya dalam pemberitaan pada masa kini :

• Jurnalisme Opini : Berita ditulis dengan sudut pandang subjektif, contohnya kolom editorial. 
• Jurnalisme Kolaborasi : Kerjasama yang dilakukan antara jurnalis profesional dan jurnalis warga untuk memproduksi berita tertentu. 
• Jurnalisme Sindikasi : Berita yang diproduksi oleh sebuah media yang kemudian dijual atau disebarluaskan oleh media atau platform distribusi.
• Jurnalisme Lapdog : Jurnalisme yang ada kecenderungan pro dengan pemerintah. (kebalikan dari watch dog)

Di era online seperti sekarang, posisi jurnalis dan masyarakat awam menjadi setara. Masyarakat biasa dapat menghasilkan berita bermodalkan handphone saja, dan ini merupakan tantangan jurnalis masa kini. 

Satu-satunya yang dapat dilakukan para jurnalis adalah menunjukkan bahwa mereka benar-benar berbeda dari masyarakat biasa dengan memberikan berita yang berkualitas. 

Jurnalis Dituntut Serba Bisa

Audiens sekarang sudah bisa membedakan secara kritis mana berita yang bermutu dan kredibel, dengan mana yang tidak. Media dituntut untuk berinovasi dan kreatif dalam menciptakan konten-konten baru yang mampu menarik perhatian para audiens. 

Sumber foto : Pexels/Frans Van Heerden

Maka dari itu, ada kemampuan khusus mengenai perilaku dan digital yang harus dimiliki oleh para jurnalis di masa depan menurut Sree Sreenivasan, diantaranya : 

• Multimedia Storyteller : Memiliki kemampuan yang tepat untuk menghasilkan berita yang tepat pada waktu yang tepat. Berhubungan dengan kemampuan produksi, editing, live-streaming video, audio podcast, webcast, photo slideshow, audio slideshow.
• Community Builder : Kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan audiens yang beragam jenisnya. 
• Trusted Pointer : Kemampuan dalam mencari dan mendistribusikan konten yang bagus, dalam topik tertentu dan dipercaya oleh pihak lain.
• Blogger and Curator : Memiliki pendapat pribadi dan kemampuan dalam mengkurasi konten web yang berkualitas dan menjadi partisipan dalam link economy.
• Able to work collaboratively : Paham mengenai bagaimana bekerja sama dengan kolega di redaksi, pakar di lapangan, jurnalis yang dipercaya warga, kelompok audiens, dan sebagainya.

Perkembangan teknologi membuat para jurnalis diwajibkan untuk menguasai berbagai skill. Hal ini dimaksudkan agar para jurnalis tidak dianggap kuno dan ikut bergerak maju seiring dengan teknologi.