Mohon tunggu...
Yancen Piris
Yancen Piris Mohon Tunggu... profesional -

Seorang pribadi yang selalu ingin belajar dan belajar. Sudah pergi ke berbagai tempat, dalam maupun luar negeri, sudah bertemu banyak orang dengan karakter masing-masing, sudah membaca sana sini, hingga akhirnya makin asyik menyebut dirinya: SANG PEMULA!

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hutan untuk Manusia

22 Maret 2011   07:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:33 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1300780317137985086

All is connected... no one thing can change by itself

Paul Hawken

Bicara soal hutan, aktivis lingkungan asal negeri Paman Sam, Paul Hawken punya satu wacana bahwa bila hutan di bumi musnah, manusia pun bakal lenyap. Jadi, bila keberadaan yang satu menisbikan yang lain, maka bisa dipastikan keberlangsungan bumi ini akan berakhir. Benar tidaknya wacana tersebut, akhir-akhir ini kita bisa merasakan betapa kuat kaitan antara manusia dan lingkungan hidup, khususnya pepohonan (baca:hutan). Salah satu contoh yang terbaru adalah banjir bandang di Wasior, kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, ditengarai disebabkan oleh rusaknya hutan di daerah hulu sungai.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menemukan puluhan ribu kayu gelondongan di 8 daerah, diantaranya di Wasior satu dan dua, juga di kampung Rado. Temuan tersebut mengarahkan tudingan penyebab bencana alam yang merenggut puluhan nyawa itu, kepada sejumlah perusahaan pembalak liar. Walau tudingan itu dibantah pemerintah, namun satu hal yang pasti, air 4 sungai yang meluap dari hulu itu sama sekali tak terbendung. Mengapa? Karena hutan yang seharusnya ada, hilang ditebang! Oleh siapa? Yang pasti oleh manusia!

Keterkaitan erat antara manusia dan hutan, itulah hal yang mesti disadari oleh setiap manusia yang ada di muka bumi ini. Menurut penerima Nobel Perdamaian bidang pembangunan berkelanjutan, demokrasi dan perdamaian tahun 2004, Dr. Wangaari Muta Maathai, selama ini manusia jumawa dengan menyebut dirinya paling berkuasa dan mulia diantara mahluk ciptaan Tuhan lainnya (seperti tumbuhan dan hewan). Sehingga manusia sering menyalahgunakan kekuasaan itu untuk mengeksploitasi bumi ini semena-mena. Salah satunya adalah hutan yang ditebangi pepohonannya atas nama kepentingan komersial, tanpa menyadari kalau tindakan mereka itu dapat 'membunuh' manusia lainnya. Untuk itu, aktivis lingkungan hidup dari Kenya itu memandang perlu adanya upaya bersama mendorong pelestarian hutan, mulai dari masyarakat, pemerintah, pihak swasta serta unsur agama dan kepercayaan. Berdasarkan pengalaman di Kenya dan sejumlah negara di benua Afrika, Maathai menilai peran rohaniwan sangat sentral dalam memunculkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian hutan buat hidup manusia.

Betapa tidak? Selain menutupi hingga 31 persen total keseluruhan bumi serta menjadi tempat hidup dan berkembangnya 80 persen keanekaragaman hayati dunia, hutan juga menjadi tempat tinggal bagi 300 juta orang dan menjadi tumpuan hidup 1,6 milliar manusia. Itu semua belum termasuk peranan hutan untuk meredam perubahan iklim dunia dengan menyimpan karbon lebih banyak ketimbang udara. Jadi, secara langsung maupun tidak langsung, hutan memberikan dampak positif buat umat manusia. Namun apa yang terjadi di lapangan, masih belum mencerminkan kesadaran tersebut.

Walau laju deforestasi (penggundulan hutan) sudah lebih berkurang daripada laju di abad 19, namun masalah hutan masih belum bisa disepelekan. Pasalnya berdasar data dari Kementerian Kehutanan, saat ini total laju deforestasi di Indonesia terjadi sekitar 1,1 juta hektar per tahun di tahun 2010. Cakupan area deforestasi tersebut memang menunjukkan penurunan, namun kondisi nyata yang terjadi justru lebih mengkhawatirkan. Karena sebagian besar penggundulan hutan yang masih terjadi disebabkan oleh izin pemerintah kepada eksploitasi wilayah hutan untuk kepentingan industri kertas dan kelapa sawit. Tentunya ini menjadi sebuah kebijakan yang kontraproduktif bagi upaya melestarikan hutan Indonesia. Apalagi sebuah hasil pengkajian terbaru ditemukan oleh lembaga penelitian Chatam House bahwa 40 persen produk kayu di Indonesia masih dihasilkan dari aksi pembalakan liar. Data ini yang berhasil didapatkan, bisa dibayangkan berapa luas hutan yang sebenarnya hilang dari muka bumi ini. Lalu, bagaimana bisa kita meredam laju deforestasi?

Menurut Firdaus Cahyadi, seorang pengamat lingkungan hidup, secara individu, kita bisa mengurangi konsumsi kertas dalam berbagai bentuk. Ini, menurut Firdaus, bisa menurunkan permintaan kayu untuk industri, sehingga pada akhirnya pemanfaatan hutan, baik yang legal maupun illegal pun bisa ditekan. Satu lagi, dalam peluncuran Tahun Hutan Internasional di sebuah Sidang Umum PBB awal tahun ini, seorang anak kecil bernama Felix Finkbeiner menyerukan sebuah pernyataan yang mungkin saja menohok para pemimpin dunia saat ini. Mewakili "Felix & Friends", sebuah inisiatif anak-anak global untuk menanam pohon, a Plant-for-the-Planet Children's Initiative, Felix mengatakan, "Stop talking, start planting!" untuk setiap round-table, sidang atau seminar-seminar yang diadakan, apalagi untuk kebijakan di atas kertas milik para pemimpin dunia. Seruan Felix itu juga tentunya mewakili seluruh anak-anak di dunia ini, yang notabene adalah para calon pemimpin masa depan. Mereka ingin hidup sehat tanpa polusi, mereka ingin hidup segar di udara kaya oksigen, mereka ingin nyaman berdampingan dengan lingkungan hidup, mereka masih ingin hidup aman dan nyaman tanpa ancaman bencana alam. Bisakah kita mewujudkan keinginan anak cucu kita? Atau kita tega 'membunuh' mereka?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun