Mohon tunggu...
Petra Sembilan
Petra Sembilan Mohon Tunggu... -

terus menulis :\r\nhttp://seputarankotajakarta.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Ayat Kitab Suci Membahayakan?

10 Oktober 2016   11:48 Diperbarui: 10 Oktober 2016   12:00 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi aneh bagi saya memikirkan bahwa salah satu hal yang membahayakan jiwa adalah hal yang berhubungan dengan ayat-ayat Kitab Suci. Di dunia ini banyak hal yang membahayakan antara lain lalu lintas, kuman penyakit, bentang alam, jalan yang buruk, cuaca, dan banyak hal lain. Tetapi ayat-ayat Kitab Suci membahayakan? Oh menakutkan.

Ayat Kitab Suci dipercaya oleh pengikut agama sebagai sabda Tuhan sendiri, kata-kata Tuhan. Saya suka berpikir, dan bertanya, apakah Tuhan akan marah jika diriNya atau kata-kataNya dikelirukan orang? Saya pribadi tidak yakin 1000 kali seorang menghujat kata-kata Tuhan dan Tuhan menjadi marah. Karena Tuhan Maha Sabar.  Selain Sabar, TUHAN adalah Maha Tahu sehingga mengetahui niat, keseleo lidah, atau tegangan, atau bahkan kilatan bathin seorang anak manusia, bahkan tahu mengapa seorang bisa berkata. 

Tuhan menurut pemikiran sederhana saya, pasti akan selalu sampai pada  pernyataan singkat "Mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Sama seperti anak-anak kecil saya yang bertindak sangat selfish karena dilarang terus-terusan menggunakan Ipad demi kesehatan matanya, saya sebagai orang tua sudah maklum akan keselfishan anak kecil saya itu.

Sehingga ada pertanyaan filosofi "Jika detik ini Tuhan mulai bertindak, siapakah yang masih kedapatan tahan berdiri?". Filosofi agama ini hendak menyatakan bahwa sejatinya TUHAN itu sangat sabar terhadap kita semua. Tuhan menemukan kita semua dalam posisi tidak layak sehingga satu-satunya fakta bahwa kita masih bisa diijinkan hidup adalah ketika Tuhan maklum dan menerima dengan lapang dan sabar segala kesalahan kita.

Sehingga berpikir bahwa ada ayat-ayat Kitab Suci yang berujung membahayakan, merupakan suatu pikiran yang menakutkan di satu sisi sekaligus melegakan di sisi yang lain.

Menakutkan, karena yang menjadikan ayat-ayat Firman Tuhan berbahaya adalah manusia, bukan TUHAN. Manusia melalui tafsirnya yang terbatas, menafsirkan maksud hati TUHAN, dan sayangnya sering menafsirkannya menurut hati manusianya, dan lebih bahaya lagi, mengambil tindakan berdasarkan tafsirannya itu.

Baghkan disinyalir, perang-perang yang sangat berbahaya dan mematikan, diawali dan dilandasi oleh soal agama. 

Ironi terjadi disini, mengapa TUHAN yang memiliki semua kata-kata itu bersabar terjhadap manusia bahkan mereka yang menolak kata-kataNYA, sedangkan manusia yang hanya menerima cipratan dari pengertian TUHAN sudah maju sangat jauh seolah-oklah merekalah yang punya sabda itu?

Yang menakutkan bukanlah TUHAN sendiri, tetapi manusia yang mengatasnamakan TUHAN itu sendiri. Manusia yang maju mendahului TUHAN bertindak menghakimi manusia lain, dengan modal ayat-ayat yang ia pahami, padahal TUHAN tidak bermaksud demikian.

Mengapa dikatakan menakutkan atau fobia? Karena kekerasan yang didirikan di atas ayat-ayat terlihat seolah-olah sah. Padahal bagaimana mungkin manusia dapat mendirikan kekerasan di atas perkataan TUHAN yang Maha Sabar? Yang sangar itu TUHAN atau manusia? Sudah jelas manusia.

Jadi darimana semua kemarahan dan kebencian itu muncul ? Pastilah tidak mungkin didasarkan pada Sabda TUHAN, karena TUHAN tidak membenci pendosa dan ingin membunuhnya. TUHAN benar-benar membenci dosa si anak manusia, tetapi TUHAN mencintai si manusia agar lepas dari ikatan dosanya.  Sama seperti ayah yang tidak pernah membenci anaknya yang terlibat masalah, tetapi berusaha melepaskan si anak dari masalah itu dengan berbagai cara.

TUHAN seperti itulah yang dimengerti oleh penganut agama-agama damai, yang melihat TUHAN sebagai Yang Maha Kasih yang selalu memberi kehidupan, bukan menyebarkan kebencian dan amarah yang membahayakan jiwa.

TUHAN yang tidak bahagia karena kata-kataNya disalahtafsirkan dan dengan itu mengorbankan nyawa orang. Tuhan yang bahkan dikatakan menangis dengan sedih. TUHAN yang dapat dimengerti dengan kacamata manusia kita. 

 TUHAN yang sangat sedih jika kata-kataNya dipakai untuk menyusahkan, menyakiti anak-anak manusia yang ia kasihi. TUHAN yang bisa menangis ketika sabdaNYA dipakai sebagai alat untuk memiskinkan pemahaman manusia.

TUHAN yang ingin kata-kataNYA bersifat menghidupkan, memberi pencerahan, membangun semangat. Bukan kata-kataNya yang dipakai untuk menghukum orang lain. 

Bagaimana TUHAN bisa tahan melihat manusia menggunakan kata-kataNYA untuk menghakimi dan menghujat bahkan menjurus membahayakan manusia yang IA cintai? TUHAN mencintai anak-anak manusia, maka sabdaNYA adalah sabda cinta. Bagaimana bisa ada anak manusia yang menggunakan sabda cinta dengan nada benci, bahkan nada yang menjurus pada bahaya fisik dan mental.

Kita harus menyadari bahwa semua kekacauan bukan pada ranah kata-kata TUHAN, tetapi pada ranah manusia. Sehingga hukum manusia lah yg harus menjaga manusia akibat penyalahgunaan manusia lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun