Kedungpring (1873).
dan Karangjambu (1873).
Menurut catatan Pdt. Wilheim dan Majalah Pekabaran Injil Heidenbode, tahun 1884 jemaat dan Gereja makin bertambah banyak menjadi 3.029 orang dan 25 Gereja.  Di tahun 1890 tercatat 6.794 orang , 70 Gereja, dan 411 desa telah menerima Tuhan Yesus.  Mereka menamakan diri  sebagai Golongane Wong Kristen Kang Mardika (kelompok orang Kristen yang merdeka).  Sesuai tradisi Jawa, Sadrach menambahkan nama Jawa setelah kata Sadrach, yaitu Surapranata. Sura berarti keberanian dan pranata berarti mengatur atau menata.  Nama Kiai Sadrach Surapranata menunjuk pada jabatan barunya sebagai seorang Pemimpin yang berani menata kehidupan umat dalam jalan kebenaran bersama Kristus.
Komunitas Golongan Wong Kristen Kang Mardika itu mengalami perkembangan pesat. Â Penyembahan kepada Tuhan Yesus dilakukan dengan cara-cara lokal Jawa. Â Doa Bapa kami, Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh Hukum Tuhan, Doa Pagi, Doa Makan, Doa Malam, dan lainnya digubah dalam bentuk lagu Jawa (dinyanyikan dalam musik Jawa). Â Persekutuan dan Pemahaman Alkitab di lakukan setiap Selasa Kliwon. Â Pada hari itu sesuai dengan penanggalan Jawa, masyarakat mengadakan pasaran (sistem pasar tradisional, masyarakat dari berbagai tempat datang berbelanja dan berbisnis di pasar pusat). Â Sebutan bagi hari tua adalah kliwonan. Â Â Namun, pemerintah Negara Belanda memandang lain. Â Mereka menganggap bahwa lagu Jawa yang dilantukan hanyalah rapal ayat-ayat setan dan kliwonan adalah perkumpulan yang merencanakan pemberontakan. Â Inilah tantangan Sadrach pada masa itu.
Sebagai sang pamong, Sadrach Surapranata mengajak umat melakukan konteksualisai iman dalam kehidupan orang Jawa pada jamannya. Â Ia berusaha memberikan pesan kepada kita bahwa orang (Jawa) tidak perlu menjadi bangsa lain untuk menjadi Kristen karena orang Kristen sudah dibebaskan dan tidak dijajah oleh siapa pun, bebas menyembah kepada Bapa dalam Yesus Kristus. Â Jadilah wong Kristen kang mardika (orang Kristen yang merdeka!).
by: Â Sh. Sucahyo
Source: Â Renungan Kristen YOUTH FOR CHRIST Maret-April 2015
link terkait :
http://sejarah.kompasiana.com/2015/02/18/adakah-surat-wasiat-yesus--702489.html