Mohon tunggu...
Peter Macnico
Peter Macnico Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya ga hobi nulis, tapi kalau ngetik saya hobi. hehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lingkaran Setan Tanpa Akhir: Bagaimana TikTok Menjadi Candu Bagi Remaja?

17 Agustus 2023   01:10 Diperbarui: 17 Agustus 2023   01:21 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Freepik.com

Saat ini, TikTok telah menjadi salah satu platform sosial media paling populer di dunia, aplikasi video pendek ini, kian sukses  dalam menarik perhatian banyak orang, khususnya kalangan anak -- anak muda, dengan berbagai tren dan video lucu yang menarik. TikTok diciptakan oleh raksasa teknologi Tiongkok, ByteDance, dan pertama kali dirilis pada September 2016 dengan nama "Douyin", yang dipasarkan sebagai layanan jejaring sosial berbagi video yang mirip dengan Facebook dan Instagram (keduanya dilarang di Tiongkok). Pada November 2017, ByteDance membeli aplikasi media sosial lainnya yang disebut Musical.ly - yang memungkinkan pengguna (juga dikenal sebagai "Musers") untuk membuat dan berbagi video lip-sync 15 detik di platform mereka. ByteDance akhirnya menutup aplikasi Musical.ly dan mengintegrasikan sebagian besar fitur-fiturnya ke Douyin. Pada Agustus 2018, ByteDance merilis versi global Douyin, TikTok.

Perilisan dari aplikasi TikTok secara global ini menjadi platform sosial media dengan pertumbuhan pengguna yang paling cepat dan fenomenal. Besarnya penggunaan TikTok ini tentu menjadi suatu fenomena yang menyita perhatian dari berbagai kalangan, TikTok sendiri merupakan aplikasi yang menawarkan konten video pendek yang pada awalnya berfokus pada konten menari dan video lypsinc, akan tetapi seiringnya perkembangan dan tren TikTok yang bermunculan, konten yang bisa diakses melalui TikTok pun semakin bervariasi, mulai dari konten parodi, edukasi maupun konten menarik lainnya.Melansir dari Dataindonesia.id, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai pengguna terbanyak dari aplikasi TikTok, dengan jumlah unduhan sebanyak 99,1 juta pengguna, berada dibawah Amerika sebagai pengguna terbesar dari aplikasi TikTok dengan jumlah pengguna sebanyak 136,4 juta pengguna. Dengan total pengguna secara global bahkan telah mencapai 1,4 milliar pengguna aktif. Masifny peggunaan ini di dominasi oleh kalangan generasi muda yang tentu saja akrab dengan perkembangan teknologi.

Salah satu alasan utama mengapa TikTok telah menjadi begitu populer adalah algoritma AI-nya. Mengutip dari Datascience, A.I adalah teknologi yang menggunakan algoritma untuk menganalisis data dan membuat prediksi. Algoritme A.I ini mengumpulkan data tentang preferensi dan perilaku para pengguna TikTok, sehingga mereka dapat menyarankan konten yang relevan dan menarik bagi masing-masing pengguna. Algoritma A.I ini komprehensif dan cepat, sehingga pengguna TikTok dapat melihat konten yang mereka sukai segera setelah mereka mulai menggunakan aplikasi. Algoritma ini juga membantu TikTok untuk membuat konten yang jauh lebih menarik dan lebih mudah diprediksi.

Ini dapat menciptakan lingkaran positif di mana pengguna TikTok akan terus menonton konten yang mereka sukai, dan algoritme AI akan terus menyarankan konten yang lebih relevan dengan preferensi pengguna. Sebagai hasilnya, TikTok telah menciptakan sebuah ketergantungan bagi para penggunanya. Algoritme AI memastikan para pengguna untuk terus menonton konten yang mereka sukai, dan konten tersebut selalu diperbarui. Ini membuat para pengguna TikTok menjadi sangat obsesif dengan memeriksa aplikasi mereka secara teratur untuk melihat apa yang baru dan menarik. Ketika TikTok menggabungkan algoritme AI dengan konten video yang menarik dan unik, mereka telah membuat salah satu platform media sosial paling populer di seluruh dunia. Hal ini telah menumbuhkan suatu kecanduan dan perilaku obsesif terhadap kalangan remaja terhadap aplikasi TikTok secara tidak sehat. Yang mulai juga mempengaruhi perilaku dari remaja yang mengunakan TikTok ini.

Berdasarkan studi dari Dr. Julie Albright, seorang pakar sosiologi yang meneliti tentang fenomena kecanduan TikTok ini menjelaskan bahwa TikTok memiliki efek kecanduan seperti layaknya berjudi. Hal ini dikarenakan setiap proses ketika pengguna menggulir, mata mereka akan tertarik oleh gambar atau sesuatu yang menyenangkan yang akan memicu pengalaman kenikmatan di otak. Hal ini disebut "penguatan acak" di dalam psikologi, yang berarti Anda dapat memenangkan atau kalah dalam setiap guliran. Fitur ini layaknya mesin slot di casino. Hal ini mendorong otak untuk merilis dopamine atau dikenal sebagai hormon kesenangan setiap kali pengguna mendapatkan dan menemukan video yang ia sukai didalam TikTok, hal ini yang menyebabkan pengguna sering terjebak dalam jangka waktu yang lama, dan disisi lain juga terus memangkas konsentrasi dan tingkat perhatian dari rata rata pengguna secara signifikan, sehingga penggunanya sering disebut memiliki "attention span of a goldfish" atau fokus dan konsentrasi  yang sekecil ikan emas.

Efek kecanduan TikTok ini tentu saja bisa menimbulkan dampak negatif terhadap para penggunanya, terkhususnya pengguna remaja yang ramai menggunakan TikTok. Melansir dari Databoks menyebutkan bahwa pengguna didominasi oleh pengguna generasi z dan millenial, dengan 35% nya didominasi oleh usia 20-29 tahun dan urutan kedua didominasi oleh pengguna dengan usia dibawah 10-19 tahun. Walaupun menduduki urutan kedua sebagai pengguna terbanyak dalam aplikasi TikTok, Remaja justru merasakan dampak negatif yang lebih dirasakan daripada generasi dengan umur 20 tahun keatas. Hal ini dikarenakan pada rentang umur 10-19 tahun merupakan usia dengan tingkat kematangan berpikir yang sangat rendah dan mudah terobsesi serta terpapar dampak negatif dari TikTok daripada usia 20-29 tahun yang tentu lebih dianggap memiliki kematangan berpikir dan lebih dewasa.

Hal ini menyebabkan terjadinya berbagai dampak negatif terhadap psikologi, khususnya remaja yang tergolong labil. Hal ini menyebabkan berbagai dampak negatif stress, kecemasan berlebihan dan bahkan depressi. Selain itu TikTok juga sering menampilkan berbagai trend dan challenge yang bisa membahayakan nyawa penggunannya, seperti #blackoutchallenge yang dimana peserta mencoba untuk pingsan dengan menahan napas dan mengempit otot dada mereka. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk kerusakan otak dan kematian. Dan bahkan telah menyebabkan kematian dan korban jiwa. Tren yang terjadi seperti ini pun tidak hanya terjadi sekali saja, ada banyak tren lain yang juga membahayakan remaja seperti #milkcratechallenge, #pennychallenge dan #Nyquillchickenchallenge. Serta tren tren lainnya yang memiliki resiko berbahaya dan bersifat negatif yang hanya dilakukan untuk suatu tren yang tidak jelas.

TikTok tentu saja memiliki berbagai efek negatif yang berbahaya bagi remaja, akan tetapi disisi lain juga TikTok juga memiliki sisi positif dalam meningkatkan wawasan dan kreativitas generasi muda. Pengawasan dari orang tua terhadap anak -- anak mereka menjadi kunci dalam hal ini. Disisi lain juga, TikTok juga terus berusaha dalam memperketat keamanan dan juga membatasi remaja agar tidak terjerumus kedalam sisi yang berbahaya. Hal ini dapat dilihat dari rencana TikTok dalam merilis fitur yang mencoba membatas jam penggunaan pada remaja, dan juga menghapus beberapa fitur berbahaya dan berpotensi yang mengancam remaja. Berbagai tindakan perlu dilakukan untuk terus mengawasi perkembangan remaja dimasa pertumbuhannya, dalam hal ini TikTok bisa menjadi teman yang membantu pertumbuhan, atau sebaliknya justru menjerumuskan anak kedalam bahaya. Oleh karena itu kebijakan dan pengawasan orang tua tetap menjadi utama dalam memperhatikan dalam penggunaan aplikasi TikTok ini.

Saat ini, TikTok telah menjadi salah satu platform sosial media paling populer di dunia, aplikasi video pendek ini, kian sukses  dalam menarik perhatian banyak orang, khususnya kalangan anak -- anak muda, dengan berbagai tren dan video lucu yang menarik. TikTok diciptakan oleh raksasa teknologi Tiongkok, ByteDance, dan pertama kali dirilis pada September 2016 dengan nama "Douyin", yang dipasarkan sebagai layanan jejaring sosial berbagi video yang mirip dengan Facebook dan Instagram (keduanya dilarang di Tiongkok). Pada November 2017, ByteDance membeli aplikasi media sosial lainnya yang disebut Musical.ly - yang memungkinkan pengguna (juga dikenal sebagai "Musers") untuk membuat dan berbagi video lip-sync 15 detik di platform mereka. ByteDance akhirnya menutup aplikasi Musical.ly dan mengintegrasikan sebagian besar fitur-fiturnya ke Douyin. Pada Agustus 2018, ByteDance merilis versi global Douyin, TikTok.

Perilisan dari aplikasi TikTok secara global ini menjadi platform sosial media dengan pertumbuhan pengguna yang paling cepat dan fenomenal. Besarnya penggunaan TikTok ini tentu menjadi suatu fenomena yang menyita perhatian dari berbagai kalangan, TikTok sendiri merupakan aplikasi yang menawarkan konten video pendek yang pada awalnya berfokus pada konten menari dan video lypsinc, akan tetapi seiringnya perkembangan dan tren TikTok yang bermunculan, konten yang bisa diakses melalui TikTok pun semakin bervariasi, mulai dari konten parodi, edukasi maupun konten menarik lainnya.Melansir dari Dataindonesia.id, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai pengguna terbanyak dari aplikasi TikTok, dengan jumlah unduhan sebanyak 99,1 juta pengguna, berada dibawah Amerika sebagai pengguna terbesar dari aplikasi TikTok dengan jumlah pengguna sebanyak 136,4 juta pengguna. Dengan total pengguna secara global bahkan telah mencapai 1,4 milliar pengguna aktif. Masifny peggunaan ini di dominasi oleh kalangan generasi muda yang tentu saja akrab dengan perkembangan teknologi.

Salah satu alasan utama mengapa TikTok telah menjadi begitu populer adalah algoritma AI-nya. Mengutip dari Datascience, A.I adalah teknologi yang menggunakan algoritma untuk menganalisis data dan membuat prediksi. Algoritme A.I ini mengumpulkan data tentang preferensi dan perilaku para pengguna TikTok, sehingga mereka dapat menyarankan konten yang relevan dan menarik bagi masing-masing pengguna. Algoritma A.I ini komprehensif dan cepat, sehingga pengguna TikTok dapat melihat konten yang mereka sukai segera setelah mereka mulai menggunakan aplikasi. Algoritma ini juga membantu TikTok untuk membuat konten yang jauh lebih menarik dan lebih mudah diprediksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun