Mohon tunggu...
Peter Chandra
Peter Chandra Mohon Tunggu... Freelancer - wiraswasta

suka fotografi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita di Starbucks

20 Juli 2017   15:17 Diperbarui: 20 Juli 2017   15:31 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangku tinggi dan kursi tinggi yang dekat pintu itu masih kosong, jam dinding udah menujukan jam 14.12 , artinya udah lewat 12 menit bangku itu belum ditempati. Biasanya tepat jam 14 pasti dia duduk disana

Memesan Americano Grande, duduk sendiri, sambil membaca buku yang dibawanya.  Sesekali diserupkan kopi yang mulai mendingin. Tetapi matanya tetap tidak terlepas dari bukunya. Satu halaman demi satu halaman dibaca dengan serius tapi kelihatan santai.

Sesekali dia melemparkan pandangan keluar via kaca jendela . Sambil mememang canglir kopi dan diserupnya sambil memandang jauh kedepan. Dan sesekali dia menyisir rambut dengan jari , supaya rambutnya tak menutup wajahnya

Rambut lewat sebahu, dengan warna sedikit kepirangan. Lurus tidak ikal. Tergurai dengan lembutnya. Dan sesekali dia akan mengumpulkan rambutnya dan dijepit diatas kepala, terlihat lekuk tekuknya yang membentuk lekukan gitar.

Selalu begitu, secara rutinitas dia selalu duduk disana. Setelah membaca beberapa chapter dia akan menutup buku dan diselipkannya bookmark, sambil serup tetes terakhir kopi, lalu masukkan buku ke tas sling kecil yang warna coklat susu itu.

Diambil Gelas, dan diletakan gelas ditempat kumpulan gelas berkas di meninggalkan gerai kopinya

Penampingnya selalu kucel , dengan T shirt dan short, pakai sepatu KETS, dgn gaya santai dia selalu pesan di barista. Dia datang berdiri di kasir, sang kasir udah tahu apa pesanannya, tanpa sepatah katapun dia hanya bayar uang dan ambil pesanannya duduk ditempat yang sudah "PESAN"nya itu

14, 25  kelihatan seorang wanit masuk ke gerai itu. Dengan shirt warna biru tua , short  warna cream dan sepatu kets. Setibanya di kasar , udah siap bill nya, tanpa kata apa apa kepada  baristanya udah siapkan Americano grande.

Dibawanya dengan tangan kiri , dan tangan kanan memangn tas slingnya. Duduk seenaknya , dikeluarkan buku bacaannya. Sebelum diserupkan kopinya dia selalu menghirup aroma kopi, melihat apakah taste kopi sesuai seleranya dan standart  , dan lalu diserupkan coffee dan sambil membuka buku nya.

"Maaf anda terlamat lebih kurang 30 menit dari biasanya" saya mendekat dan membuka pembicaraanya

dia hanya melirik saya dan kembali membaca bukunya

"Boleh saya duduk di sini?" sambil saya menunjukan bangku didepannya.

Dia mengangkat wajah melihat saya sebentar, lalu melihat sekeliling. Memang waktu itu agak ramai disana. Setelah itu dia kembali membaca bukunya.

"kayak memang terlambat 30 menit?" tanya saya lagi

dia tetap baca bukunya dan mengangkat bahu. Memberikan isyarat, tak tahu

"Macet ya?" tanya saya lagi

dia tetap membaca bukunya, sambil membalik halaman berikutnya.

"Kayak kamu udah baca buku ini 5 hari, kayak belum selesai ya? Kata ku

dia tetap membaca, sambil diraihnya gelas kopi dan diserupnya dalam dalam, lalu diletakan kembali ke tempat aslinya. Sambil membuka halaman berikut. Matanya tdak lepas sedikit dari bacaannya

"Boleh kenalan? " tanya sya lagi

dia mengakat kepalanya, diliriknya saya. Tangan kembali meraih gelas dan diserup lagi kopinya, kemudia diletakan kembali dan mata kembali membaca bukunya. Tanpa mengatakan apa  apa.

Saya suka melihat mata, bulat dengan kelihatan lincah waktu meliriknya. Hidung cukup mancung dan bibir mungil serasi dengan wajahnya. Sifat acuh tak acuh tapi berpendirian buat saya kesimak atas pribadinya

Tiba tiba dia menutup bukunya, dan diselipkan bookmark ke halaman yang baru dibacanya, diangkat gelas dan diserup tetes terakhir. Buku dimasukkan ke dalam tas, dan diangkat gelas berjalan kearah baristas diletakkan gelas itu, lalu berjalan ke kasir kayak dipinjam pulpen sama kasir dan di menulis di kertas billnya.

Lalu dia berjalan ke meja dimana tadi dia duduk, diletakan kertas yang ditulisnya itu ke depan ku, lalu di berjalan keluar dari gerai kopi itu.

Yang terpaku melihat sikapnya itu. Begitu mendadak di berlalu , saya memandang secarik kertas yang dtinggalkannya. Saya mengambilnya dan membalik kertasnya dan membaca kira kira apa ang ditulisan

Hatiku berkecamuk , apa yang dituliskannya? Atau di tinggal no telponnya? atau alamatnya ? dengan hati yang tak menentu dan deg deg saya membacanya

ASTAGA, kamu tahu apa yang dituliskanya diatas bill itu.

K E P O

Dumai 20 Juli 2017

Foto By Fatimah Yang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun