Mohon tunggu...
Peter Amadeus Liem
Peter Amadeus Liem Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid

Saya senang bermain musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Agama Boleh Beda, Akhlak Tetap Sama

24 November 2024   22:58 Diperbarui: 24 November 2024   23:10 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan ngaji yang dipimpin oleh salah satu Ustadz di Pondok Pesantren Darul Falah/dok. pri

"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu." Kata-kata ini disampaikan oleh sosok presiden Republik Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid atau dikenal juga sebagai Gus Dur, terkenal luas dengan jiwa toleransi yang luas dalam kehidupan beragama dan bernegara. Beliau menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama. Perbedaan itu adalah sebuah berkat yang tidak pernah disadari karena membuka luas pandangan dan persepsi manusia yang cenderung sempit.

Ekskursi 2024, sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Kolese Kanisius Jakarta, pada tahun ini mengangkat sebuah tema, yaitu "Embrace, share, and celebrate our faith".  Ekskursi sendiri merupakan kegiatan yang disusun bagi para Kanisian (siswa Kolese Kanisius) untuk mempraktekkan nilai toleransi dan Compassion secara konkrit. Kanisian kelas 12 diberikan kesempatan untuk merasakan menjadi seorang santri yang tinggal dan berdinamika di Pondok Pesantren. Sekilas, kegiatan ini terasa sedikit membingungkan. Kolese Kanisius merupakan sebuah sekolah yang mengajarkan kepercayaan katolik, sementara Pondok Pesantren mengajarkan kepercayaan islam. Bagaimana anak-anak SMA yang notabene belum dewasa bisa saling bertoleransi dan menjaga keharmonisan?

Foto bersama setelah kegiatan ngaji bersama Ustadz dan para santri/dok. pri
Foto bersama setelah kegiatan ngaji bersama Ustadz dan para santri/dok. pri

Tanpa perlunya terlalu banyak penjelasan teoritis, pertanyaan tersebut dengan mudah terjawab dengan pengalaman para Kanisian selama tiga hari di Pesantren, mengambil contoh dari pengalaman kelompok saya (penulis) yang berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Falah, Cihampelas. Saat kami sampai di Pondok Pesantren tersebut, kami disambut dengan ramai dan meriah. Para santri dan santriwati yang pada saat ini sedang di tengah menikmati jam istirahat siang mereka berkumpul di selasar kelas-kelas, menyambut kami yang baru saja datang. Para Ustadz dan guru-guru juga berkumpul untuk memberikan kata-kata sambutan atas kedatangan kami. Ekskursi ini menjadi pengalaman bagi kami, para Kanisian kelas 12, dan juga bagi mereka para penghuni Pondok Pesantren Darul Falah. Selama kegiatan ini, kami berdinamika bersama dengan para santri dan santriwati. Kami ikut belajar di dalam kelas bersama mereka, dan bahkan yang paling menarik dari pengalam ini, kami juga diberikan kesempatan untuk merasakan langsung kegiatan ngaji. Para santri di Pesantren ini melakukan kegiatan ngaji 4 kali sehari, pada saat subuh jam 5, jam 2 siang, 5 sore,, dan terakhir jam 7 malam. Kami mengikuti kegiatan ngaji ini dan mendapatkan banyak pelajaran yang menarik. Salah satu hal yang paling menarik yang kami pelajari saat ngaji adalah tentang Akhlak. Seorang Ustadz mengatakan, "Agama boleh berbeda, tetapi akhlak tetap sama".

Kegiatan ngaji yang dipimpin oleh salah satu Ustadz di Pondok Pesantren Darul Falah/dok. pri
Kegiatan ngaji yang dipimpin oleh salah satu Ustadz di Pondok Pesantren Darul Falah/dok. pri

Banyak orang yang menganggap bahwa berbeda kepercayaan menyajikan dan mengajarkan hal yang berbeda. Walaupun dalam segi pandangan dan cara memang berbeda, satu hal yang semua agama ajarkan adalah kebaikan. Kebaikan dari setiap pandangan umat beragama itu sama, dan mengarah kepada akhlak yang baik. Perbedaan pandangan dan cara untuk melakukan kebaikan memang sering berbeda, dari segi praktik beragama, ibadah, maupun peraturan dalam agama, tetapi semua itu mengarah menuju satu tujuan yang sama, yaitu kebaikan.

`Kami juga diberi kesempatan untuk berbagi pandangan dan bagaimana agama kami masing-masing mengajarkan tentang kebaikan. Dari situ, kami mendapatkan berbagai ilmu yang berharga tentang ajaran agama lain yang awalnya tidak kami ketahui. Dari pertukaran pandangan itu, pengetahuan kami semakin diperluas sehingga nilai toleransi itu dapat kami lakukan dengan pedoman yang jelas. Tanpa adanya dialog antaragama ini, sebuah pandangan yang baru tidak dapat tercapai. Maka dari itu, benar yang dikatakan oleh Gus Dur. Berkat adanya perbedaan, segalanya menjadi terang benderang. Dari perbedaan pandangan yang kami bagikan, kami secara langsung mempraktekkan nilai toleransi dan memperluas pandangan terhadap kepercayaan yang lain. Dan dari situlah, nilai toleransi bisa benar-benar dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun