Mohon tunggu...
Fadhoelor Rohman
Fadhoelor Rohman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sedang meminati dunia jurnalistik.\r\n\r\npetapemikiran.wordpress.com || line: petapikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penjajahan Kompeni

19 Mei 2015   10:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak saya adalah seorang pedagang. Beliau, menurut saya, termasuk pedagang sukses. Kriteria kesuksesan; mampu membangun rumah, membiayai pendidikan anak-anaknya sampai sarjana. Beliau diberi kemudahan melakukan hal tersebut, a succes story.

Tapi beliau bukan pengusaha. Beda pengusaha dan pedagang; pengusaha pergi berlibur meninggalkan usahanya masih untung. Pedagang meninggalkan usahanya, malah buntung. Maka lebih enak menjadi pengusaha ketimbang pedagang, tapi saya malah tidak kedua-duanya; pegawai kantoran.

Berdagang merupakan aktivitas ribuan tahun. Rasul Muhammad SAW juga para sabahat-sahabatnya adalah pedagang. Secara khusus Baginda Rasul SAW mendoakan para pedagang, “pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada,” bunyi sabda Baginda Nabi SAW.

Islam masuk ke bumi Nusantara juga melalui adanya interaksi perdagangan—selain bahwa ada utusan dari Khilafah Islam masa itu untuk mendakwahkan Islam di Nusantara. Munculnya Sjarikat Islam dalam masa pra kemerdekaan berlatar belakang dari Sjarikat Dagang Islam yaitu pada 16 Oktober 1905 didirikan oleh Hadji Samanhoedi, tiga tahun sebelum adanya Boedi Oetomo.

Mengapa memakai kata ‘dagang’? Menurut penulis buku Api Sejarah Ahmad Mansur Suryanegara, “Dagang itu kan pasar? Ya Nabi Muhammad SAW dulu juga pemegang pasar, sebagai wiraniagawan. Dan Islam ke Indonesia pun masuk dengan pasar. Kemudian ditentang oleh Belanda dengan pasar juga yakni Perserikatan Perusahaan Hindia Timur, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).”

“Coba mengapa Barat harus menggunakan nama Compagnie atau Company (perdagangan)? Karena Islam kuatnya dipenguasaan pasar. Maka pasar itu harus diambil alih oleh penjajah untuk dijadikan alat penghancuran Islam. Jadi Islam, pasar, dan nasionalisme itu menjadi satu.”

Penjajahan oleh Belanda di Indonesia juga diawali oleh perdagangan. Kompeni atau Kumpeni istilah populer di kalangan Indonesia merujuk pada para tentara Belanda yang bengis, daripada asal kata itu sendiri compagnie–perusahaan multinasional yang dibekingi oleh negara (Belanda), atau mungkin negara dibekingi pemilik modal.

Pada pertengahan abad ke-18 VOC dibubarkan. Bukan berarti sekarang sudah tidak lagi walau berganti chasing; perusahaan multinasional tapi mendapat perlindungan ekstra dari negaranya, semacam PT Freeport.

Freeport meski sebuah company tapi dibelakangnya ada Amerika. Ketika Indonesia ingin memutus kontrak dengan PT Freeport, misal karena alasan tahun 2014 Freeport tidak membagikan dividen atas hasil tambang emas di Papua, Indonesia tidak bisa melakukannya.. Layaknya pribumi tidak mampu  melawan menir.

Kadang hidup adalah pengulangan sejarah. Dan penjajahan menemukan caranya sendiri mengikuti roda zaman. Nyatanya ia tidak berakhir; berganti nama dan cara; dari rempah-rempah ke emas, dari fisik ke perundangan. Sejarah bukannya tidak memberi pelajaran, tapi kadang kita abai atau mungkin melupakan. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun