Mohon tunggu...
Husaini Algayoni
Husaini Algayoni Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kolumnis

Dalam seruputan secangkir kopi ada imajinasi. Hobi membaca, menulis, travelling, menonton, mendengar musik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kuntum Mawar Bersemayam, Mewangi

10 April 2021   15:37 Diperbarui: 10 April 2021   15:49 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jenis bunga beragam corak dan warna bermekaran di taman harmoni, kumbang-kumbang bersenda gurau di pinggir dedaunan yang mewangi, dan mata pun jatuh cinta pada kuntum mawar bersemayam dengan indah.

Tak selamanya bunga di taman harmoni mengeluarkan wangi dari kelopak bunga, ada kalanya gersang dan laiknya hutan buatan tanpa seni dan ide kreatif dalam menciptakannya. Dari itu, tetesan air jernih dan air mengalir hadir dengan tenang untuk membasahi tanah dan dedaunan.

Kuntum mawar bersemayam, mewangi dapat diwujudkan melalui rasa cinta dari hati yang lembut selembut seruputan secangkir cappucino panas di musim hujan, indah dan lembut. Rasa cinta merupakan penghubung jiwa manusia yang beragam corak dan kasih sayang yang terukir dalam hati.

Dalam sendi kehidupan umat manusia, tak bisa lepas dari perasaan cinta. Tanpa rasa cinta kehidupan manusia ibarat gurun pasir gersang tanpa ada air hujan yang membasahinya, kuntum mawar pun tak lagi mewangi.

Betapa pentingnya cinta dalam sendi kehidupan, ditanggapi serius oleh Fethullah Gullen, ia mengatakan bahwa "Cinta adalah kuntum mawar yang bersemayam dalam keyakinan kita, dalam hati yang tidak pernah layu. Hubungan kuat antar individu-individu yang membentuk keluarga, masyarakat dan bangsa adalah cinta."

Rasa cinta merupakan doktrin dalam hati menuju kebahagiaan, sebaliknya doktrin benci membawa keresahan, kegelisahan, dan ketidaknyamanan dalam hati. Bagi orang yang tertanam dalam hatinya rasa cinta maka hatinya akan tenang setenang lautan cinta asmara dan melihat dunia terasa damai dan harmonis.

Sementara bagi pembenci, Buya Hamka mengatakan "Ketika seseorang melihat alam atau manusia dengan mata kebencian, tidak akan terdapat dalam alam barang yang tidak tercela." Pembenci, selalu ada cela tanpa ada kebaikan sedikit pun di matanya.

Matahari begitu berfaedah membawa terang. Si pembenci tak dapat menghargai matahari lantaran panasnya. Bulan begitu indah dan nyaman, si pembenci hanya ingat bahwa bulan itu tidak tetap memberi cahaya, kadang-kadang kurang.

Cinta juga bisa membuat seseorang jauh melangkah lebih tinggi dan mulia, cinta adalah bahasa indah dan indah merasakan yang namanya cinta. Cinta dari Rabiah al-Adawiyyah adalah cinta suci dan murni tanpa mengharap apa pun. Cinta suci dan murninya melahirkan syair-syair kerinduan yang indah.

Hakim al-Ummat Hazrat Maulana Asyraf Ali Thanvi mengatakan "Makanan perut adalah makanan dan minuman, makanan bagi hati adalah cinta. Hati memperoleh makanan dan kebahagiaan dari cinta." Bagi Rabiah rasa cinta kepada Allah merupakan kebahagiaan bagi dirinya.

Lewat cinta, Rabiah melantunkan syair-syair kerinduan yang indah. Begitu pula dengan Jalaluddin Rumi, lewat gagasannya tentang teosofi yang terangkai dalam kalam-kalamnya yang indah. Pikiran Rumi terikat oleh temali cinta dan rindu yang membuncah, tak heran Rumi melahirkan syair sufisme yang memesona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun