Hadis bagi umat Islam menempati urutan kedua sesudah Alquran, di samping sebagai sumber ajaran Islam yang secara langsung terkait dengan keharusan menaati Rasulullah, juga karena sebagai fungsinya sebagai penjelas (bayan) bagi ungkapan-ungkapan Alquran yang mujmal, muthlaq, dan amm.
Ahli hadis kontemporer M. Mustafa Azami (1932-2017) menjabarkan literatur hadis dalam tesis doktoralnya Studies in Early Hadits Literature (Studi tentang Literatur Hadis yang Pertama). Sejak abad pertama hijriah, beratus-ratus buku kecil tentang hadis telah beredar, kalau ditambahkan seratus tahun lagi, sangat sulit merincikan jumlah buku-buku dan catatan kecil tentang hadis yang beredar.
Ratusan bahkan ribuan buku-buku hadis telah beredar pada abad pertama dan kedua hijriah dari muhaditsin, dari banyaknya muhaditsin menelaah hadis, kitab yang ditulis oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim menempati posisi paling tinggi derajatnya di antara karya-karya ahli hadis lain.
Salah satu ahli hadis yang kita bicarakan dalam tulisan ini adalah Abu Bakar Ahmad atau lebih dikenal dengan nama Imam al-Baihaqi. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad bin al-Husain bin Ali bin Abdullah bin Musa al-Baihaqi, lahir bulan Sya'ban tahun 384 H (994 M) dan wafat di Naisabury pada bulan Jumadil Ula tahun 458 H (1068 M).
Imam Baihaqi dibesarkan di kota Baihaq kemudian pindah ke Baghdad pada masa Sultan Jalal al-Daulat (416-3 H) dan beberapa waktu pernah berdomisili di Kufah dan kota Suci Mekah. Pada akhir hayatnya kembali ke Naisabur hingga wafat dan jenazahnya dibawa kembali ke Khusrawjed, satu desa di daerah Baihaq.
Karya-karya Imam al-Baihaqi
Selain ahli hadis, Imam Baihaqi juga seorang penulis produktif, maka tidak heran buah tangannya dengan tema-tema yang beragam jumlahnya banyak, disini penulis hanya menyebutkan beberapa karyanya, yaitu: al-Qira'at Khalf al-Imam (sebuah kitab yang menjelaskan perbedaan pendapat ulama tentang hukum), al-Asma' wa as-Sifat (kitab yang menguraikan nama-nama dan sifat Allah  Swt).
al-Sunan al-Sughra (kitab ini diperuntukkan bagi orang-orang yang telah lurus/benar akidahnya yang memuat tentang ibadah, muamallah, munakahat, dan hudud). Ma'rifat al-Sunan wa al-Atsar (kitab tentang fikih Syafi'iyah, di dalamnya memuat dalil yang dipergunakan sebagai dasar hujjah dan dibahas juga mengenai berbagai macam perbedaan pendapat antar mazhab).
al-Mabsut (berisi perkataan dan teks Imam Syafi'i). al-I'tiqad (kewajiban yang harus diketahui dan dilakukan oleh orang mukallaf dalam hal aqidah). Dalail al-Nubuwwat wa Ma'rifat Ahmad Sahib al-Syariah (membahas tentang sirah Nabi Muhammad Saw, meliputi tarikh, akhlak, sifat, dan mukjizat).
Syu'ab al-Iman (penjelas dan pelengkap dari kitab Minhaj ad-Din fi Syu'ab al-Iman). Manaqib al-Syafi'i (membahas budi pekeri Imam Syafi'i). al-Da'wat al-Kabir (memuat doa-doa yang pernah dibaca oleh Rasulullah). al-Zuhd al-Kabir (memuat hadis-hadis yang berkaitan tentang zuhud).
Isbat 'Azab al-Qabr wa Sual al-Malakin (memuat dalil dan argumentasi dari Alquran, Sunnah, salaf al-shalih, dan akal yang menetapkan adanya azab kubur dan pertanyaan dua malaikat). Takhrij Ahadis al-Umm (mentakhrijkan hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Umm karya Imam Syafi'i).
Dilihat dari karya-karya di atas, Imam Baihaqi selain pakar dalam bidang hadis, ia juga memahami hukum-hukum/bidang fikih dan ilmu-ilmu ketauhidan, ini menunjukkan bahwa kepakaran ilmu yang dimiliki Imam Baihaqi sangat luas dari berbagai disiplin ilmu.
Sebagai penulis produktif, tema yang ditulisnya pun beragam, mulai dari akidah, hadis, fikih, hingga tarikh. Di antara karya Imam Baihaqi paling terkenal adalah kitab as-Sunan al-Kubra terbit di Hyderabat, India, 10 jilid tahun 1344-1355. Kitab ini merupakan ensiklopedi besar tentang hadis.
Perlu dicatat bahwa perkembangan hadis pada masa awal Islam/abad kedua dan ketiga hijriah berbeda dengan abad keempat hijriah. Imam Baihaqi hidup pada abad keempat hijriah mengalami pergeseran dalam perkembangan hadis.
Pada abad keempat dikenal sebagai abad pemisah antara ulama mutaqaddimin dan ulama muta'akhirin. Letak perbedaannya adalah ulama mutaqaddimin lebih berorientasi kepada pencarian hadis sebanyak-banyak untuk dikumpulkan, sehingga hadis-hadis dapat terkumpul dalam berbagai kitab hadis.
Sementara ulama muta'akhirin cenderung mengembangkan penemuan-penemuan hadis yang diteliti ulama mutaqaddimin dan lebih mengembangkan pemahaman serta penafsiran hadis-hadis yang telah dikumpulkan oleh pendahulunya.
Dengan kata lain bahwa para ulama muta'akhirin tidak lagi mencari hadis ke berbagai penjuru dunia Islam untuk diabadikan dalam kitabnya, tetapi mengambil hadis-hadis dari berbagai kitab hasil karya ulama mutaqaddimin untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk yang dianggap signifikan.
Di samping itu juga mengembangkan berbagai hal yang berhubungan metode penulisan kitab hadis menurut latar belakang kehidupan dan kemampuannya. Misalnya ada ulama yang mengembangkan pemahaman hadis dalam bentuk syarah hadis, kitab kamus hadis, kitab hadis dalam kajian tertentu seperti kajian fikih, sejarah, dan lain-lain.
Begitu juga dengan metode yang digunakan ahli hadis dalam mengumpulkan hadis pada abad kedua hijriah seperti kitab al-Muwaththa' karya Imam Malik, Musnad Syafi'i karya Imam Syafi'i dan ahli hadis pada abad ketiga hijriah seperti Shahih Bukhari karya Bukhari, dan Shahih Muslim karya Imam Muslim berbeda dengan metode Imam  Baihaqi yang hidup pada abad keempat hijriah.
Sebagai seorang ulama yang ahli hadis tentunya kredibilitas Imam Baihaqi mendapat sambutan dari ulama-ulama lain, seperti Yaqut al-Himawy mengatakan bahwa Baihaqi adalah imam, hafiz, ahli dalam usul al-Din, wara', mempersatukan masa dengan agama yang kokoh.
Ibnu Nashir mengatakan Baihaqi adalah tokoh pada zamannya, sulit dicarikan bandingan dalam hafalan dan keteguhannya. Ibn Khalikan berpendapat bahwa Baihaqi adalah ahli fikih dalam mazhab Syafi'i, hafiz kabir yang masyhur, tokoh pada zamannya, dan mengatasi permasalahan dengan penguasaan ilmu.
Demikian secara singkat tulisan ini dalam mengenal Imam Baihaqi, seorang ahli hadis dan penulis produktif. Imam Baihaqi terus hidup dan namanya terus diingat walaupun telah tiada karena keproduktifannya dalam menulis.
Bahan Bacaan:
Abdul Wahid. Khazanah Kitab Hadis: Metode, Sejarah dan Karya-Karya. Banda Aceh: ar-Raniry Press, 2008.
Harun Nasution. dkk. Ensiklopedi Islam Indonesia. Cet ke-II. Jakarta: Djambatan, 2002.
Hasjim Abbas. Kritik Matan Hadis. Yogyakarta: Teras, 2004.
Muhammad Mustafa Azami, Metodologi Kritik Hadis, Terjemahan A. Yamin. Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.
M. Alfatih Suryadilaga, Studi Kitab Hadis. Teras: Yogyakarta, 2003.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H