Senjata Mahasiswa: Membaca dan Menulis
Mahasiswa adalah orang-orang yang terpelajar yang sedang menuntut ilmu diperguruan tinggi, profesi sebagai mahasiswa merupakan status yang seharusnya disyukuri karena tidak semua orang bisa meraih status sebagai mahasiswa; banyak orang diluar sana yang ingin menjadi mahasiswa namun karena tidak mempunyai biaya ia urungkan niatnya untuk belajar diperguruan tinggi.
Ketika seseorang memegang status sebagai mahasiswa berarti dia adalah orang-orang yang akan menjadi seorang intelektual atau cendekiawan yang akan membawa pemikiran yang dapat mengguggah hati semua orang dengan pemikiran-pemikiran jernihnya sesuai dengan bidang yang ia kuasai.
Mahasiswa tak bisa lepas dari kata orang yang berintelektual karena mahasiswa adalah orang yang terpelajar, namun ada perbedaan antara intelegensia dan intelektual. Intelegensia (terpelajar) ialah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu sementara intelektual itu orang yang lebih dari orang yang terpelajar. Oleh karena itu intelektual itu mempunyai beberapa karakteristik antara lain: Bisa memahami berbagai gejala sosial, ia tidak dibatasi hanya pada ilmu yang dimilikinya. Rasa ingin tahunya besar. Selalu mawas terhadap perkembangan yang ada dalam lingkungannya. Mempunyai komitmen pada nilai etis dan mempunyai integritas demikian kata salah seorang Cendekiawan Muslim Prof. Dr. Azyumardi Azra. MA dalam kuliah umum beberapa waktu lalu di Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry dengan tema “Peran Intelektual dalam membangun karakter bangsa”.
Nah, yang menjadi permasalahan saat sekarang ini ialah minat dari mahasiswa dalam membaca maupun menulis sangat kurang bahkan mahasiswa sekarang begitu alergi terhadap yang namanya buku karena lebih mengutamakan handphone ataupun fashion. Dalam buku Menjadi Penulis dan Penyunting Sukses yang ditulis oleh Wahyu Wibowo ada sebuah kalimat yang sangat menarik bagi penulis yaitu “Bangsa kita memang bangsa yang malas membaca bukan hanya malas membaca tapi bangsa kita juga bangsa yang bukan bangsa yang berbudaya tulisan”.
Mahasiswa yang tugasnya hanya bergelut dengan buku dan pena namun ketika malas membaca dan menulis maka kondisi tersebut sesuai dengan judul yang ada diatas yaitu mahasiswa tanpa membaca dan menulis berarti HABIS, habis sudah harapan untuk menjadi seorang yang berintelektual yang akan memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat luas melalui pemikiran-pemikiran jernihnya. Bagaimana bisa menjadi pemikir yang ulung ketika mahasiswa itu berada dalam pesakitan yaitu penyakit malas, malas dalam membaca maupun menulis.
Bukan hanya memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat luas tapi ketika ia lulus dari perguruan tinggi apa yang telah ia dapatkan ataupun bekalnya untuk masa depan, karena masa sekarang orang yang lulus dari perguruan tinggi setiap tahunnya tak kurang dari angka 2000 itu belum lagi yang magister maupun doktor. Sarjana sudah disandang namun tidak mempunyai keahlian ataupun tidak menguasai bidang keilmuan yang dipelajari maka bisa tersisih pada akhirnya.
Oleh karena itu dalam tulisan ini penulis mengibaratkan mahasiswa itu seperti tentara yang sedang bertempur dimedan perang, yang mana tentara dalam berperang jika mau menang maka haruslah menggunakanakan senjata. Begitu juga dengan mahasiswa diperguruan tinggi untuk meraih kemenangan dimasa depan maka harus menggunakan senjata, nah senjata mahasiswa itu hanya ada dua yaitu buku dan pena, dengan buku kita membaca dan dengan pena kita menulis.
Kenapa penulis mengibaratkan mahasiswa itu seperti tentara yang harus mempunyai senjata dalam berperang, karena penulis pernah mengalami kekalahan telak dalam berperang lantaran tidak menggunakan senjata sehingga kondisi psikologis berada dalam keterpurukan dan frustasi.
Tulisan ini hanyalah sebagai pengalaman yang ingin penulis sampaikan kepada seluruh mahasiswa, jika tidak ingin berada dalam keterpurukan dan frustasi maka gunakanlah senjata dalam berperang dengan penuh keyakinan yaitu dengan membaca dan menulis.
Sebelum mengakhiri tulisan ini ada baiknya penulis sampaikan sebuah kalimat yang menarik dari Syauki Bey:
“Seburuk-buruk manusia adalah pemalas
Bila digagahi
Mereka menyebut kebesaran nenek moyangnya,
Sebaik-baik umat manusia
Mereka memiliki sejarah gemilang
Disamping menegakkan kemuliaan baru.”
Jiwa mahasiswa adalah jiwa muda yang masih mempunyai energi, mari gunakan energi tersebut untuk berusaha mencapai keberhasilan karena keberhasilan itu bukanlah milik orang kaya, anak pejabat, yang punya fashion bak artis bukan juga milik orang pintar namun keberhasilan itu milik orang yang mau berusaha, kerja keras dan tak pernah mengenal kata menyerah.
Mahasiswa adalah harapan bagi semua insan yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik dengan pemikiran jerrnihnya bukan membawa perubahan ke arah yang diselimuti dengan gaya hidup pragmatis maupun dengan gaya pemikiran yang kolot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H