Bisa kah pada usia remaja terkena diabetes? Pada zaman modern seperti ini banyak kemungkinan dapat terjadi, bahkan hal yang tidak disangka-sangka pun dapat terjadi pada diri kita, yang tentu nya tidak memandang gender maupun usia.Â
Ya, salah satu contohnya adalah saya sendiri. Disini saya akan membagikan pengalaman kurang menyenangkan saya yang terkena diabetes saat masih umur belasan lebih tepatnya pada kelas 2 SMA. Rasanya sempat tidak percaya bagaimana bisa saya terkena penyakit diabetes yang bahkan setau saya penyakit ini sering terdapat pada orang orang yang sudah berumur seperti lansia.Â
Sebelum saya membagikan pengalaman kurang menyenangkan ini tentunya dengan penjelasan sebenarnya apa sih penyakit diabetes itu?Â
Diabetes melitus (DM) atau bias disebut dengan kencing manis didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Diabetes mellitus sendiri pun terbagi menjadi 2, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Saat ini yang sedang saya alami adalah diabetes mellitus tipe 1. Pada diabetes tipe 1, sel-sel beta di pankreas mengalami kerusakan, sehingga produksi insulin menurun. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat mengambil gula dari darah dan kadar gula darah meningkat.Â
Diabetes tipe 1 terjadi akibat adanya gangguan yang disebut autoimun, di mana antibodi yang seharusnya melindungi tubuh terhadap infeksi justru menyerang sel tubuh sendiri.Â
Dalam hal ini, yang diserang oleh antibodi adalah sel beta yang terdapat di dalam pankreas. Selain karna autoimun tersebut faktor lainnya bisa jadi berasal dari keturunan dan pola makan yang salah.
Sebelum saat terkena penyakit diabetes tidak hal apapun yang dirasakan, semua berjalan normal seperti biasanya, hingga tiba saat SMA saya mengikuti pelatihan OSIS, dapat dipastikan pasti diadakannya latihan dasar kepemimpinan siswa (LDKS), sepulang dari acara tersebut saya merasa sangat letih, dan berat badan turun namun saya anggap itu biasa mungkin karena kelelahan.
Hari demi hari berlalu, tubuh serasa semakin tidak bugar seperti biasanya, bahkan saya sering merasa ngantuk saat jam pelajaran sehingga saya sering tertidur pada jam istirahat dan diwaktu jam kosong.Â
Tidak hanya sampai disitu, saya juga sering merasa haus, saat merasa haus disekolah saya tidak minum air putih yang telah dibawa dari rumah karena rasanya hanya ingin minum manis pada saat itu, saya mulai sering membeli minuman botolan yang siap saji termasuk es yang dijual sebelumnya berbentuk sachet-an, hingga saya dapat minum dengan porsi minum yang tidak biasanya saya minum disamping itu juga sangat sering buang air kecil.Â
Saat membaca tulisan pada papan tulis pun menjadi buram (penglihatan sering kabur). Karena saya belum paham betul mengenai gejal gejala diabetes jadi tetap saya biarkan. Dan tiba lah saat setelah sholat maghrib saya merasa mual mual juga sedikit sesak nafas, orang tua langsung membawa saya ke rumah sakit Surabaya untuk segera diperiksakan.Â
Saat sudah sampai di Instalasi Gawat Darurat (IGD) saya menunggu sembari diambil darah untuk dilakukan pengecekan laboratorium.Â
Setelah diketahui bahwa saya terkena diabetes dengan kadar gula setinggi 654, sedangkan batas maksimal kadar gula darah adalah hingga 200. Jadi saya langsung di opname dan dibawa ke ruang HCU untuk mendapatkan perawatan intensif. Disana saya dirawat kurang lebih satu minggu kemudian dipindahkan ke ruangan biasa.
Semasa dirawat di ruangan rumah sakit saya juga diberikan edukasi seputar penyakit diabates yang sudah saya alami. Tentang apa saja yang tidak boleh dimakan dan perlu dihindari oleh penderita diabtes, pola aktivitas dan olahraga yang dianjurkan.Â
Disitu saya juga diberi pemahaman tentang penggunaan obat yang digunakan sehari hari, yang saya gunakan untuk menstabilkan gula darah adalah pena insulin. Pena insulin ini sebenarnya berbentuk seperti jarum suntik yang terdapat insulin, pena ini saya gunakan setiap saat sebelum makan setiap hari dengan dosis yang sudah dianjurkan.Â
Pena ini dapat disuntikkan pada bagian tubun seperti lengan tangan, perut, maupun paha namun saya sering menyuntikkan di bagian perut agar lebih mudah melakukannya sendiri. Sampai saat ini belum cukup diketahui obat pasti untuk menyembuhkan tital penyakit diabetes sehingga menggunakan terapi insulin agar kadar gula darh tidak melonjak sangat tinggi.Â
Hal ini juga dapat diimbangi dengan mengatur pola makan tepat 3J (jumlah, jadwal, dan jenis) juga olahraga ringan yang bias dilakukan seminggu sebanyak 3 kali. Perlu diketahui penderita diabetes juga dipantang untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, mengandung terlalu banyak gula, garam, juga penyedap rasa,
 Berdasarkan pengalaman yang saya ceritakan cukup banyak sekali hal yang dapat kita ambil dan informasi yang didapat saya rasa. Untuk pentingnya menjaga kesehatan tubuh dan tidak mudah meremehkannya, apapun yang kita makan dan minum juga membawa pengaruh besar untuk tubuh.Â
Sebagian kecil yang saya lewati adalah tidak memperhatikan jenis makanan dan minuman, padahal hal itu sangat fatal sekali. Saya rasa cukup sekian, jadi untuk teman teman, selalu atur dan perhatikan pola makan kalian ya, jangan lupa untuk beraktivitas ringan pun boleh asal jangan terlalu sering bermalas-malasan sebab tubuh juga butuh semacam mobilisasi. Kesehatan mahal harganya. Jaga kesehatan selalu, terima kasih sampai jumpa kembali..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H