Mohon tunggu...
Mei Suardi
Mei Suardi Mohon Tunggu... -

mitä vaan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Awal Mulanya

16 Desember 2010   13:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:40 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir 3 tahun saya hidup di Helsinki. Setelah 2 tahun berjuang memahami bahasa setempat, akhirnya saya dipercaya menjadi bagian dari perusahaan tempat saya bekerja sekarang dengan posisi permanen. Memang posisi permanen disini bukan hal yang aneh, tapi untuk foreigners, kesempatan itu sangat langka.

Saya ingat saat-saat saya melamar pekerjaan, mungkin hanya satu panggilan interview dari 100 CV yang saya kirim. Alasannya (menurut saya) jelas. Bahwa saya foreigner, kurang pengalaman dan tidak fasih berbicara bahasa sini. Untung saya masih sabar dan tidak membuang ijazah MBA saya ke perapian. Dan tentu saja tidak ada orang yang percaya saat saya nyatakan di surat lamaran bahwa saya sudah mampu berkomunikasi dengan bahasa setempat. Menurut mereka, bahasa finland sangat sulit, jadi tidak mungkin dalam waktu kurang dari dua tahun, saya sudah bisa walaupun hanya bahasa sehari-hari.

Hal ini tentu saja bukan sulap apalagi mukjizat. Saya benar-benar berjuang keras untuk memahami karena saya ingin mendapat pekerjaan. Selain saya memang suka belajar bahasa asing, ada alasan lain yang membuat saya sangat terobsesi. Satu tahun di Helsinki, saya bertemu orang indo di kedutaan. Ngobrol-ngobrol di bis berlanjut minum kopi dan dia pun memperkenalkan teman-teman indo yang lain. Saat itu saya sedikit mengeluh betapa sulitnya mendapat pekerjaan. Satu-satunya perempuan selain saya bertanya kemampuan bahasa saya. Saya katakan bahwa saya baru belajar dan belum cukup fasih dan berani untuk dipraktekkan. Dia sendiri sudah 3 tahun di Helsinki dan saat itu bekerja di Travel Agent, entah sebagai part-timer atau apa saya tidak bertanya. Lalu dia mengatakan hal yang membuat saya mengerutkan kening. Dia bilang, ”Kalau tidak mau jadi tukang cuci piring ato tukang bersih-bersih ya harus bisa bahasa sini!” Terus terang saya sangat kaget dengan kata-katanya yang sinis. Saya pun bersabda untuk bisa menguasai bahasa finland dalam jangka waktu lebih cepat dari dia. Saya berhasil!! Hal itu juga menambah alasan saya untuk tidak terlalu banyak bergaul dengan orang indonesia yang berdomisili di luar negeri. Banyak yang sombong!

Sementara kenalan yang satu lagi bilang kalau cari kerja disini memang susah, jadi lebih baik bikin bisnis sendiri saja. Dan dia pun menceritakan panjang lebar mengenai bisnis yang dia punya. Saya hanya tertawa dalam hati dan berpikir, wong pengen kerja biar dapet uang kok malah belum apa-apa disuruh keluar uang. Mau start bisnis pake uang siapa? Dan menurut saya itu juga salah satu tipikal orang indo di luar negeri... Banyak yang menggampangkan uang.

Tidak ada satupun dari mereka yang memberi tahu saya dimana saya bisa dapet kerja atau kursus bahasa. Semua saya dapatkan atas usaha sendiri. Dan tentu saja saya sangat bangga karena saya ada di stage ini atas dasar usaha saya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun