Mohon tunggu...
Hitman Reborn
Hitman Reborn Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Writing for fun

Worked at Vongola Mafia Family. Age 5 years old. Quote "Ciaosu"

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sihir dalam Balet?

24 Mei 2012   05:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Balet ada sihirnya? Kok bisa sih? Balet kan cuma sekedar seni olahraga atletik, tapi faktanya studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal PlOS ONE mengungkap bahwa balet bersifat sihir. Balet mampu mempengaruhi, menenggelamkan, dan mengajak penonton menjadi penari itu sendiri.

Sedikit referensi bagi anda tentang balet. Balet adalah nama dari salah satu teknik tarian. Karya tari yang dikoreografi menggunakan teknik ini dinamakan balet, dan meliputi: tarian itu sendiri, mime, akting, dan musik (baik musik orkestra ataupun nyanyian). Balet dapat ditampilkan sendiri atau sebagai bagian dari sebuah opera. Balet terkenal dengan teknik virtuosonya seperti pointe work, grand pas de deux, dan mengangkat kaki tinggi-tinggi. Teknik balet banyak yang mirip dengan teknik anggar, barangkali karena keduanya mulai berkembang dalam periode yang sama, dan juga karena keduanya membutuhkan teknik keseimbangan dan pergerakan yang mirip.

Istilah ballo pertama kali digunakan oleh Domenico da Piacenza (dalam De Arte Saltandi et Choreas Ducendi), sehingga karyanya dikenal sebagai balleti atau balli yang kemudian menjadi ballet. Istilah ballet itu sendiri dicetuskan oleh Balthasar de Beaujoyeulx dalam Ballet Comique de la Royne (1581) yang merupakan ballet comique (drama ballet). Pada tahun yang sama, Fabritio Caroso menerbitkan Il Ballarino, yaitu panduan teknis mengenai menari balet, yang membuat Italia menjadi pusat utama berkembangnya tari balet.
Sorine Jola, pakar neurosains kognitif dari University of Surrey, Inggris, mengatakan bahwa penonton balet menunjukkan respons spesifik di otak yang membuat mereka merasa seolah-olah pemain balet unggulan.
“Padahal, mereka jelas tidak dapat melakukan gerakan yang sebenarnya,” kata Jola yang melakukan penelitian seperti dikutip New York Times, Senin (26/3/2012).
Penelitian Jola berfokus pada otot yang disebut carpi radialis ekstensor yang menghubungkan lengan atas dengan tangan. Diketahui bahwa otot ini banyak digunakan oleh pebalet.
Jola menggunakan metode yang disebut transcranial magnetic simulation untuk mengukur aktivitas otak. Diketahui, sifat sihir khas dimiliki oleh balet, bukan tarian lain.
Jola juga meneliti efek tari Bharatanatyam dari India dengan melihat respons pada jari tangan. Namun, ia tak menjumpai pengaruh seperti pada balet.
Tak jelas sebab pengaruhnya berbeda pada balet. Namun, Jola menduga bahwa hal tersebut terkait dengan gaya tarian dasar saat pertama belajar tarian balet.
“Balet adalah bentuk tarian yang formal. Tari India, walau klasik, memiliki banyak gestur, jadi Anda punya perasaan bahwa Anda bisa mengerti narasinya dengan mudah,” kata Jola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun