Mohon tunggu...
Persona Non Grata
Persona Non Grata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trickster Libertatem

Kilas balik yang perlu dibalik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bulan Kelam Sejarah Indonesia

11 September 2022   14:51 Diperbarui: 11 September 2022   14:53 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

September telah tiba, waktunya kita memutar kembali lagu dari Green day yang berjudul "Wake Me Up When September Ends" untuk menglorifikasi perasaan gundah gulana bagi generasi 2000an atau mungkin ungkapan dari Gen Z saat ini yang menyebutnya dengan istilah Sadtember. Yups, begitulah beberapa ungkapan klise yang selalu dilontarkan ketika memasuki bulan September, hingga kita lupa akan beberapa dosa besar yang pernah terjadi di bulan ini. Bagi penulis mungkin ungkapan yang tepat untuk bulan ini adalah bulan September Hitam. Mengapa September Hitam ? Jika dilihat dari perspektif sejarah, Indonesia mempunyai duka pilu kenangan pahit dengan bulan ini. Aksi kejahatan yang paling jahat banyak dilakukan di bulan ini, mulai dari genosida, kebijakan yang diluar nalar, pelanggaran HAM dan lain sebagainya. Seharusnya kalender nasional memberikan tempat khusus bagi bulan september agar diberikan warna hitam keseluruhan supaya masyarakat mengerti bahwasannya bulan September bukan bulan yang baik-baik saja bagi Hak Asasi Manusia di Indonesia.

Berikut recap dan penjelasan singkat dari  peristiwa-peristiwa kelam yang terjadi di bulan September : 

> Peristiwa Gerakan 30 September 1965  

> Tragedi Tanjung Priok 12-September 1984

> Tragedi Semanggi II-24 September 1999

> Pembunuhan Munir Said Thalib-7 September 2004 

> Reformasi Dikorupsi-24 September 2019 

> Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)-3 September 2022 

1. Peristiwa Gerakan 30 September 1965 

Kenapa penulis tidak menambahkan imbuhan PKI dalam penyebutan peristiwa tersebut ? Alasannya sudah pasti jelas, sebab dalang utama dari peristiwa tersebut belum tentu dari pihak PKI. Peristiwa G30S sendiri menjadi peristiwa paling abu-abu dalam catatan sejarah bangsa Indonesia, karena peristiwa tersebut masih terdapat banyak faktor dan asumsi-asumsi liar dari banyak pihak. Disini penulis tidak akan menjabarkan secara panjang lebar terkait peristiwa tersebut, namun yang pasti penulis akan menjabarkan beberapa teori yang digunakan para sejarawan untuk menungkap peristiwa tersebut dan membagikan beberapa referensi terkait peristiwa G30S. Bagi penulis terdapat 7 teori tentang peristiwa tersebut yakni : Persoalan Internal ABRI, Soekarno sebagai dalang, Soeharto sebagai dalang, CIA sebagai dalang, Kepentingan US-AS, PKI sebagai dalang, dan Chaos Theory (Kerusuhan Massal) Tidak ada dalang tunggal. Untuk referensi dari penulis, pembaca dapat membaca buku dari John Rossa tentang Dalih Pembunuhan Massal dan Robert Cribb Pembantai PKI di Jawa dan Bali 1965-1966. 

Bagi penulis, justru dari pihak PKI sendiri banyak dirugikan pasca meletusnya peristiwa tersebut. Karena pasca peristiwa G30S banyak anggota dari PKI banyak diburu untuk dieksekusi tanpa adanya peradilan yang sah, sehingga begitu ironis manusia yang tidak mengetahui sama sekali skenario dari peristiwa tersebut harus terbunuh. Selain itu, ketika orde baru bahkan sampai era reformasi luka batin dan trauma masih menyelimuti mereka, karena ruang mereka untuk hidup ditutup oleh pemerintah dengan pemberian label tapol (tahanan politik) sehingga mereka susah untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup akibat stigma tersebut. 

2. Tragedi Tanjung Priok 12 September 1984 

Pada dekade tahun 1980-an, pemerintahan orde baru menerapkan pancasila sebagai asas tunggal yang akhirnya memantik terjadinya konflik dengan pihak massa islam. Mengutip dari Nasional.tempo.co peristiwa bermula pada 8 September 1984 ketika pihak dari ABRI memasuki kawasan peribadatan masyarakat dengan mencopot berbagai informasi keagamaan dan tidak menghargai etika di ruang ibadah dengan masuk menggunakan larsnya. Kemudian terjadilah konflik antara pihak aparat dengan masyarakat sipil. Melalui konflik yang terjadi beberapa masyarakat sipil ditangkap dan dituduh sebagai provokator. Puncaknya pada 12 September 1984, massa islam yang berjumlah 1.500 melakukan aksi massa menuju kodim dan polres Tanjung Priok. Kedatangan aksi massa tersebut disambut dengan ribuan peluru otomatis yang keluar dari senapan pihak aparat. Mengutip dari kontras.org akibat dari tindakan represif aparat tersebut 23 orang meninggal dunia, 79 orang menjadi korban, 55 orang mengalami luka-luka dan beberapa orang lainnya menghilang tanpa adanya kejelasan data serta beberapa orang lainnya ditahan tanpa adanya proses pengadilan yang jelas. 

3. Tragedi Semanggi II 24 September 1999  

Tragedi berdarah yang terjadi ketika masa peralihan dari orde baru ke masa reformasi. Kejahatan Hak Asasi Manusia di awal masa reformasi ditunjukkan oleh adanya tragedi Semanggi II. Tragedi Semanggi II terjadi akibat wacana dari DPR untuk mengesahkan UU PKB (Penanggulangan Keadaan Bahaya) pada awal September, sehingga menyebabkan rentetan aksi demonstrasi dari masyarakat sipil. Bagi masyarakat sipil RUU ini hanya akan menancapkan dominasi pihak ABRI di Indonesia, padahal pelanggaran HAM dari pihak ABRI masih seringkali terjadi. Kemudian puncak dari konfliknya terjadi di peristiwa Semanggi II ketika pihak demonstrasi diserang oleh aparat dengan berbagai senjatanya. Korban dari peristiwa tersebut tercatat 217 orang luka-luka dan 11 orang dinyatakan meninggal dunia. 

4. Pembunuhan Munir Said Thalib 7 September 2004 

Indonesia kehilangan aktivis pembela HAM hebat pada tahun 2004, yakni Munir Said Thalib. Secara singkat ia dibunuh ketika perjalanan menuju Amsterdam dari Indonesia menggunakan racun arsenik dalam minumannya di penerbangan pesawat. Beliau diperkirakan meninggal dunia ketika berada di kawasan Rumania di dalam pesawatnya. Hingga saat ini, dalang dari pembunuhan tokoh pendiri Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) belum ada titik terang. 

5. Reformasi Dikorupsi 24 September 2019 

Salah satu peristiwa yang terjadi di era kontemporer perjalan bangsa Indonesia baru terjadi tiga tahun yang lalu, ketika DPR mengesahkan banyaknya RUU (Rancangan Undang-Undang) yang tidak berpihak terhadap masyarakat sipil. Mulai dari UU KPK, RKUHP (Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), RUU Pertahanan, dan RUU Minerba. Pada bulan September menjadi bulannya demonstrasi skala nasional dari seluruh penjuru Indonesia melakukan aksi demonstrasi menuntut direvisinya banyaknya RUU bermasalah tadi. Aksi demonstrasi tersebut, pada akhirnya banyak terjadi tindakan represif dari pihak aparat sipil. Mengutip dari KontraS dari pihak demonstran sendiri tercatat 5 orang dinyatakan meninggal dunia akibat tindakan represif aparat sipil. 

6. Kenaikan Harga BBM 3 September 2022 

Pada awal bulan tepatnya 3 September 2022 pemerintah baru saja memastikan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) mulai dari Solar, Pertalite, hingga Pertamax. Kenaikan ini ditakutkan akan menimbulkan inflasi dan kenaikan harga bahan pokok yang dapat merugikan masyarakat Sipil. Respon langsung diberikan oleh seluruh elemen masyarakat terhadap kenaikan Harga BBM tersebut, mereka akan melakukan aksi massa pada 5 September 2022 supaya pemerintah mencabut ketetapan kenaikan harga BBM ini. 

Mari kita selalu mengingat bahwasannya bulan September ini, bukannya bulan yang baik bagi negara Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan melaui peristiwa di atas, betapa masih banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di bulan ini. Gaungkan dalam benak pikiran pembaca bahwa September Hitam akan selalu menjadi pengingat untuk mengingatkan dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh aparatur negara kepada masyarakat sipil. 

Terima Kasih, Silahkan kritik dengan cara yang kritis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun