Setidaknya kita dapat belajar dari Squidward, bahwa hidup yang mulia adalah hidup yang terus diperjuangkan. Tidak peduli hasil apa yang didapat, karena kewajiban kita sebagai seorang manusia adalah berproses dan terus berjuang, selebihnya pasrahkan saja kepada Sang Khaliq.
Berkait kelindan dengan momentum awal tahun Islam ini adalah momentum yang tepat untuk merevitalisasi semangat hidup dan menjadikanya lebih bermakna. Tidak perlu muluk muluk, visi ini dapat diwujudkan dengan hal hal yang ringan ringan terlebih dahulu, seperti mengurangi penggunaan gadget untuk hal hal yang kurang bermanfaat, di tengah gempuran sosial media yang semakin beragam dan banyak jenis jenisnya sehingga menyebabkan penggunanya disibukkan untuk sekedar eksis dalam dunia maya mulai dari instagram, tiktok, facebook, twitter dan threads, media sosial yang masih new dan membuat fomo (fear of missing out) banyak orang.
Dan yang pasti jangan pernah takut melangkah dan memulai hal baru, apapun hasilnya. Setidaknya menyesal karena pernah mencoba lebih baik dari pada menyesal karena tidak pernah mencoba sama sekali.
Hidup yang sementara ini akan lebih bermakna ketika di iringi dengan kebaikan-kebaikan dan kebermanfaatan, sebagai seseorang yang terus berproses dan belajar perlu kiranya untuk selalu melakukan reorientasi paradigma sebagai murid yang memegang teguh prinsip, “siapapun orangnya adalah guru, tempat apapun adalah sekolah, dan peristiwa apapun hakikatnya adalah pelajaran-pelajaran.”
Moh. Nurun Alan Nurin P.K.
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H