Mohon tunggu...
persada augusta
persada augusta Mohon Tunggu... -

Pada dasarnya saya mencoba memahami lingkungan secara lebih luas...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencermati Kebersamaan Pasangan Capres-Cawapres

20 Mei 2009   16:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:08 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau diperhatikan ada hal yang menarik dari pasangan Capres/Cawapres RI sekarang ini dapat diperhatikan saat ketiga pasangan Calon Persiden dan wakilnya memberi sambutan saat mereka mendaftar di KPU. Bukan karena datangnya jalan kaki atau naik mobil, dengan iringan tanjidor atau reog, tetapi penampilan kebersamaan mereka tersebut, yang merupakan penampilan bersama pertama di muka publik.Boleh jadi ini merupakan cermin kerjasama mereka nantinya dalam memimpin bangsa ini kalau salah satu dari pasangan iti terpilih, tentunya ini terlepas dari masalah elektabilitas, resistensi, platform, ideologis atau program kerja masing-masing.

1.JK-Wiranto

Datang sebagai pendaftar pertama, pasangan yang diusung Golkar dan Hanura ini berpakaian seragam kemeja cream dengan peci, berdiri sejajar bersebelahan di mimbar. Saat JK memberikan sambutan dengan menggunakan teks, Wiranto terlihat seperti ikut membaca teks yang ada ditangan pasangannya itu. Pada saat tanya jawab, Wiranto juga terlihat membisiki JK untuk menjawab pertanyaan, selain dia juga kemudian ikut berbicara melengkapi jawaban.

Dari penampilan mereka tersebut dapat diperkirakan bahwa dalam berpasangan mereka cukup kompak untuk saling mengisi. Hal ini bukan karena klaim mereka sebagai pasangan yang komplit Jawa-luar Jawa, sipil-militer atau pengusaha-birokrat, tetapi karena secara karakter mereka terlihat sudah saling memahami peran, kekuatan dan kelemahan masing-masing, mungkin ini karena mereka berdua pada dasarnya merupakan paduan karakter yang pas ditambah interaksi yang sudah cukup lama.

2.Mega-Prabowo

Pasangan yang baru sepakat bersatu pada saat injury time menjelang tengah malam hari sebelumnya ini berasal dari PDIP dan Gerindra, Megawati berpakaian merah ciri partai banteng gemuk ini, sedangkan Prabowo safari putih plus lambang partai kepala garuda di dadanya.Mega memberikan sambutannya tanpa teks, ringan dan agak bergetar, tapi dapat disisipi joke yaitu sebagai “pasangan paling cantik”, Megawati terlihat sudah terlihat makin pede dan ”dewasa”.Prabowo yang mendampingi pas disebelahnya mendengarkan sambil menunduk atau sambil tengak-tengok.Pada saat dia juga memberi sambutan, Prabowo terlihat lebih berwibawa, meski sambutannya masih bicara visi atau tema partainya.

Untuk menggambarkan pasangan Mega-Pro ini mungkin dapat dibayangkan seperti sepasang suami-istri dimana sang suami (Megawati) ini memiliki istri yang lebih cerdas, mandiri, dengan profesi atau gaji lebih tinggi sehingga sangat agresif dalam ikut membuat keputusan keluarga. Dari hal tersebut, resiko Prabowo mungkin saja akan bergerak sendiri tanpa koordinasi adalah suatu hal yang bukan tidak mungkin terjadi, pada tahun 1998 Habibie dan Wiranto pernah merasakan “kebandelan” Prabowo ini meski dalam pandangannya untuk menyelamatkan Negara.Hal ini mungkin bukan tidak pertimbangkan oleh Mega, tetapi ini mungkin adalah biaya mahal yang harus dibayarnya untuk mendapatkan “anak bandel dan alot” tapi sangat potensial untuk memikat pendukung ini akhirnya mau juga menjadi wakilnya. Hal yang dapat melegakan adalah ber- khusnu zhon bahwa kalau terjadi hal seperti itu pada dasarnya adalah tetap untuk membangun dan mensejahterakan rakyat.Toh seperti yang dinyatakan Taufik Kiemas, bahwa kesempatan Mega maju cuma tinggal sekarang ini saja atau tidak sama sekali. So don’t worry..

3.SBY-Boediono

Pasangan yang diusung oleh 23 partai ini, dijadwal datang terakhir dengan pengamanan lebih ekstra.Presiden incumbent ini berpakaian batik biru dengan peci, sedangkan pasangannya Boediono berbatik biru tapi lebih muda juga plus peci.Pada saat keduanya diberi kesempatan berbicara di mimbar, Boediono memilih berdiri tidak sejajar, tapi selangkah di belakang ”bos”-nya itu.Dalam kesempatan itu mantan Gubenur BI yang bersahaja ini hanya mendengar saja dan tidak ikut memberikan sambutan ataupun ikut menjawab pertanyaan. Mungkin karena dia tidak melihat adanya sinyal kesempatan atau perintah dari SBY untuk itu dan dia cukup nyaman dan happy-happy saja, ambisi tidak pernah terbaca di wajah tokoh yang terlihat santun ini.

Penilaian saya pasangan ini seperti pasangan “Jawa tempo doeloe” dimana suami sangat dominan dan istri di belakang. Tidak perlu banyak bicara kecuali diminta.Istri diberi kewenangan penuhnya di dapur untuk memasak dan meracik bumbu masak agar makanan lezat. Hal yang memang tidak dapat dilakukan sang suami.

Penilaian ini hanyalah analisis saya sepintas saja dan cara bekerjasama mereka ini bukanlah parameter langsung kemungkinan keberhasilan mereka nantinya dan tentunya hal ini dapat berubah seiring bertambahnya waktu dan interaksi. Mana yang lebih ideal, terserah pertimbangan anda? mari kita lihat penampilan mereka berikutnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun