Buku ini adalah kolaborasi penulis Ichiro Kishimi dengan Fumitake Koga. Fumitake Toga merupakan seorang penulis profesional yang telah memenangkan banyak penghargaan. Ia lahir di Fukuoka pada tahun 1973. Ia juga telah merilis banyak karya tulis best selling dalam bidang non-fiksi yang berhubungan dengan bisnis dan umum. Ia juga tertarik dan mempelajari teori-teori Adler, sehingga ia akhirnya sering menemui Ichiro Kishimi di Kyoto, dan membuat catatan untuk menyusun sebuah buku dalam format dialog yang digunakan dalam buku ini.
       Buku 'Berani Tidak Disukai' merupakan buku yang berisi percakapan dalam bentuk dialog antara seorang filsuf dengan seorang pemuda, yakni muridnya. Dialog yang dilakukan selama lima malam berisi percakapan tentang pemuda tersebut yang merasa tidak puas dengan kehidupannya yang sekarang dan ingin mengubah hidupnya. Pemuda tersebut merasa tidak bahagia dan puas dengan dirinya, ingin mengubah dirinya agar lebih mirip atau menjadi orang lain, merasa gagal, dibanding-bandingkan dengan orang lain, serta takut akan pandangan dan pikiran orang-orang terhadap dirinya. Dalam buku tersebut sang filsuf dapat membantu dan mengajarkan pemuda tersebut untuk memahami berbagai pertanyaan dan kesulitan yang dialami dalam hidupnya dengan pemikiran serta ajaran filosofis dan psikologis Adler, dan lainnya.
       Buku ini tidak mengikuti alur tradisional seperti yang terdapat dalam berbagai buku fiksi naratif. Namun, dalam buku 'Berani Tidak Disukai' dapat dilihat bahwa bentuknya dalam sebuah percakapan atau dialog yang berlangsung di antara dua orang tokoh, yakni seorang filsuf dan juga muridnya yang seorang pemuda. Tokoh murid tersebut mewakili remaja-remaja yang merasakan banyak ketidakpuasan dalam hidupnya dan memiliki banyak pertanyaan. Lalu, tokoh filsuf yang mewakili suara sang penulis, Ichiro Kishimi dengan ajaran dan pengetahuannya akan psikologi dan teori-teori filosofi.
       Tema utama dari buku ini adalah penerimaan diri. Keberanian dan pengorbanan yang dibutuhkan dan harus dilakukan agar dapat merasakan kebahagiaan dan juga kebebasan. Kebahagiaan dan kebebasan dari pikiran akan apa yang orang-orang pikirkan dan bagaimana mereka menilai orang lain. Kebahagiaan dan kebebasan yang sederhana namun begitu sulit untuk dilakukan karena pikiran pesimistik, kenyamanan, dan juga ketakutan akan perubahan. Ketakutan akan kegagalan yang mungkin terjadi jika melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik. Buku ini mengajarkan cara untuk mempertanyakan dan memperbaiki pola pikiran yang negatif dan pesimistik, yang dapat menghambat diri dari perubahan. Mendorong diri untuk berubah serta melawan ketakutan dan kenyamanan agar dapat menjadi seseorang yang lebih baik, bahagia, dan juga bebas.
       Kelebihan dari buku ini, yaitu pada topik dan pembahasan yang dilakukan oleh sang filsuf dan juga pemuda tersebut. Pendapat-pendapat dan juga argumen-argumen yang terdapat dalam buku tersebut dapat membuat pembaca ikut berpikir dan mendalami apa yang sang filsuf katakan. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pemuda tersebut juga sangat relevan dengan masalah kehidupan yang dialami oleh banyak orang, sehingga buku ini juga dapat menjadi arahan dan jawaban bagi pembaca yang mengalami kesulitan. Bahasa yang digunakan dan isi dari percakapannya juga mudah untuk dipahami dan dimengerti. Selain itu, buku ini juga menggunakan cover yang simpel namun menarik untuk dibaca.
      Namun dibalik kelebihannya, buku ini juga memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kekurangannya, yaitu penggunaan istilah teori-teori yang tidak umum digunakan dalam bahasa sehari-hari.
Dibuat Oleh: Ririn R. Silabaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H