Perpustakaan Denassa merupakan perpustakaan yang didirikan oleh Darmawan Denassa pada tahun 1995 ketika baru saja menamatkan pendidikan tingkat atas. Ketika itu  belum bernama Perpustakaan Denassa, koleksinya pun masih  merapikan kembali buku-buku referensi di bangku sekolah  yang  dirawat dengan baik, ditambah koleksi buku umum, biografi, dan sejarah milik orang tuanya.
Buku Catatan Denassa Disimpan Rapi
Darmawan Denassa lebih akrab disapa Denassa, menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Negeri Limbung pada tahun 1995, setelah menempuh pendidikan selama tiga tahun di sekolah yang terletak di kecamatan Bajeng, kabupaten Gowa tersebut. Tahun itu Denassa mendaftar di Universitas Hasanuddin (Unhas) jurusan manajemen dan akuntansi tapi belum lulus, sehingga memiliki kesempatan hampir setahun penuh tanpa mengikuti pendidikan formal. Kesempatan itu digunakan untuk membenahi buku referensi dan catatan ketika mengikuti pendidikan sejak SD hingga SMEA.
Denassa menamatkan pendidikan dasar di SDN Center Rappokaleleng yang berjarak 500 meter dari rumahnya. Sedangkan pendidikan menegah pertama ditempu tiga tahun di SMPN 1 Bontonompo.  Buku referensi yang lebih akrab disebut  buku cetak oleh Denassa dibungkus dengan rapi menggunakan plastik hingga bisa bertahan dengan baik meski telah bertahun-tahun disimpan. Ia juga rajin membersihkannya. Bukan hanya itu Denassa juga tidak membuang buku catatan pelajarannya, buku-buku tulis disimpan dengan rapi, dibungkus dengan baik dengan kertas pembungkus aneka motif yang menarik, kemudian dibungkus lagi dengan plastik transparan yang lazim digunakan membungkus buku.
[caption id="attachment_391256" align="aligncenter" width="300" caption="Darmawan Denassa"][/caption]
Di tahun 1995 buku catatan sekolah yang dirawatnya dengan baik, juga ikut dirapikan disusun dalam baris tersendiri. Â Sejak tahun itu buku diberi label sederhana dan dipajang pada rak sederhana di dalam kamarnya. Buku-buku disusun sesuai jenisnya, dijejer rapi agar mudah ditemukan ketika ingin dibaca.
Lebih Dekat dengan Denassa
Denassa lahir dengan nama lengkap Darmawan Daeng Nassa, pada Rabu, 28 Juli 1976 di Borongtala, kampung tempatnya besar dan lokasi perpustakaan kini berada. Lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan  Mappa Daeng Beta dan Kasmawati Daeng Ngati. Denassa melewati masa kecilnya yang penih kisah  di kampung ini.
[caption id="attachment_391255" align="aligncenter" width="300" caption="Peserta Kelas Komunitas Rumah Hijau Denassa (RHD) belajar dengan media prangko di Perpustakaan Denassa"]
Tahun 1996 Denassa diterima di Unhas pada Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra, menyelesaikan studi pada tahun 2002 dengan gelar Sarjana Sastra. Selain mengenal dan aktif di organisasi kemahasiswaan, di kampus merah Tamalanrea inilah Denassa lebih giat mengumpulkan, membaca, dan meyimpan buku sebagai koleksi pribadi.
Mengecam pendidikan di fakultas sastra mendorong  Denassa mempelajari banyak literatur dan karya sastra. Ia lebih sering ke toko buku mencari buku penunjang mata kuliah, ini rahasia perpustakaan memiliki banyak koleksi sastra mulai antologi puisi, kumpulan cerpen, novel, dan terori sastra dan bahasa.  Karena intens membaca itu pula kegemarannya menulis Denassa semakin terasah dikuatkan dengan ilmu yang dipelajari di kelas. Ia lebih rajin menulis sajak, cerita, dan esai yang dipublikasikan di beberapa media lokal.
Mimilih Pulang  Kampung
Memilih kembali ke kampung halaman pada tahun 2007 untuk menyelamatkan plasma nutfah, Denassa kemudian mendirikan Rumah Hijau Denassa (RHD) yang lebih luas dikenal dengan sebutan RHD. Denassa kemudian semakin intens mengumpulkan literatur tentang lingkungan hidup. Semua literatur ini kini menjadi bagian dari koleksi di Perpustakaan Denassa.
[caption id="attachment_391257" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu sudut Perpustakaan Denassa di Ruang Bimbi (Bimbi Room) Rumah Hijau Denassa (RHD)"]
Saat ini Denassa masih menyelesaikan bukunya tentang Sosiologi, Ekonomi, dan Kultual Tanaman kisah dibalik tanaman yang ada di Sulawesi khususnya dalam kultur Bugis-Makassar.
Brosur merupakan Koleksi Selain Buku
Selain buku, perpustakaan juga banyak menyediakan brosur, leatflet, dan aneka media publikasi.  Darimana brosur itu dimupulkan? Kita kembali ke tahun  1995-1996 ketika Denassa memiliki waktu luang sebelum melanjutkan pendidikan di universitas. Waktu-waktu itu dimanfaatkannya untuk menggeluti salah satu hobinya yang lain, mengumpulkan benda pos (filateli). Inilah rahasianya, Denassa sesungguhnya memiliki  kegemaran mengumpulkan. Mengumpulkan buku, prangko (dan benda pos lainnya), brosur, hingga kini dikenal sebagai penyelamat 'pengumpul' tumbuhan langka lokal dan endemik. Jadi brosur di Perpustakaan Denassa merupakan buah dari kegemarannya mengoleksi. Namun tentu saja ketelatenan merawat dan menjaganya menjadi kunci utama agar koleksi-koleksi itu bertahan dan dapat dimanfaatkan  (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H