Airmata Soekarno menetes di Aceh dan tidak mau makan malam, rakyat Aceh merogoh kantong untuk membeli pesawat perjuangan, anak muda Surabaya membuat bengkel pesawat, mesin motor digubah jadi pesawat di Magetan, Soeharto memanggil Habibie pulang, SBY kembali mengucurkan dana, hingga seorang kepala suku dari Nabire, Papua dan anak buahnya bertanya ke PT DI di Bandung, "Ini pesawat yang disewa di Papua? Bisa saya beli dengan emas ini?"
Namun kemudian rancangan pesawat sudah tidak ada, perancang berubah jadi sekedar perakit, N-2350 sudah masuk museum, anak-anak bangsa yang sudah punya kemampuan berkarya dengan prestasi negara sedang diliputi masalah hukum -- mungkin akan masuk bui -- pil pahit apa lagi yang harus ditelan?
Seperti Gatotkaca, semoga PTDI saat ini memang sedang mendapatkan kekuatannya dalam kawah candradimuka, bukan lagi jadi dongeng sebelum tidur tapi kenyataan yang terwujud, law as what it is in society -- hukum sebagaimana adanya dalam masyarakat -- bukan yang di atas kertas dari produk industri regulasi yang dimakan mentah-mentah.
(selesai)
Adv. Agung Pramono, SH., CIL.
Kongres Advokat Indonesia [KAI -- Pimpinan TSH]
DPC Klaten, Jawa Tengah
Anggota Forum Intelektual KAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H