Mohon tunggu...
Agung Pramono
Agung Pramono Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat, Pemerhati Hukum dan Sosial

pemahaman yang keliru atas makna hak adalah akar dari semua kejahatan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Seperti Gatotkaca, Industri Pesawat Menjadi Mitos Negara (Bagian 2)

3 September 2020   09:15 Diperbarui: 3 September 2020   09:17 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Ironi perjuangan yang tidak dimiliki industri strategis dibelahan dunia manapun, penyelamatan hidup ribuan orang yang nggak dihargai oleh banyak mata dan kepala.

Prof. Jimly pernah mengatakan, "Cari orang yang salah itu mudah sekali, yang susah cari orang jahat". Pernyataan tersebut tepat dan relevan, hukum secara umum adalah norma yang tertulis dan yang tertulis itu merupakan kesepakatan bersama sebagai aturan main dalam tata kemasyarakatan dan negara.

Catatan panci oleh pabrik pesawat cukup untuk penulis membuat sebuah kesimpulan sederhana bahwa apa yang dilakukan PTDI untuk dan atas nama negara, penulis yakin ada atau tidaknya keterkaitan lembaga/institusi negara yang lain dalam kasus ini pastilah tidak dalam konteks keuntungan pribadi melainkan keuntungan lainnya, prestasi dirgantara negara.

Bilapun ada keuntungan yang dapat dibagikan lagi kepada PTDI atau lainnya maka apakah hal itu tidak diperbolehkan? Sementara keringat dan pikiran telah tumpah dan tertuang, salahkah menerima upah dari mendirikan sebuah bangunan dengan pondasi yang hampir runtuh? Kesalahan dari PTDI yang jelas merupakan pelanggaran atas keberadaannya adalah jualan panci, memproduksi tabung gas, memproduksi sendok dan garpu.

Memang ini adalah sebuah satire, dari perasan rasa sedih yang dalam setelah memahami sejarah industri strategis ini, mungkin cendera mata termahal bagi penulis berangkat dari kasus ini adalah koleksi produk panci dan peralatan makan dari cetakan PTDI - ma'af, hanya bersifat pribadi dari kebingungan mencari informasi dan berita yang objektif, banyak sekali anomali, ma'af.

Logika etis terus berjalan, mengapa kita tidak boleh merasakan hasil kucuran keringat sementara keuntungan yang diperoleh sudah lebih dari mencukupi? Mengapa tidak ada pekerja yang boleh diuntungkan dengan cara yang terbuka dan baik? tidak melanggar, tidak melawan, tidak ada yang hilang, tercatat dengan baik sehingga mudah terbaca.

Pil Pahit Morale Motives Abdi Karya Bangsa

Dalam setiap pembuatan keputusan yang etis, setiap orang harus mempertimbangkan berbagai macam aspek. Apakah baik? Apakah berbahaya? Apakah adil? Apakah ada hak yang dilanggar? Apakah secara etik diterima masyarakat?

Pengambilan keputusan dalam suatu dilema etis diperlukan suatu keberanian dan integritas yang tinggi. Kasus PTDI merupakan permasalahan klasik yang dihadapi setiap orang yang memasuki sistem perusahaan (pemerintahan). Secara keseluruhan, meski ada dugaan pelanggaran, jika dicermati lebih teliti dan objektif pada kasus PTDI terdapat suatu moral motive yang baik.

Ironisnya, kemunculan pilihan atas moral motive sebenarnya menunjukkan kegagalan sinergi antara lembaga pemerintah, perusahaan dan sistem hukum. Tinggal bagaimana kita memandang persoalan tersebut, apakah layak dipuji serta diberi imbalan? Ataukah dipersalahkan lalu diambil kembali upah dedikasi yang pantas diterima?

Yang harus kita tahu adalah, berdasarkan data umum, keuntungan apa dan mana yang didapatkan hari ini sebenarnya adalah hasil perjuangan dari 3 hingga 5 tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun